Jumat, 12 November 2010

DESAIN DAN PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN

Penelitian tindakan kelas (PTK), bukanlah penelitian eksperimental sebagaimana dilakukan di laboratorium, tetapi bersifat praktis berdasarkan permasalahan keseharian di sekolah dasar. Peneliti (dosen atau guru SD sendiri) melakukan tindakan, jika penelitian bersifat kolaboratif, maka peneliti (dosen) bukanlah penonton atau ahli yang memberi bantuan konsultatif, akan tetapi mereka bersama duduk sebagai pelaku penelitian. Dalam penelitian ini juga dimungkinkan melibatkan murid sebagai pelaku tindakan.
Penelitian tindakan memperlakukan murid sebagai subjek yang tidak hanya objek yang dikenai tindakan pengumpul informasi sebagai mana penelitian konvensional. Hal ini perlu disadari peneliti sebab penelitian bersifat kemitraan partisipatoris dan self evaluatif yang tercermin pada seluruh langkah-langkah penelitian.
Penelitian ini tidak selesai dalam satu kegiatan, akan tetapi secara berkelanjutan berupaya mencari hasil optimal dengan cara dan prosedur paling efektif. Dengan demikian dapat terjadi tindakan berulang-ulang dengan modifikasi untuk peningkatan hasil dan efektifitas cara serta prosedur.
Pada akhir penelitian tindakan kelas diperoleh suatu pola atau model desain penelitian yang efektif dan diyakini menjamin perolehan hasil yang baik. Seluruh anggota penelitian memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman untuk terus melaksanakan dan mengembangkan pada bidang permasalahan lain.
Penelitian tindakan kelas memiliki sifat situasional, kondisional, dan kontekstual maka peneliti tidak perlu mengikuti secara ketat beberapa petunjuk dalam buku ini, tetapi peneliti diharapkan mampu mengadaptasi secara luwes sesuai dengan waktu, sarana prasarana atau sumber, kondisi siswanya, dan sebagainya.

A. Penyusunan Rencana
Penelitian tindakan kelas walaupun bersifat praktis namun merupakan tindakan ilmiah yang membutuhkan langkah-langkah tertentu yang membimbing peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian secara runtut dan sistematik, akan tetapi pada saat melakukan kegiatan penelitian kelas, peneliti (guru SD) dapat belajar dari pengalaman yang diperolehnya.
Langkah umum penelitian tindakan yang dapat dipertimbangkan antara lain: (1) identifikasi masalah, (2) analisis masalah dan faktor penyebab utama, (3) merumuskan gagasan pemecahan masalah bagi faktor penyebab, mengumpulkan data dan menafsirkan untuk mempertajam gagasan tersebut, dan untuk merumuskan hipotesis tindakan, (4) menilai kelaikan solusi atau pilihan tindakan sebagai pemecahan (Sudarsono, 1997:3).

1. Identifikasi Masalah
Seluruh anggota penelitian perlu duduk bersama mendiskusikan dan mencoba merefleksi diri dengan pertanyaan-pertanyaan:
a. Apa yang menjadi keprihatinan guru?
b. Mengapa anda memprihatinkannya?
c. Menurut anda, apa yang dapat anda lakukan untuk itu?
d. Bukti-bukti apa yang dapat dikumpulkan agar dapat membuat penilaian tentang apa yang terjadi?
e. Bagaimana anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
f. Bagaimana anda melakukan pengecekan terhadap pekenaran dan keakuratanh tentang apa yang terjadi?
Berdasarkan uraian tersebut guru dapat menentukan masalah nyata yang dihadapi guru dan sekolah. Misalnya; prestasi belajar rendah sering diidentifikasi karena IQ rendah, padahal terdapat banyak faktor yang menyebabkannya. Guru perlu membedakan masalah bersifat individual dan masalah yang dihadapi kelas yang dapat diangkat melalui penelitian tindakan kelas (masalah bersifat individual dapat dilakukan studi kasus).
Dalam pertemuan ini peneliti dapat menjajagi kemampuannya, persepsi terhadap siswa dan tugas, kesediaan melakukan perubahan pembelajaran dan perlakuan terhadap siswa. Sering terjadi guru mengutamakan kesulitan daripada tujuan perubahan yang ingin dicapai, untuk itu perlu dikaji permasalahn, tujuan sebenarnya, mendengar dan terbuka terhadap masukan.

2. Analisis Perumusan Masalah
Setelah langkah identifikasi dan diperoleh daftar masalah, peneliti perlu melakukan analisis. Analisis dilakukan dilakukan untuk untuk memilih masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian tindakan, sebab tidak semua masalah dapat diselesaikan melalui penelitian tindakan dan penelitian tindakan tidak mungkin menyelesaikan seluruh masalah. Kriteria diperlukan untuk menentukan masalah mana yang dapat diselesaikan melalui penelitian tindakan, sebagai berikut:
a. Masalah yang benar-benar penting bagi guru bermakna dan bermanfaat untuk pengembangan pembelajaran guna peningkatan hasil belajar.
b. Masalah harus dalam jangkauan peneliti (tim) yang akan berperan dalam melaksanakan tindakan di kelas
c. Masalah harus dirumuskan secara jelas agar dapat menyingkap beberapa faktor penyebab utama sehingga memungkinkan dicari alternatif-alternatif pemecahannya. Kegagalan menemukan masalah utama akan menyebabkan pemecahan masalah hanya dipermulaan saja yang sifatnya sementara.
Berdasarakan kriteria tersebut, peneliti perlu mengadakan analisis masalah dan merumuskan dimensi masalah yang dapat dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas dan mengidentifikasi aspek-aspek penting dengan fokus. Pemfokusan masalah merupakan proses yang menghasilkan pemikiran-pemikiran baru bagi guru SD dan sekaligus kesempatan pengembangkan profesi baru.
Analisis masalah ini mencakup tugas yang perlu diselesaikan, yaitu: (1) menggunakan dasar ilmiah untuk memahami sifat masalah pokok, (2) mengubah perspektif guru, walau kadang terjadi pertentangan individu atau kelompok guru yang tidak mau melakukan perubahan, kadang mengubah kebisaan yang telah dilakukan bertahun-tahun cukup sulit.
Dalam penelitian tindakan tidak diperkenankan hanya menekankan pada penelitian dan teknik tindakan yang dipakai. Proses analisis masalah perlu dilakukan secar hati-hati dan cermat, sebab keberhasilan sangat ditentukan ketepatan analisis.
Pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis, antara lain:
a. Kondisi-kondisi apa yang perlu dipersiapkan untuk memungkinkan dan mengundang guru mengungkapkan masalah-masalah yang penting?
b. Urutan langkah apa yang paling efektif untuk membuka dan menyingkap suatu masalah yang diteliti?
c. Bagaimana analisis dilakukan tanpa mengurangi harga diri dan rasa aman tidak dipersalahkan sekalipun terjadi kesalahan?
d. Peran apa yang dilakukan oleh anggota peneliti?
3. Formulasi Solusi dan Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan suatu dugaan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Misalnya; jika pembelajaran IPS meelibatkan lingkungan sebagai sumber belajar maka murid dapat memahami konsep-konsep lebih mudah.
Bentuk rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan rumusan hipotesis penelitian konvensional. Jika hipotesis penelitian konvensional menyatakan hubungan dua variabel atau lebih atau menyatakan perbedaan mean dari dua kelompok atau lebih. Hipotesis tindakan tidak menyatakan demikian, tetapi menyatakan “jika kita melakukan tindakan ini, kita percaya tindakan kita akan merupakan pemecahan problem yang kita teliti”, contoh lain: “jika murid dilibatkan dalam sumbang saran pembelajaran, maka akan muncul tumbuh keberanian siswa mengeluarkan pendapat”.
Untuk merumuskan hipotesis tindakan, peneliti dapat melakukan: (1) kajian teori pembelajaran dan pendidikan, (2) kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan, (3) kajian hasil diskusi dengan rekan sejawat, pakar, peneliti dan lain-lain, (4) kajian pendapat dan pakar pendidikan.
Berdasarkan kajian tersebut dapat diperoleh landasan untuk membangun hipotesis tindakan. Namun juga perlu dipertimbangkan kelaikan solusi (tindakan) atas dasar situasi riil dan situasi ideal atau harapan. Sebab jika terdapat jarak yang jauh dan tidak diupayakan menjembataninya, maka tindakan yang dilakukan tidak akan menimbulkan hasil secara optimal. Untuk itu kondisi dan situasi yang dipersyaratkan jangan terlalu ideal yang tidak mungkin dilakukan guru SD.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut:
a. Rumuskan alternatif tindakan berdasar hasil kajian yang mempunyai landasan yang mantap secara teoritis dan konseptual.
b. Setiap alternatif perlu dikaji ulang dari segi bentuk dan prosedurnya, kelaikan, kemudahan, kepraktisan (hasil yang dilihat) dan optimalisasi hasil, dan cara penilaian
c. Pilih alternatif tindakan dan prosedur yang dinilai paling menjanjikan hasil optimal dan dapat dilakukan guru dalam kondisi dan situasi dunia SD.
d. Tentukan langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan serta cara-cara untuk mengetahui hasilnya.
e. Tentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan guna membuktikan bahwa dengan tindakan telah terjadi perubahan, perbaikan atau peningkatan yang meyakinkan.

4. Analisis Kelaikan Solusi atau Pemecahan Masalah
Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik, berarti tindakan dilakukan agar terjadi perubahan dan perbaikan yang diketahui dan diukur yang terjadi secara kuantitatif maupun kualitatif. Untuk itu perlu dilakukan uji kelaikan solusi terlebih dahulu. Hal-hali yang dapat dikaji, antara lain:
a. Kemampuan guru sebagai pelaku tindakan. Apakah ia mampu melakukan tindakan yang direncanakan? Apa tidak terlalu sulit dan merepotkan guru? Hendaknya jangan terlalu menuntut guru terlalu tinggi, selain itu harus ada kesediaan guru dan bukan karena terpaksa.
b. Kemampuan siswa juga perlu diperhitungkan baik fisik, psikologis, sosial budaya dan etnik. Jangan sampai tindakan yang dilakukan justru merugikan siswa.
c. Fasilitas dan sarana prasarana pendukung yang tersedia di kelas atau di sekolah. Apakah peneliti mampu menyediakan fasilitas yang diperlukan?
d. Iklim belajar di kelas atau di sekolah, apakah cukup mendukung terwujudnya tindakan sesuai desain?
e. Iklim kerja sekolah, apakah ada dukungan kepala sekolah atau teman sejawat guru?
Penelitian bersama guru, kepala sekolah perlu membahas secara mendalam. konsekuensi terhadap dilakukannya tindakan harus diantisipasi, juga kemungkinan timbulnya masalah baru dengan adanya tindakan di kelas.

B. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
Peneliti pemula sering menyamakan pengertian rencana dan rancangan penelitian. Rencana penelitian dapat dikatakan sebagai seperangkat kegiatan yang diatur secara sistematis dan runtut untuk mencapai tujuan penelitian, rencana penelitian sering juga disebut proposal penelitian, misalkan orang akan membuat jembatan, maka ia harus tahu kegiatan apa saja anggaran yang harus dikeluarkan untuk setiap pos kegiatan. Kegiatan tersebut ditata beserta rencana biaya, sehingga jadilah rencana anggaran. Sedangkan desain atau rancangan penelitian adalah gambaran atau model yang akan diikuti dalam pelaksanaan pembuatan jembatan tersebut. Jika orang ingin membuat jembatan model terbaru, ia akan membuat suatu gambar atau rancangan dengan ciri-ciri model yang terbaru yang berbeda dengan model-model jembatan tradisional yang sampai saat ini telah ada.
Penelitian praktis (penelitian tindakan kelas) dapat digambarkan sebagai suatu proses daur ulang (siklus) yang semakin sempurna dengan melalui empat langkah dasar proses penelitian tindakan, yaitu: (1) penyusunan rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Perlu disadari untuk dapat menyusun rencana awal penelitian yang harus memiliki data akurat dari keseluruhan data (setting) penelitian.
Pada tahap awal peneliti (dalam hal ini guru sekolah dasar) berusaha seoptimal mungkin menjajagi keadaan karekateristik setiap siswanya melalui pengamatan yang dilakukan sehari-hari, misalnya kebiasaan dan perilaku siswa sehari-hari, perhatian terhadap pelajaran, sikap siswa, penguasaan materi, dan sebagainya. Guru juga secara akurat memiliki data dan penguasaan terhadap keadaan kelas dengan seluruh faktor pendukung dan penghambat, sarana prasarana. Keadaan awal dari keseluruhan setting penelitian ini akan digunakan sebagai kriteria kemajuan sebagai hasil penelitian tindakan yang akan dilakukan.
Tahap ini merupakan tahap penting untuk menentukan perlu tidaknya diadakan penelitian tindakan untuk memperbaiki masalah yang benar-benar membutuhkan pemecahan masalah melalui penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan penjajagan tersebut guru dan atau bersama peneliti (dosen) menentukan pada aspek apakah perbaikan atau peningkatan akan dilakukan melalui tindakan yang akan direncanakan. Misalnya; guru ingin memperbaiki peran serta siswa dalam diskusi kelompok. Tindakan untuk perbaiakan tersebut dapat disusun dalam hipotesis tindakan, misalnya; guru ingin memperbaiki peran serta siswa dalam diskusi kelompok. Tindakan untuk perbaikan tersebut dapat disusun melalui hipotesis tindakan, misalnya: “Melalui pengelompokan berdasarkan prestasi belajar pada mata pelajaran yang dibahas, seluruh siswa berani mengemukakan pendapat”. Hipotesis ini disusun berdasarkan pengamatan, jika siswa belajar kelompok yang heterogen yaitu anak pandai terdistribusi ke masing-masing kelompok, biasanya jalannya diskusi dan kerja kelompok didominasi oleh anak pintar, untuk itu guru memiliki pemikiran bahwa kerja dan diskusi kelompok didasarkan pada prestasi belajar yang seimbang, sehingga anak pandai tidak merasa mendominasi dan anak pandai tidak merasa minder. Jika belajar pada tingkat kepandaian yang seimbang, siswa akan berani terlibat aktif dalam diskusi, bertanya, berperan dalam kerja dan sebagainya.
Guru menyadari keadaan tersebut memang perlu diperbaiki, sebab guru menginginkan seluruh murid secara menyeluruh terlibat dalam belajar dan berkembang sesuai potensinya masing-masing. Untuk merealisasi penelitian tindakan yang direncanakan, guru bekerja sama dengan rekan atau dosen untuk mengembangkan penelitian tindakan dikelasnya atau guru melakukannya sendiri. Jika rencana telah matang kemudian guru melakukan tindakan, yaitu melaksanakan pembelajaran dengan kerja dan diskusi kelompok berdasarkan pada ranking atau prestasi belajar pada bidang studi yang dibahas (ranking bukanlah kedudukan anak secara umum di kelasnya, akan tetapi kedudukan siswa pada mata pelajaran yang bersangkutan).
Sementara kegiatan berlangsung, guru mengamati berbagai perubahan perilaku anak, guru mencatat seluruh peristiwa yang terjadi dan dampak yang muncul dilakukannya pembelajaran tersebut. Hasil catatan pemantauan guru tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengadakan refleksi. Guru dan atau peneliti lain membandingkan keadaan sebelum dilakukannya tindakaan dengan setelah diadakannya tindakan. Berbagai pertanyaan dapat digunakan sebagai acuan, antara lain: benarkah perubahan perilaku sebagai akibat dari dilakukannya tindakan atau perlakuan yang diberikan guru?, perubahan apa saja yang terjadi? Sejauh manakah perubahan yang terjadi?, apakah perubahan ke arah yang lebih baik atau lebih buruk?, apakah masih mungkin dilakukan perbaikan lagi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membawa guru dan atau peneliti berpikir dan akhirnya menentukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan tindakan sehingga perubahan perilaku anak sesuai dengan yang diharapkan.
Guru dan atau peneliti juga dapat membuat suatu model tindakan yang diyakini menjamin peningkatan atau perbaikan perilaku atau hasil belajar siswa. Berdasar hasil tindakan dan dampak tindakan guru dan atau peneliti dapat merencanakan rencana tindakan berikutnya (rencana berikut tetap pada ide utama atau initial idea yang disempurnakan). Ketidak puasan guru, kurang berhasilnya upaya perbaikan, akan mendorong guru dan atau peneliti mengembangkan penelitian lebih lanjut. Perlu disadari bahwa penelitian tindakan tidak sekali jalan terus berhasil akan tetapi berlangsung secara siklis (spiral) yang berlapis dan berulang yang semakin lama semakin meningkat perubahan hasilnya, jika pada siklus pertama kurang berhasil dapat disempurnakan untuk siklus berikutnya sampai tercapai perubahan tingkah laku sesuai yang ditetapkan. Proses siklis mencapai kemantapan jika guru dan atau peneliti merasa puas terhadap hasil dan apa yang dilakukan diyakini menunjang atau memperbaiki situasi.
Berdasar uraian tersebut diatas, penelitian tindakan berlangsung secara siklis dengan langkah-langkah tindakan dasar, yaitu: (1) rencana, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi atau berbagai istilah yang relevan digunakan.
Model penelitian tindakan dengan siklis yang paling sederhana yang dapat dilakukan oleh guru sekolah dasar, antara lain model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yang dapat digambarkan, sebagai berikut:

Gambar 1. The Action Research Spiral Kemmis dan Mc.Taggart

1. Rencana
Berbeda dengan rencana penelitian, rencan tindakan merupakan tindakan operasional yang direncanakan untuk memperbaiki, meningkatkan, atau merubah perilaku, sikap atau khususnya peningkatan belajar.
Rencana merupakan tindakan yang tersusun untuk memperbaiki situasi, mengubah, atau meningkatkan yang dilaksanakan secar khas yang mempunyai prospektif dan memandang kedepan. Rencana harus mengakui semua tindakan dalam batas waktu tertentu diramalkan, sehingga mengandung resiko. Rencana harus cukup fleksibel untuk dapat disesuaikan dengan pengaruh yang muncul tak terduga dan berbagai hambatan yang diperhitungkan dan tak terlihat. Tindakan memiliki dua dimensi, yaitu: (1) tindakan mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan sosial dan mengakui adanya hambatan yang bersifat material maupun dampak perilaku, (2) tindakan dipilih karena prospektif para pesertanya bertindak secara efektif dalam berbagai keadaan. Tindakan yang diambil hendaknya: (1) membantu praktisi mengatasi kendala yang ada dan memberi kewenangan bertindak secara tepat sesuai situasi dan berhasil sebagai pendidik, pelaksana, dan pemimpin, (2) membantu praktisi membantu menyadari potensi baru mereka untuk melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja mereka yang akan mampu memperbaiki, meningkatkan, atau mengubah perilaku.
Sebagai bagian dalam perencanaan penelitian, maka guru dan atau peneliti terlibat secara kolaboratif dalam diskusi untuk mengembangkan bahasa yang akan dipakai dalam menganalisis dan meningkatkan pemahaman dan tindakan mereka dalam situasi yang dihadapi

2. Tindakan
Tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktik secara cermat dan bijaksana. Praktik dilakukan berdasar gagasan dalam tindakan dan tindakan digunakan sebagai dasar atau pijakan untuk pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yaitu tindakan yang didasari keinginan untuk memperbaiki, pengubah, dan meningkatkan keadaan.
Tindakan dituntun oleh rencana yang didasarkan pada pemikirannya, namun perlu diperhatikan dalam bahwa tindakan tidak secara mutlak didasarkan pada rencana, hal ini terjadi bahwa penelitian tindakan adalah penelitian kontektual dan situasional, sehingga dimungkinkan adanya perubahan-perubahan (fleksibilitas program). Tindakan secara dasar memiliki resiko karena berhadapan dengan material dan situasi politis yang timbul secara tiba-tiba dan tak terduga yang dapat mengubah rencana sesuai dengan situasi dan kondisi, untuk itu rencana hendaknya bersifat tentatif dan sementara, dengan demikian tindakan merupakan hal yang tidak tetap dan dinamis. Dalam pelaksanaan tindakan dimungkinkan negosiasi, kompromi, sesuai kontek stategis.
Perbedaan penelitian tindakan dengan penelitian lain adalah, penelitian tindakan diamati. Pelakunya berusaha mengumpulkan bukti tentang tindakan mereka agar dapat sepenuhnya menilainya. Untuk mempersiapkan evaluasi sebelum bertindak mereka memikirkan jenis bukti yang akan diperlukan untuk mengevaluasi tindakannya secara praktis.

3. observasi
Observasi atau pengamatan memiliki fungsi untuk mendokumentasikan berbagai pengaruh tindakan yang terkait. Pengamatan berorientasi ke masa yang akan datang, artinya observasi dimaksudkan untuk memperoleh berbagai keterangan yang digunakan untuk langkah-langkah yang akan datang. Hasil pengamatan yang cermat akan memberikan masukan yang digunakan pada langkah refleksi untuk memperbaiki tindakan atau mempertahankan tindakan. Perlu diperhatikan bahwa dalam pengamatan sering menemui berbagai hambatan, sebab tindakan dibatasi oleh kendala realitas dan semua kendala yang belum pernah ditemui dan dilihat pada masa lalu. Sehubungan dengan itu observasi perlu direncanakan secara cermat, sehingga ada dasar dokumenter untuk refleksi berikutnya. Observasi memiliki sifat responsif, terbuka terhadap pandangan dan pemikiran, sehingga pengamat tidak mencampur adukkan antara hasil pengamatan dengan interpretasinya. Interpretasi pengamatan hendaknya ditulis dalam ruang tersendiri, sehingga deskripsi hasil observasi tetap otentik menggambarkan keadaan yang senyatanya. Peneliti membuka pandangan dan pikiran bukan untuk mencampur adukkan hasil pengamatan, akan tetapi justru untuk mengantisipasi hal-hal yang tak terduga, sehingga mengamati menjadi tidak cukup.
Peneliti perlu mengamati proses tindakannya, proses tindakan, keadaan dan kendala tindakan, cara keadaan dan kendala menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, serta persoalan-persoalan lain yang muncul. Pengamatan harus didasari suatu niat dan tujuan memberikan dasar bagi refleksi diri yang kritis. Observasi memberikan indikasi apakah refleksi dapat tercapai, dengan kata lain observasi sangat menentukan berhasil tidaknya refleksi.
Hal yang perlu dicatat kegiatan observasi tidak berdiri sendiri, akan tetapi dapat divariasikan dengan berbagai kegiatan yang akan memberikan masukan yang lengkap guna melakukan refleksi. Kegiatan lain yang dapat dilakukan antara lain; wawancara, tes, sosiometri, dan sebagainya.

4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi mempertimbangkan ragam pandangan yang mungkin ada pada situasi sosial, dan memahami persoalan dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu. Refleksi biasanya dibantu dan atau dilakukan oleh seluruh anggota peneliti melalui diskusi. Rekonstruksi tindakan akan diungkap kembali, sehingga seluruh peneliti memiliki pandangan dan persepsi yang sama tentang kendala dan faktor pendukung. Berdasar analisis kasus dan berbagai pertimbangan dapat diputuskan berbagai perbaikan rencana (revisi rencana tindakan). Refleksi ini memiliki sifat evaluatif, sebab melalui refleksi seluruh anggota penelitian menentukan apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai harapan atau belum, apakah tindakan perlu diadakan perbaikan atau tidak.
Penelitian tindakan merupakan penelitian yang dinamis yang menyadari bahwa penelitian atau suatu tindakan tidak selalu pasti berhasil, untuk itu tindakan perlu dikaji ulang, diperbaiki, diperkuat melalui suatu model penelitian siklus.
Kemmis (1982) mendeskripsikan proses dasar secara singkat. Praktek penelitian prosesnya dimulai dengan ide umum (initial idea) bahwa hasiul tindakan yang dilakukan nantinya akan diperoleh perubahan atau perbaikan sesuai apa yang diinginkan. Untuk melaksanakan idenya peneliti memerlukan medan atau tempat melakukan tindakan sesuai idenya. Untuk mampu melaksanakan ide umum, diperlukan berbagai faktof pendukung dan informasi yang lengkap bagaimana ide itu dilaksanakan. Setelah menemukan tempat dilakukannya tindakan, maka ide umum dirinci atau diterjemahkan dalam bentuk tindakan-tindakan, tindakan tersebut dipantau untuk mengetahui efeknya, dan berdasarkan pengamatan dilakukan untuk menyusun rencana baru.
Jika dinyatakan penelitian tindakan memerlukan medan maka medan itu berhasil diselesaikannya maka individu akan mencai atau memasuki medan yang baru (teori medan dari Kurt Lewin). Misalnya; seorang guru ingin mengubah perilaku anak-anak yang secara akademik kurang mampu terlibat aktif dalam belajar. Guru mengelompokkan merekan menjadi satu kelompok yang setingkat kemampuannya agar tumbuh suasanan kebersamaan, keadaan sederajat atau merasa menjadi masyarakat yang memiliki kedudukan sama (equi community) dan tidak merasa minder. Ide utama tersebut berjalan dengan berbagai pengkondisian dan upaya, akhirnya murid-murid berkemampuan akademik rendah telah memiliki keberanian berbicara, berpendapat, berekspresi, persoalan lain muncul dan ingin dikerjakan oleh guru, yaitu bagaimana membawa murid yang telah mampu berbicara dalam kelompokm kemampuan sebaya ke kelompok siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi. Dengan demikian medan kelas berubah dari membuat murid berani berbicara dan berpendapat menjadi memasukkan mereka ke komunitas yang berbeda kondisinya, dapat digambarkan perubahan medan kerja dan tugas tersebut sebagai suatu spiral yang sambung-menyambung (chain). Dengan kata lain, setiap orang mampu menyelesaikan suatu persoalan (medan) akan muncul persoalan lain (medan lain) yang dapat merupakan akibat langsung maupun tidak langsung atau persoalan yang sama sekali tidak berkaitan. Dari contoh tersebut jika guru juga berhasil membaurkan anak berkemampuan rendah ke sedang atu tinggi dan anak yang semula berkemapuan rendah ternyata tetap mampu berinteraksi, mengeluarkan pendapat, di kelompok yang kemampuannya tinggi, maka mungkin guru atau peneliti ingin memasuki medan kerja yang baru, misalnya; apakah mungkin semua berkemampuan rendah pada akhirnya tanpa hambatan berinteraksi, mengeluarkan pendapat, berekspresi di kelompok tinggi?





Gambar 2. Teori Medan

Berdasarkan uraian tersebut penelitian tindakan dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian tindakan berujud siklus. Penulis menggambarakn dua macam model penelitian, yaitu: (1) model suatu medan; artinya peneliti hanya ingin menyelasaikan satu persoalan yang mengganggu sampai diperoleh penyelesaian masalah, (2) model ganti medan; model ini dimaksudkan, jika satu medan berhasil diselesaikan, maka guru dan ataupeneliti tertantang untuk memasuki tantangan atau medan berikutnya. Guru dan atau peneliti profesional akan selalu berupaya memperbaiki kerjanya, sehimngga untuk perbaikkan nerja mereka melakukan penelitian tindakan tidak hanya satu kali penelitian tetapi penelitian yang dilakukan terus menerus, karena penelitian tindakan bukanlah penelitian yang dapat digunakan generalisasi pada tempat lain, kelas lain, waktu lain. Penelitian tindakan memiliki sifat kontekstual, artinya memang hanya diperuntukan pada situasi dan konteks tersebut. Guru hanya bisa mengidentifikasi atau meniru tetapi tidak bisa menganggap bahwa penelitian itu digeneralisasi.

1. Model Penelitian Satu Medan
Model penelitian ini merupakan pelaksanaan tindakan atas ide utama atau ide awal (initial act) yang disempuranakan untuk siklus-siklus berikutnya.ide dalam satu rangkaian penelitian itu sama pada setiap siklusnya, yang membedakan adalah berbagai variasi dan penyempurnaannya.model tindakan dalam satu siklus tersebut dapat digambarkan:
PENJAJAGAN

RENCANA AWAL
IDE UTAMA/ INITIAL IDEA


TINDAKAN

OBSERVASI

REFLEKSI

REVISI RENCANA
PERBAIKAN/ PENYEMPURNAAN


DST
Gambar 3 Model Penelitian Satu Medan

Ketika dan guru atau peneliti memprihatinkan kelasnya dan ada gagasan untuk memeperbaiki, guru atau peneliti mengadakan penjajakan tentang siswa dengan seluruh karakteristiknya, kelas dan sarana pra sarana dengan seluruh karakteristiknya, lingkungan dan karakteristiknya. Berdasarkan penjajagan guru memilih ide alternatif pemecahan yang layak untuk menyelesaikan masalah dan disusunlah rencana awal berdasarkan ide utama. Ide utama direalisaasi dalam tindakan dan selam atindakan berlangsung guru atau peneliti memantau pelaksanaan tindakan; (1) apakah tindakan sesuai rencana, (2) seberapa pelaksanaan tindakan diharapkan menghasilkan perubahan, peningkatan, atau perbaikan (prospektif). Berdasar hasil pengamatan guru dan atau peneliti merefleksi seluruh rangkaian tindakan dan memikirkan ulang apakah ide memang sesuatu yang layak dipertahankan, apakah penyususnan rencana telah matang, apakah terdapat penyimpangan tindakan, apakah hasil tindakan dapat diharapkan. Berdasarkan analisis dan evaluasi maka memasuki siklus berikut disusunlah rencana baru (revisi rencana/ rencana revisi), pelaksanaan tindakan terevisi, observasi, dan pada akhirnya mengadakan revisi kembali. Jika berdasar refleksi peneliti memperoleh kepuasan, maka penelitian dapat diakhiri.

2. Model Ganti Medan
Model ganti medan merupakan perwujudan karakteristik manusia yang ingin mencapai kesempurnaan dan tidak puas atau berhenti pada apa yang telah dicapainya. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
M E D A N 1
SIKLUS 1 RENCANA AWAL

TINDAKAN 1
TINDAKAN 2
TINDAKAN 3 DST
OBSERVASI

R E F L E K S I

SIKLUS 2
D S T RENCANA TEREV ISI

TINDAKAN 1
TINDAKAN 2
TINDAKAN 3 DST
OBSERVASI

R E F L E K S I

M E D A N 2 ( Dst )

Gambar 4 Model Ganti Medan
Pada gambar tersebut jelas terlihat bahwa rencana awal meliputi bukan hanya satu tindakan, tetapi beberapa tindakan dilakukan untuk memperoleh perubahan atau peningkatan perilaku. Setelah peneliti berhasil menyelesaikan satu masalah yang diselesaikan dalam beberapa siklus, maka peneliti melihat ternyata ada dampak atau kasus baru yang perlu diselesaikan sebagai dampak atau masalah baru yang muncul dari pelaksanaan penelitian tindakan yang dilakukan. Sehingga untuk model ganti medan dapat dikatakan bahwa penelitian pada dasarnya telah selesai dan peneliti ingin memasuki persoalan baru, untuk pengembangan, peningkatan berdasar hasiil penelitian sebelumnya. Satu masalah terselesaikan akan muncul masalah lain. Wujud pengembangan penelitian ini menunjukkan bahwa unjuk profesional guru telah mencapai tingkat profesional. Guru menyadari bahwa satu penelitian tindakan hanyalah menyelesaikan satu dari beribu masalah, dan setiap penyelesaian masalah tentu berkaitan atau berdampak perlunya penyelesaian masalah berikutnya.

C. Langkah – langkah Tindakan
Sebelum pelaksanaan tindakan penelitian dan guru perlu menyusun langkah – langkah agar semua komponen yang diperlukan dapat dikelola secara maksimal.

1. Mempersiapkan Pelaku Tindakan
Persipan siapa yang akan melaksanakan tindakan sebagi realisasi ide umum atau initial idea perlu dipersiapkan secara matang. Jika guru merasa perlu persiapan, perlu latihan sesuai rencana tindakan, maka bukan hal yang buruk jika dilakukan. Demikkian pela jika dosen harus turun sebagai pelaku tindakan, maka dosen juga perlu latihan. Pesiapan, latihan, modeles mutlak diperlukan jika memang tindakan yan akan dilakukan merupakan sesuatu yang baru. Langkah awal ini merupakan langkah persiapan mental psikologi guru agar tidak memiliki rasa ketakutan, tetekan atau rasa malu jika tindakan yang dilakukan tidak sempurna. Guru atau pelaku tindakan harus terbebas dari rasa takut gagal dan salah.

2. Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Berbagai tindakan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas memerlukan berbagai fasilitas dan sarana prasarana pendukung. Hanya saja menginga kepraktisa npenelitian, maka diharapkan penelitidan atau guru untuk dapat memaksimalkan berbagai fasilitas dan sarana prasarana yang ada di kelas dan sekolah (prinsip efisiensi), sehingga penelitian memang benar-benar alamiah sesuai tuntutan kebutuhan kelas (penelitian setting kelas). Hal ini bukan berarti penelitian tindakan tidak menggunakan biaya, akan tetapi lebih mendekatkan pada setting kelas dan murid secara alamiah dengan pertimbangan jangan sampai ketika dilaksanakan penelitian menggunakan sarana prasarana yan gmemadai dan harus mengeluarkan biaya, tetapi jika penelitian telah berhasil membuktikan hipotesis tundakan dan akan diidentifikasi dan akan ditiru pada pelaksanaan di luar jadwal penelitian akan menurunkan kualitasnya. Untuk itu seyogyanya pelaksanaan penelitian dengan atau tanpa biaya (dari pihak luar), penelitian tindakan kelas mengutamakan pemberdayaan seluruh fasilitas dan sarana prasarana yang ada, bila perlu membuat dengan biaya kecil dan melibatkan anak secara maksimal, sehingga justru dapat digunakan dalam pembelajaran selanjutnya.
Persiapan fasilitas dan sarana pendukung pelu disiapkan sebelum tindakan diterapkan, misalnya: penelitian ingin memberdayakan siswa mampu memajangka hasil karyanya, sehingga anak lain atau anak itu sendiri terdorong untuk berkarya lebih baik (reiforcement positive), maka perlu disiapakan tempat untuk memajangkan, misalnya; disiapkan paku untuk memajangkan pada satuan waktu tertentu.

3. Mempersiapkan Cara – cara Observasi
Pemelitian tindakan juga perlu mempersiapakan segala hal yang akan digunakan untuk pemantauan tindakan untuk mengetahui dampak tindakan dan kesesuaian tindakan dengan rencana untuk refleksi. Pengamatan hendaknya menggunakan teknik- teknik yang tidak menyita perhatian guru, sehingga mengorbankan kerja rutin guru, terutama jika penelitian dilakukan secara mandiri, maka guru dapat mengggunakan daftar cek, skala bertingkat, dan sebagainya. Sedang jika penelitian dilakukan oleh kelompok, maka penelitian dapat menggunakan alat – alat dan teknik pementauan yang lebih lengkap dan kurang perlu memperhitungkan waktu, sebab pelaksana tindakan tetap konsentrasi pada tugasnya, sedang pengamatan dilakukan oleh anggota peneliti lain.

4. Skenario Garis Besar Perilaku Guru dan Murid
Pelaksanaan tindakan walaupun diharapkan tidak mengganaggu tugas rutin, namun pelaksanaan perlu disusun skenario, sehingga kegiatan tidak menjadi terlalu seadanya dan rencana tindakan justru menjadi berantakan. Skenario dimaksudkan menjadi pedoman umum peneliti atau guru dalam melakukan urutan–urutan tindakan sesuai rencana.
Jika segala sesuatunya sudah dipersiapkan, maka skenario pelaksanaan tindakan dapat dilaksanakan.tindakan ini merupakan tindakan awal ( initial act ) pada siklus pertama dan akan diikuti langkah observasi tentang pelaksanaan, kemajuan sebagai dampak tindakan, berbagai kendala yang muncul, dan sebagainya yang pada akhirnya hasil pengamatan digunakan sebagai bahan pertimbangan refleksi untuk menentukan apakah tindakan perlu disempurnakan atau tindakan telah mencapai apa yang diinginkan.
Untuk mengetahui apakah setelah dilakukan tindakan terjadi perubahan, peningkatan, perbaikan, penelitian perlu mengetahui kadaan awal sebelum dilakukan tindakan, sehingga berdasar keadaan awal tersebut secara jelas perilaku mana yang akan dikenakan tindakan. Dengan diketahui keadaan awal akan diketahui seberapa besar perubahan sebagai dampak tindakan diperoleh dan perubahan dari waktu ke waktu dapat diketahui yaitu dengan membandingkannya dengan keadaan awal. Keadaan awal juga dapat digunakan sebagai kriteria, yaitu jika perubahan tidak sesuai dengan yang diharapkan berarti tindakan tidak efektif merubah perilaku, sehingga tindakan dapat diperbaiki atau diganti dengan tindakan yang lebih menjamin. Perbaikan dilakukan sampai diperoleh hasil yang sesuai harapan, sehingga jumlah siklus ditentukan sejauh mana perubahan sebagai dampak tindakan sesuai harapan.
Agar pelaksanaan tindakan tidak terganggu oleh berbagai kegiatan guru maupun sekolah, maka perlu disusun jadwal kegiatan. Penjadwalan ini dapat ditempuh dengan: (1) invebtarisasi seluruh kegiatan yang akan dilakukan sejak awal, (2) memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan. Skedul dan pembagian waktu dapat dibuat dalam bentuk Gantt Chart yang memuat urutan kegiatan dan waktu yang diperlukan:
Contoh:
NO KEGIATAN BULAN
....................... BULAN
........................ BULAN
......................
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Penjajagan x
2. Perijinan x
3. Diskusi x
4. Penyusuan Rencana Awal (siklus 1) x x
5. Pelaksanaan Tindakan x x
6. Observasi Tindakan x x
7. Refleksi, diskusi, analisis sintesis dan rencana siklus 1 x
x
8. Tindakan (siklus 2) x x
9. Observasi x x
10. Refleksi: diskusi, analisia, sintesis, rencana siklus 3 x
11. Dan seterusnya




D. Pengembangan Model dan Implementasi Penelitian
Terdapat kemungkinan pada waktu pelaksanaan tindakan sebagaimanan rencana ide awal, ternyata muncul hal-hal baru guna memperkuat pencapaian hasil. Peneliti hendaknya mencatat dan merefleksikannya guna pengembangan pada tahap selanjutnya yang dapat dikembangkan sebagai berikut:





Gambar 5 Pengembangan Model Penelitian

Pada gambar 5 secara nyata terlihat bahwa dalam pelaksanaan penelitian dimungkinkan munculnya kebutuhan tindakan barru guna mendukung tercapainya hasil yang diharapkan. Sehubungan dengan hal tersebut dalam penelitian model ini peniliti tidak bersikap baku, mengingat penelitian ini berorientasi praktis untuk memecahkan masalah-masalah praktis yang dihadapi, sehingga berbagai tindakan baru dapat dilakukan dengan tujuan peningkatan hasil. Untuk menentukan tindakan baru atau fariasi tindakan, guru secara mandiri atau kolabprasi dapat merumuskan tindakan berdasar observasi dan refleksi keterbukaan guru terhadap aksi yang dilakukan merupakan merupakan kunci apakah tindakan perlu divariasi atau tidak.
Jika penelitian tindakan dilakukan di kelas atau dikenakan pada siswa, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain:

1. Kegiatan Awal Persiapan Implementasi
a. Pembicaraan dan dialog dengan seluruh staf sekolah. Mengenai rencana penelitian tindakan untuk memetangkan rencana.
b. Penelitian atau model les diantara guru atau dari dosen jika diperlukan.
c. Pengkondisisan kelas dan sekolah secara wajar.
d. Persiapan cara dan alat pemantauan dan perekaman data.
e. Persiapan perangkat dan bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan.
f. Diskusi hasil model les untuk pematangan rencana atau pengulangan untuk memperoleh model tindakan yang diharapkan (jika diperluka).
g.
2. Persiapan
Hari pertama atau kegiatan pertama merupakan saat yang paling kurang menyenagkan. Oleh karena itu perlu persiapan mental, guru atau peneliti hendaknya memiliki motivasi tinggi bahwa apa yang dilakukan merupakan upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Guru jangan merasa takut mencoba, rendah diri atau merasa tidak mampu (sebab di kelasnya gurulah yang paling mampu).
Persiapan juga perlu dilakukan terhadap siswa terutama jika dilaksanakan penelitian kolaborasi yang melibatkan pihak selain guru agar murid tidak merasa terganggu. Perlu diadakan pendekatan sebelumnya, sehingga murid merasa akrab dengan seluruh anggota penelitian. Murid jangan merasa sedang diamati agar perilakunya tetap alamiah sebagaimana yang dilakukan sehari-hari (hawthorner effect).

3. Implementasi di kelas.
Penelitian kolaborasi dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota peneliti dikelas, sehingga guru bukanlah pelaksana dari rencana penelitian, akakn tetapi seluruh anggota terlibat dengan fungsinya masing-masing. Jika terjadi keraguan atau ketidak yakinan guru, maka peneliti lain akan dapat membantu tanpa menimbulkan kecurigaan siswa.
Jika penelitian dilakukan secara mandiri oleh guru, maka perencanaan yang sudah matang hendaknya dilakukan secara wajar sebagaimana mengajar sehari-hari, tetapi dengan berbagai perubahan secara perlahan. Guru tidak perlu menyatakan bila sedang mengadakan penelitian, tetapi cukup menyatakan berbagai rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan, tentu saja dengan meminta persetujuan murid, agar secara mental emosional murid terlibat dalam keseluruhan pembelajaran.
Penelitian tindakan dilakukan secara mandiri maupun kolaboratif, proses perkembangan dan perubahan akibat tindakan hendaknya senantiasa dilakukan pengamatan. Pemantauan proses ini sangat penting, sebab dengan deskripsi proses tindakan akan dapat diketahui apakah pelaksanaan telah sesuai dengan rencana. Untuk itu jika dilaksanakan secara kolaboratif, makak guru tidak dibiarkan sendiri didalam kelas. Tetapi jika dilaksanakan oleh guru sebagai peneliti, maka guru harus mempersiapkan alat pengamatan yang tidak mengganggu proses tindakan atas pembelajaran yang dilaksanakan.
Pada waktu istirahat merupakan waktuyang baik untuk berbincang dengan sisiwa agar memperoleh informasi apa yang dirasakan sisiwa dan persepsi mereka. Apa yang diperoleh peneliti selama melakukan pemantauan, dapat dibicarakandan dilakukan refleksi bersama-sama. Hasil refleksi dapat digunakan memperbaiki prosedur dan cara bertindak yang dilakukan guru untuk tindakan pada siklus berikutnya sampai diperoleh keyakinan bahwa tindakan yang dilakukan meningkatkan atau memperbaiki perilaku atau kondisi yang diharapkan.

4. Pengelolaan
Tindakan pada dasarnya dilakukan untuk mencapai tujuan yang direncanakan, untuk mencapai tujuan maka perlu adanya pengelolaan dan pengendalian. Pengelolaan mencakup pengorganisasian kegiatan, waktu maupun sarana prasarana yang dipergunakan. Pengelolaan yang baik, maka efisiensi dan efiktivitas dapat tercapai. Pengendalian dimaksudkan agar jika dilakukan perubahan di tengah jalan atau proses, perubahan justru untuk meningkatkan ketercapaian hasil dan bukan penyimpangan yang menjauhi sasaran. Oleh karena itu seluruh anggota penelitian bekerja bersama selama proses penelitian. Seluruh anggota penelitian mencatat, merekam semua kejadian selama tindakan, dan berdasar catatan ini analisis dan refleksi dilakukan

5. Modifikasi
Hasil refleksi merupakan masukan dan pertimbangan untuk melakukan modifikasi. Modifikasi dilakukan untuk aakselerasi atau persepatan ketercapaian tujuan. Dengan demikian terbuka kemungkinan antara guru atau seluruh peneliti dan siswa melakukan kegiatan yang tidak terencana tetapi mendukung tercapainya tujuan. Tentu saja modifikasi ini tercatat sehingga peneliti memperoleh pedoman bahwa bahwa tindakan dengan modifikasi tertentulah yang diyakini mampu meningkatkan atau mencapai hasil yang diharapkan.

PEMBELAJARAN TERPADU MELALUI KURIKULUM TEPADU PENYEBERANGAN BEBERAPA DISIPLIN

Seri Pembelajaran terpadu 2.2

(4) Sequenced (urutan) terjadi jika topik atau unit pada dua mata pelajaran dirancang ulang dan dirutkan satu dengan yang lain sehingga saling mendukung kebermaknaannya meskipun tetap diajarkan pada masing-nasing mata pelajaran,
(5) Shared (saham/andil) model ini terjadi hampir sama dengan sequenced, bedanya isi bukan saling mendukung tetapi saling tumpang tindih, sehingga conten tersebut dapat hanya diajarkan oleh guru dalam satu mata pelajaran saja atau diajar secara tim (bersama), (6) Webbed (jaring laba-laba) terjadi jika suatu tema yang subur menjadi center of interest pembelajaran sehingga isi kurikulum dan mata pelajaran dapat mengggunakan tma tersebut untuk menata tema, konsep, ide sehinggga pembelajaranmenjadi bermakna, (7) Theaded (kumparan benang) terjadi jika pendekatan meta kurikulum menjalin berbagai keterampilan-keterampilan berpikir, sosial, keragaman, kecakapan, teknologi yang diajarkan melalui variasi mata pelajaran, misalnya : guru mentargetkan kemampuan memprediksi, ujntuk itu perlu bekal dari kegiatan membaca, matematika, laboratorium IPA, (8) integrated (terpadu) terjadi jika pendekatan interdisipliner dalam mata pelajaran yang tumpang tindih dalam konsep, topik,
Fogarty (1991:33-83) menjelaskan model pembelajaran erpadu melalui kurikulum terpadu memungkinkan terjadi penyeberangan beberapa topik, tema, konsep, atau teori ke mata pelajaran lain dan atau terjadi overlaping yang memungkinkan diajarkan bersama atau saling mendukung. Karakteristik penataan kurikulum ini, guru tidak hanya berkonsentrasi pada satu mata pelajaran akan tetapi dapat berdiskusi dengan rekan lain (jika guru bidang studi) atau menyusun seluruh peta konsep untuk setiap mata pelajaran 9juka guru kelas), sehingga guru memperoleh gambaran secara konkret peta konsep seluruh mata pelajaran dalam satu satuan waktu, misalnya catur wulan (Depdikbud, 1994).
Keterpaduan pada tingkat ini tidak dimaksudkan terpadu dalam arti overlaping saja akan tetapi antar konsep sa;ing mendukung atau serupa dikatakan keterpaduan (sequenced), sehingga murid belajar lebih mudah dan bermakna. Pada tingkat ini terdapat ;ima model yang dapat diuraikan, sebagai berikut :

A. Sequnced (Urutan atau rangkaian)
Topik attau urut dalam mata pelajaran dirancang dan diurutkan agar serupa dengan mata pelajaran yang lain. Kesamaan ide diajarkan secara bersama-sama (cocert/konkret) yang diajarkan tetap pada mata pelajaran secara terpisah. Model ini diterapkan, jika ada dalam dua mata pelajaran terdapat urutan atau rangkaian topik-topik yang jika diurutkan akan saling mendukung, maka dua guru akan mengajarkan secara urut, sehingga akan saling mendukung, maka dua guru akan mengajarkan secara urut, sehingga apa yang diajarkan akan sejajar dan didukung oleh bahasa mata pelajaran lainnya. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:






Dua mata pelajaran yang berhubungan dan memiliki kesamaan dapat diurutkan sehingga mata pelajaran keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan merangkai urutan dalam topik yang diajarkan, aktivitas tiap bahasan akan mempertinggi (enhance) bahasan yang lain. Esensinya satu bahasa akan membawa ke kegiatan yang serba guna (vice versa). Contoh : seorang guru bahasa sedang mengajarkan sejarah novel dalam satu periose, sementara seorang guru sejarah mengajarkan satu periode sejarah waktu yang sama. Kesamaan antara novel dengan sejarah pada waktu itu akan saling mendukung atau bersama-sama saling memberi dan mendukung kebermaknaan. Model ini menuntun siswa untuk sedecara mudah untuk membuat koneksi atau memberi pengalaman pada sesuatu yang berkenaan dengan situasi tersebut.
Contoh :
Seni Bahasa Studi Sosial
1. Robin Hood
2. Perjalanan tengah malam Paul Revere
3. Kerja keras yang membawa kebebasannya
4. Nellie Bly (emansipasi)
5. Catatan harian Anne Frank 1. Watu pertengahan
2. Revolusi Amerika
3. Perang sipil
4. Perubahan hak pilih wanita
5. Perang Dunia II
Dari urutan materi dalam Studi Sosial dan Studi Bahasa tersebut akan saling mendukung bersama-sama saling berkait, jika pembelajarannya diurutkan, sebagai berikut :
Seni Bahasa Studi Sosial
1. Robin Hood
2. Nellie Bly
3. Catatan harian Anne Frank
4. Perjalanan tengah malam Paul Revere
5. Kerja keras yang membawa kebebasannya 1. Revolusi perang
2. Perang sipil
3. Perubahan hak pilih wanita
4. Abad pertengahan

5. Perang Dunia II




Implementasi di SD-SD, maka guru dapat melakukan langkah-langkah :
1. Menganalisa isi kurikulum atau pemetaab konsep
2. Memilih dua mata pelajaran yang sejenis
3. Mengurutkan kembali urutan perubahan masing denga periode waktu yang sejajar
Berikut implementasi pelaksanaan kurikulum terpadu melalui model sekuen di sekolah dasar di Indonesia, sebagai berikut :
IPS (Sejarah) Studi Sosial
1. Kebangkitan Nasional
2. Soempah Pemuda
3. Proklamasi
4. Ordelama ke Orde baru
5. Masa Orde Baru 1. Angkatan Balai Pustaka
2. Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan ’45
4. Angkatan ’66
5. Suju Naga

B. Shared (Saham/Adil)
Perencanaan shared dan pembelajaran mengambil tepat pada dua mata pelajaran yang terdapat konsep atau kajian yang muncul atau overlaping/tumpang tindih kemudian diorganisasi atau diajarkan bersama-sama atau hanya salah satu mata pelajaran yang mengajarkannya. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Dua mata pelajaran yang berhubungan dan memilliki kesamaan dapat diurutkan sehingga isi mata pelajaran keduanya dapat diajarkan secara paralel.
Fogarty (1991) menyatakan bahwa kwpastian keluasan disiplin (mata pelajaran) memunculkan payung-payung kurikulum. Matematika dan sains berpasangan menjadi sins, kesusastraan dan sejarah berangkai di bawah label humanisme, seni, musik, tari dan drama dipandang sebagai seni keindahan, da teknologi komputer, industi, dan seni rumah dicakup dalam seni praktis. Di dalam mata pelajaran yang saling mengisi (complementary), perencanaan dapat dilakukan secara bersama-sama dan atau guru membuat satu fokus pada konsep, keterampilan dan sikap yang saling berpasangan atau saling melengkapi. Misalnya : Guru IPA da Matematika menggunakan kumpulan data, gambar, dan grafik sebagai yang sama-sama ada dalam bahasan (kurikulum), maka konsep-konsep tersebut dapat diajarkan secara tim, atau hanya salah satu yang mengajarkan.
Kerja sama dalam perencanaan ini hanya terjadi di sekolah menengah pertama dan menengah umu. Dua guru atau lebih mengadakan pertemuan untuk merencanakan berbagai konsep yang saling harus diajarkan akan diajarkan secara tim, sehingga konsep menjadi satu dan tidak bertentangan yang membuat siswa bingung. Murid akan memperoleh kejelasan kapan konsep digunakan pada disiplin ilmu secara terpisah dan kapan konsep tersebut sebenarnya merupakan konsep umum dan dapat diterapkan dimana saja. Konsep, keterampilan dan sikap yang secara tradisional diajarkan oleh masing-masing mata pelajaran akan menjadi efektif dan efisien jika diajarkan oleh tim atau hanya satu guru saja yang mengajarkan, sedang guru lain tinggal mengembangkan, khususnya penerapannya di bidang lain. Jika hal ini dilakukan di sekolah dasar, maka model kurikulum ini sangat mudah dilakukan, karena guru tidak perlu malakukan pertemuan untuk merencanakan bersama. Guru SD dapat secara mandiri pertemuan untuk merencanakan bersama. Guru DS dapat secara mandiri menganalissis dan merencanakan konsep, teori, keterampilan dan sikap yang berpasangan atau sama merencanakan konsep, teori, keterampilan dan sikap yang berpasangan atau sama dalam satu kegiatan. Bila model ini dapat dilakukan, maka keluhan sebagian besar tent6ang luasnya tuntutan kurikulum dan sempitnya waktu dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran ini. Model kurikulum shared didasarkan pada shared ide-ide yang datang dari dalam mata pelajaran. Model ini secara rasikal berbeda dengan pendekatan tematik dalam pengkonsepan persatuan konsep, karena konsep=konsep hasil dari andil (shared) elemen-elemen berbeda dibanding dengan pengnalan tema dari sisi luar (outsidde), hal ini seperti penyajian diagram Venn kemiripan dalam seksi yang saling tumpang tindih. Kunci model ini adalah mencari kajian, konsep, keterampilan, dan konsep yang bersama-sama atau berpasangan dalam dua kurikulum mata pelajaran.
Penggunaan model ini dipandang sebagai keterpaduan, guru membutuhkan eksplorasi dua mata pelajaran untuk menentukan kokonsep, keterampilan, dan sikap sebagai kontent yang secara praktis dan nyata saling tumpang tindih atau bersama. Proses ini lebih kompleks daripada secara sederhana mengurutkan unit-unit yang serupa dengan konten mata pelajaran lain. Guru dalam merencanakan dan menganalisis kurikulum hendaknya selalu bertanya pada diri sendiri dan atau dengan rekan lain yaitu konsep-konsep apa yang secara efisien dapat diorganisasi? Konsep-konsep apa yang disharekan? Apakah kita mengajar keterampilan-keterampilan tyang sama? Apakah dua unit memiliki kesamaan dalam ide dan konsep?
Melaluimodel ini pembelajaran yang mengajarkan secara bersama konsep, keterampilan, dan sikap akan memperdalam penguasaan murid. Melalui kesamaan mata pelajaran yang mirip, overlaping akan mempermudah pendalaman belajar untuk transfer konsep. Pembuatan skedul akan lebih mudah karena hanya melibatkan dua mata pelajaran (dua guru) dibanding merencanakan secara tim.
Model membutuhkan pasangan guru (tim) yang kompak dan memiliki konsep, panmdangan, dan keterampilan yang sepadan dan saling mengisi, konsep, pandangan, dan keterampilan yang sepadan dan saling mau mengerti, sebab jika pasangan timpang, maka satu guru akan tergantung dan menguntungkan pada orang lain, akibatnya pembelajaran menjadi tidak seimbang dan hanya memperkuat ke arah salah satu mata pelajaran saja, sedang guru yang hanya menggantungkan pada tema justru akan kesulitan dalam transfer konsep, keterampilan, dan sikap.
Contoh :
IPA IPA - - - SENI BAHASA SENI BAHASA
FOTOSINTESIS
Ekologi
Ekosistem

Konservasi
(Rasa hormat pada ekosistem )

Gambar alir
Siklus
Konsep (konsep-konsep)

Penghargaan (sikap)



Sekuens (Keterampilan)
WAWANCARA
Biografi (Siklus hidup)


Penghargaan terhadap pendirian


Melihat garis plot (isi cerita)

Cerita dan refleksi; Topik dan unitdari hubungan dua mata pelajaran menawarkan kemungkinan yang besar untuk integrasi dengan identifikasi konsep dasar, keterampilan dan sikap yang tumpang tindih.
Keuntungan penggembungan peancangan model ini lebih menunjukkan keterpaduan, dengan mata pelajaran yang sama, tumpang tindih atau mirip akan mempermudahkan pendalaman belajar konsep untuk transfer. Model ini lebih sesuai digunakan pada mata pelajaran yang satu kelompok.





C. Webbed
Satu tema yang subur dijaring laba-labakan untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk menyelediki kesesuaian konsep, topik, dan ide-ide. Model ini diawali dengan suatu motto yang disampaikan oleh Lyndon B. Johnson ”kita harus membuka pintu kesempatan. Teetapi kita harus juga melengkapi masyarakat untuk berjalan ke pintu itu ”.
Webbed menyajikan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Karakteristik pendekatan tema ini untuk mengembangkan kuriklum dimulai dengan satu tema seperti ”Transportasi”, ”Penyelidikan”, ”Pertanian”, ”Perkebunan”, dan lain-lain. Sekali waktu penyeberangan terjadi beberapa bagian (guru yang terlibat) yang membuat keputusan ini. Penyelidikan meiliki peran penting untuk mempelajari mesin-mesin sederhana dalam IPA, membaca dan menulis tentang penyelidik (peneliti) dalam Bahasa, merancang, dan membangun model-model dalam seni industri, menggambar dan mempelajari alat-alat Rube Goldberg dalam Matematika, membuat gambar alir dalam teknologi komputer. Dalam hal yang lebih teliti jaring laba-laba, keruwetan unti dapat dikembangkan dalam keterpaduan yang terjadi dalam bidang-bidang yang relevan.
Contoh; Guru menyajikan satu topik sederhana seperti ”Sirkus” dan menjaringkannya dengan bidang-bidang kajan dalam mata pelajaran. Konseptual tema seperti konflik dapat dijaringkan untuk lebih memperdalam pendekatan tema ini.
Dalam situasi yang terpisah-pisah pendekatan kurikulumjaring laba-laba untuk menerpadukan sering dicapai melalui penggunakan hal-hal yang bersifat umu tetapi tema yang subur seperti ”Pola” dan ”Siklius”. Konseptual tema ini menyediakan kemungkinan yang kaya untuk melekatkan perbedaan-perbedaan dari bermacam-macam mata pelajaran. Selama konseptual tema memiliki kemiripan seperti ”Pola dan Konflik” meyediakan dasar yang subur untuk terjadinya penteberangan unit-unit bidang kajian, model dasar dapat juga menggunakan buku yang bermacam-macam sebagaimana topik secara tematis organisasi kurikulum tersebut. Contoh : ”Hikmah kejujuran dan Cerita Anjing” dapat menjadi katalisator untuk kurikulum jaring laba-laba. Karakteristik daftar dapat dijabarkan sebagai berikut :




Konsep-Konsep
Kebebasan
Kerjasama
Tantangan
Konflik
Penemuan
Budaya
Perubahan
Argumen dan bukti
Ketekunan

Ketika penyelidikan untuk tema, tim gur secara umum memulai dengan pengumpulan ide yang berisi kumpulan interaksi sesungguhnya, percakapan, dan dialog diantara kolega : ”Bagaimana tentang yang satu ini?”, ”Apa yang dapat kita pikirkan untuk ini?”, ”Mari curah pendapat tentang ini?”, ”saya tidak ingin menggunakan satu pendapat saja, tetapi kita berpikir agar menjadi baik!” ”Mungkin kita akan bertanya berbagai ide mereka?”. berikut kriteria pemilihan tema dengan kriteria dari David Perkin.
Tema Subur Untuk Belajar Terpadu
(Kriteria lensa yang baik)
Lensa baik ... Penerapan Luas
Lensa baik ... Penerapan yang menembus
Lensa baik ... Menyingkap pola-pola mendasar
Lensa baik ... Menyatakan persamaan dan kontras
Lensa baik ... Mempesona
David Perkins
Keuntungan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar. Model jaring laba-laba atau pendekatan unit dikenal oleh guru ang berpengalaman dan cukup baik untuk perancangan model kurikulum, sehingga guru tidak perlu mencari pengalaman langsung yang banyak sebagai pegangan sebab ia memiliki pengalaman. Pendekatan tematik atau model jaring laba-laba menyediakan hal yang mudah dilihat murid dan memotivasinya. Adalah hal mudah mereka untuk melihat bagaimana membedakan aktivitas dan ide-ide yang dikaitkan.
Kelemahan model ini, banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal untuk perencanaan kurikulum. Sering juga meniru tema-tema untuk menyusun kurikulum, padahal biasanya tema tidak dapat diulang untuk menyusun kurikulum. Guru dapat menjadi pusat kegiatan daripada pengembangan konsep.
Model jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah pendekatan tim yang menggunakan waktu untuk mengembangkan kurikulum. Kurikulum biasanya ditulis disesuaikan dengan situasi dan kondisi, misalnya : disesuaikan dengan musim, sehingga eksplorasi yang dilakukan dapat lebih luas dan penuh. Model ini secara luas merencanakan kerjasama diantara variasi-variasi bagian dan bidang khusus mata pelajaran. Model ini dapat dicobakan dalam waktu 2 – 4 minggu, untuk itu sebaiknya model dikembangkan dengan permulaan yang mudah dikelola pada tiap bagian kurikulum.
Berikut contoh pengembangan model jaring laba-laba. Satu tema dirancang sebagai sentral ide dan digunakan sebagai satu hamparan untuk bermacam isi untuk pendekatan interdisipiner.












Catatan dan Refleksi :
Dalam model jaring laba-laba tema menyediakan satu lensa yang jernih dengan kerangka dan memendang konten/isi mata pelajaran. Tema aktif sebagai peyung yang tampak bagi siswa sebagaimana mereka kerjakan dalam berbagai variasi isi mata pelajaran. Model integrasi ini mudah untuk pelajar.

D. Model Threaded (Urutan/kumparan)
Pendidikan pada akhirnya adalah mendisiplinkan daripada untuk menjernihkan pikiran. Selanjutnya mengarahkan kekuatan mereka daripada mengisi dengan kumulasi yang lain-lain (Tryon Edwards). Pernyataan ini menunjukkan bahwa akhir dari pendidikan bukanlah untuk sekedar menjernihkan pemikiran dari berbagai kesalahan-kesalahan atau diperolehnya pengetahuan dan informasi sehingga memperjelas dan membuka wawasan, akan tetapi lebih daripada itu pendidikan pada akhirnya ingin mencapai kedisiplinan dalam segala hal, misalnya : disiplin dalam berpikir. Murid pada akhirnya memiliki kerangka kerja dan berpikir yang sistematis untuk belajar pada masamasa yang akan datang, sehingga belajar bukanlah penumpukan dan pengumpulan pengetahuan akan tetapi pembuatan kerangka berpikir sistematis. Selanjunya dari berbagai kemampuan, maka penddikan mengarahkan ke spesialisasi (kekuatan utama ) individu daripada hanya sekedar mebisi untuk melengkapi berbagai kemampuan yang sifatnya umum (akumulasi). Edwards mencoba memberikan pandangan, bahwa pendidikan hendaknya mampu mengaktualisasi secara optimal kekuatan masing-masing individu.
Keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampian studi, organisasi grafis, teknologi dan pendekatan keragaman untuk belajar merangkai dan mgurutkan (thread) melalui seluruh mata pelajaran. Model threaded ini untuk integrasi kurikulum memfokuskan pada merta kurikulum yang menggantikan (supercedes) atau saling memotong (interects) dari seluruh bagian atau isi mata pelajaran. Contoh : prediksi adalah keterampilan yang digunakan untuk mengestimasi dalam matematika, menebak peristiwa masa kini, antisipasi dalam novel, dan hipotesis dalam laboratorium sains. Konsensus mencari strategi yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dalam berbagai problem situasi. Keterampilan-keterampilan ini, hakikatnya, dirangkai dalam isi kurikulum standar. Dengan demikian model ini sepertinya tidak secara eksplisit tertulis dalam kurikulum, akan tetapi guru mencoba mengembangkan, berbagai keterampilan yang saling berkaitan dan berbagai konten atau bahan kajian. Dari contoh tersebut keterampilan memprediksi dikembangkan dalam Membaca, Matematika, dan IPA sementara guru studi sosial mentargetkan kemampuan menebak peristiwa-peristiwa masa kini dan yang akan datang, jadi keterampilan memprediksi menyeberang diantara berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran). Model integrasi kurikulum Threaded ini dapat digambarkan sebagai berikut :







Model Kurikulum Threated
Penggunaan ide metakurikulum, dari berbagai level atau berbagai tim seluruh bagian mentargetkan sejumlah keterampilan berpikir untuk mendorongnya ke dalam prioritas isi mata pelajaran. Contoh : penggunan kelompok kurikulum tim dapat memilih kelompok analisis keterampilan berpikir untuk mendorong ke adlam tiap isi mata pelajaran : Sains (klarifikasi), studi sosial (membandingkan dan mengkontraskan), Bahasa (atribut), Matematika (urutan). Demikian juga keterampilan sosial dan kepandaian beragam dapat dirangkai (thread) melalui variasi mata pelajaran. Berikut pengelompokan keterampilan brpikir dapat dikembangkan :














KELOMPOK KURIKULUM UNTUK KETRAMPILAN BERPIKIR






























Keseimbangan pilihan anda dari berpikir kritis dan kreatif, memilih keterampilan mikro, mengelompokkan keterampilan-keterampilan, dua kelompok untuk bekerja dengan satu bagian atau tingkat untuk satu unit, semester atau tahun.
Memilih keterampilan-keterampilan sosial yang sesuai untuk mentargetkan satu tingkat, bagian atau interdisipliner.
TINJAUAN KETRAMPILAN-KETRAMPILAN SOSIAL
FASE KETRAMPILAN SOSIAL
Komunikasi (C), Kepercayaan (T), Kepemimpinan (L), Penyelesaian Konflik (CR)
Membentuk
Untuk mengorganisasi kelompok-kelompok dan menetapkan panduan perilaku
Norma
Untuk melengkapi pemantapan tugas-tugas dan membangun hubungan yang efektif
Penyesuaian
Untuk meningkatkan berpikir kritis dan memaksimalkan belajar semua
Pendapat
Memfungsikan secara efektif dan memungkinkan bekerja pada tim
Menyelenggarakan
Membantu perkembangan level tinggi ketrampilan-ketrampilan berpikir, kreatif dan intuisi
Menyusun Kembali
Untuk menerapkan penyeberangan kurikulum dan mentransfernya ke dalam kehidupan masa datang di kelas Menggunakan 6 pilihan (C)
Mendengarkan tetangga anda (C)
Tinggal dalam kelompok (C)
Melibatkan seluruh anggota (L)
Mendorong yang lain (L)
Mendengarkan dengan fokus (T)
Mengklarifikasi (C)
Memparafrase ide-ide (C)
Memberi contoh (C)

Rasa nada (C)
Tidak setuju dengan ide bukan person (CR)
Menjaga keterbukaan berpikir (T)
Mengkolaborasi ide-ide (L)
Integrasi ide-ide (L)
Justifikasi ide-ide (CR)

Memulai siklus ketrampilan-ketrampilan sosial tiap waktu:
-kelompok baru dibentuk
- anggota baru bekerja sama dalam kelompok
-anggota tidak hadir dari kelompok Kehati-hatian bersama (C)
Apakah anda bekerja (L)
Membantu tiap-tiap orang (L)
Mendorong semua berpartisipasi (L)
Menghargai opini msing-masing orang (T)
Memeriksa untuk membedakan (CR)
Membangkitkan altermatif-alternatif (CR)
Mencari konsensus (L)
Melihat seluruh pandangan (CR)
Mencoba menyetujui (CR)
Menyumbang ide kita (L)
Memperluan ide (C)
Menyimpulkan (L)
Meneliti konsensus (CR)
-tugas-tugas baru diberikan
-kemangkiran terjadi
Dari cetak biru (Blue print) untuk berpikir dalam kerja sama kelas, ames balanca dan Robin Fogarty, Skylight Publishing, Inc. 1991.

Memilih satu atau sekumpulan kepandaian untuk memfokuskan pada satu unit studi atau satu mata pelajaran.
Logika / Kecerdasan yang berhubungan dengan Matematika
Hal ini seing dinamakan berpikir ilmiah (scientific thingking), kecerdasan ini sejalan dengan berpikir atau bernalar atau deduktif, angka-angka, dan mengakui pola-pola abstrak.
Kecerdasan Verbal/linguistik
Kecerdasan ini dihubungkan dengan kata-kata dan bahasa (menulis dan berucap) mendominasi sebagian besar sistem pendidikan barat.
Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan ini berhubungan dengan kedudukan dari dalam diri yang berada pada refleksi diri, meta kognisn (berpikir tentang berpikir), kesadaran hubungan spiritual.
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini berhubungan dengan operasi awal melalui hubungan dan komunikasi person ke person.
Kecerdasan visual/berkenaan dengan ruang
Kecerdasan ini diujudkan pada rasa pemahaman dan menjadi dapat untuk memvisualisasi satu objek, melibatkan kecakapan membuat image/gambaran mental internal.
Kecerdasan Body/kinesthetic
Kecerdasan ini dihubungkan dengan gerak fisik dan pengetahuan atau kearifan body, melibatkan motor otak mengontrol pergerakan tubuh.
Kecerdasan Musik/Rhytmic
Kecerdasn ini didasarkan pad pengakuan pola-pola nada, melibatkan variasi bunyi-bunyian lingkungan dan sensivitas terhadap ritme dan gerak-gerakan.

Dari tujuh cara mengetahui: Mengetahui untuk Keragaman kecerdasan, David Lancar, Skylight Publishing, Inc. 1991.



Isi kurikulum threaded antara lain keterampilan berpikir atau keterampilan sosial dirangkai dan diurutkan di dalam isi mata pelajran, guru menanyakan pertanyaa-pertanyaan seperti: ”Bagaimana anda memikirkan hal itu?”, ”Apakah keterampilan berpikir banyak membantu anda?”, ”Bagaimana anda mengelompokkan kerja anda hari ini?”, ”Sudahkah anda menggunakan kepandaian musik anda hari ini?” Proses penyampaian pertanyaan secara kontras dan menyolok untuk membiasakan pertanyaaan-pertanyaan kognitif seperti; :Apa jawaban yang dapat kamu ambil?”, ”Berapa banyak yang setuju?” (kadang-kadang di stas pertanyaan metakognosis berisi bermacam-macam pemborosan waktu? Siswa sering mengatakan Oke, ”Apakah kamu sungguh-sungguh menginginkan kita melakukannya?”
Keuntungan model theated memutar sekitar konsep-konsep meta kurikulum. Meta kurikulum menyadarkan dan mengontrol keterampilan dan strategi berpikir dan belajar tentang akhir dari isi mata pelajaran (apa yang terkandung dalam bahan-bahan kajian). Guru menekankan meta kognitif perilaku ssehingga murid-murid belajar tentang bagaimana mereka belajar. Dengan membuat siswa menyadari proses belajar pada akhirnya transfer akan dipermudah. Nilai plus lagi ini tidak hanya tinggal pada isi untuk tiap mata pelajaran, tetapi siswa mendapat tambahan manfaat bermacam pemikiran yang memiliki kekuatan transfer keterampilan hidup.
Keberatan model ini memerlukan tambahan kurikulum lain. Konten keterikatan antar mata pelajaran tidak diarahkan secara eksplisit. Keterikatan antara dan diantara isi mata pelajaran tidak ditekankan. Juga urutan thread untuk mete kurikulum melalui isi mata pelajaran, seluruh guru membutuhkan pemahaman keterampilan dan strategi ini.
Model thead digunakan mengintegrasikan kurikulum ketika meta kurikulum diperlukan. Model ini sesuai digunakan untuk satu alternatif untuk mengintensifkan integrasi mata pelajaran. Kurikulum lengkap dan memasukkan berpikir, kerja sama, dan kecerdasan lain masuk dalam isi kurikulum. Interdisipliner atau tim memtargetkan keterampilan berpikir atau keterampilan kerja sama, dan lain-lain dan merangkai keterampilan melalui isi kurikulum dari bermacam mata pelajaran.























Merangkai dan mgurutkan keterampilan berpikir (meta kurikulum) melalui konten mata pelajaran memerlukan beberapa konsensus dari tim guru. Bagaimanapun turunnya (penterjemahan meta kurikulum) isi mata pelajaran tergantung mata pelajaran. Keramahan dalam mengajar sangat menentukan hasil-hasil belajar siswa (bukan konten tetapi meta kurikulum).
Model ini dapat dikembangkan jika guru memiliki concern (perhatian, rasa, cinta profesi yang mendalam untuk mengembangkan murid bukan sekedar penguasaan mata pelajaran akan tetapi apa yang terkandung (tersembunyi dari kurikulum. Kemauan dan kesungguhan guru untuk mengembangkan siswa perlu didukung oleh seluruh komponen sekola dan berbagai kebijakan yang tidak mengarahkan pada artifisial mata pelajaran akan tetapi kedalaman dan meta kurikulum dari seluruh mata pelajaran yang memberikan bekal utuh dan mendalam dan berguna lebih alami untuk kehidupan dimasa yang akan datang.
E. Model Integrated (Keterpaduan)
Pendekatan interdiispliner ini sebanding dengan mata pelajaran yang tumpang tindih dalam topik dan konsep-konsep dengan beberapa tim mengajar (tem teaching) dalam satu model keterpaduan otentik. Model ini diibaratkan sebagai suatu kledoskop yaitu pola-pola dan desain baru yang menggunakan elemen-elemen dasar tiap mata pelajaran. Sebagai ilustrasi John Milton dam Fogarty (1991) menyatakan ”saya menamakan satu pendidikan yang lengklap dan sangant banyak yang sesuai (untuk individu) untuk menampilkan secara benar, terampil, dan bermurah hati (gampang) untuk seluruh urusan baik pribadi dan publik, damai dan perang.
Model integrated kurikulum menyajikan satu pendekatan penyeberangan mata pelajaran mirip dengan model ”Shared”. Model integrated memadukan mata pelajaran denga latar prioritas kurikulum pada tiap penemuan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan sikap-sikap yang tumpang tindih dari mata pelajaran tersebut. (pada integrated kurikulum asli hanya ada empat mata pelajaran utama, yaitu : Kebahasan, Matematika, Sains, Studi Sosial). Seperti pasda model Shared, keterpaduan merupakan hasil menyaring ide-ide konten mata pelajaran, bukan hanya menelorkan ide melewati mata pelajaran seperti pada pendekatan tema jaring laba-laba. Keterpaduan tumbuh (sprouts) dari dalam variasi mata pelajaran dan selaras dengan yang dibuat antar mereka seperti kebiasaan-kebiasaan yang muncul (emerge) model ini dapat digambarkan sebagai berikut :






Model Integrated Kurikulum
Contoh : Dalam Matematika, IPA, Studi Sosial, Kebahasaan, Seni-seni Praktis guru-guru melihat pola-pola model dan pedekatan isi malalui pola-pola ini.
Pada sekolah tim guru berusaha keras untuk menyatukan atau mengolah kembali kurikulum yang saling tumpang tindih. Mereka memutuskan untuk secara selektif menunda tau menghapus beberapa bagian dari kurikulum. Mereka secara hati-hati mengeksplorasi prioritas isi mata pelajaran yang saling tumpang tindih, konsep-konsep yang siap dipelajari.
Di sekolah dasar integrated kurikulum diilustrasikan sebagai elemen-elemen kritis. Pendekatan whole language (bahasa utuh) seperti keterampilan-keterampilan bertingkat (spiral) seperti membaca, menulis, mendengar, dan berucap dari suatu keseluruhan dan mata pelajaran. Bahasa utuh (whole language) seluruh energi belajar dan mata pelajaran. Bahasa utuh (whole language) merupaan filsafat belajar yang mencakup kurikulum terpadu. Kurikulum terpadu dirancang dengan pelajar sebagai fokus sedang model fragmented dirancang dengan konten sebagai sentral. Dari gambar tersebut, model ini dilaksanakan jika secara interdisipliner belajar dilaksanakan secara alami dengan tidak memisah-misahkan mata pelajaran tetapi berdasar suatu keterpaduan yang bermakna dengan murid sebagai fokus. Model ini mengutamakan keterpaduan secara alami, bukan sekedar tema sebagai payung (pusat perhatian), akan tetapi benar-benar terpadu. Keterpaduan akan terjadi jika beberapa elemen tiap mata pelajaran terdapat dan saling mendukung dengan elemen pada mata pelejaran ini.
Model ini memiliki keuntungan, karena murid salig mengkaitakn, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan membangun pemahaman yang menyeberang antar bagian dan membantu apresiasi pengetahuan dan keahlian. Keterpaduan secara sukses diimplementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpaedu (integrated day) secara eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal. Model ini juga mendorong motivasi murid. Pembelajaran ini banyak keuntungannya, karena secara alamiah murid belajar bukan bertolak dari mata pelajaran atau tema, tetapi mereka belajar bertolak dari tumpang tindihnya suatu konsep atau keterampilan tertentu.
Keberatan model ini sulit dilaksanakan secara penuh. Model ini membutuhkanketerampilan tinggi dari staf, percaya diri dalam prioritas konsep-konsep, keterampilan-keterampilan, dan sikap-sikap yang meliputi/menembus/merembes(pervade) secara urut dari mata pelajaran. Model ini juga membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar bersama, yang sering memperbaiki skedul mengajar (catatan : guru kelas yang terampil dan memiliki kemauan mengembangkan murid model ini mudah dilaksanakan).
Model ini dapat digunakan dan dikembangkan jika guru memiliki waktu dan energi untuk melaksanakan penerpaduan konsep, keterampilan, dan sikap. Model ini sangat membantu jika dimulai dari suatu proyek kecil 3 – 4 minggu.
Contoh : Satu interdisipiner atau tim pada tingkat yang sama (satu kelas) mengajarkan secara bersama konseptual prioritas mereka, mencari konsep-konsep, keterampilan-keterampilan, dan sikap-sikap yang tumpang tindih seperti hanya konsep-konsep isi mata pelajaran.

MATEMATIKA SAINS
Bisnis
Keuntungan/ Kerugian
Pajak dan upah-upah
Stok Toko


Persediaan
dan permintaan
Penyelidikan
Bola Lampu, telepon
Telepon, Gromopon
Kode morse, Listrik, pengangkat, katrol-katrol, Blok,dan katrol, Penyelidikan satu keaslian perlengkapan keselamatan kerja

Analisis Krativitas
*Keahlian menemukan
*Pencapaian(orang orang dan
produk-produk)
*Penelitian dan data
Penemuan-penemuan
Penelitian
Memperhatikan
Mengoreksi percobaan

Penelitian Peneliti-peneliti :
Bell, Edison
Pengaruh telepon
Analisis
Tema, karakter,latar,
Konflik Perusahaan bebas
Penyamun raja gula

KEBAHASAAN STUDI SOIAL

Catatan dan refleksi : Penggunaan prioritas isi, anggota tim melihat akhirnya topik-topik kr konsep-konsep, keterampilan-keterampilan, dan sikap-sikap mereka mentargetkan dalam mata pelajaran mereka secara terpisah. Berdasarkan tim mencari ide-ide yang tumpang tindih yang muncul seperti kebiasaaan dasar antar mata pelajaran. Kemiripan atau kesesuaian mundul dari bagian-bagian isi.








(9) immeresed (tenggelam) kedisiplinan menjadi bagian dari pelajar untuk memilih isi pelajaran dan menjadi tenggelam dalam percobaan mereka, (10) Network (jaringan kerja) terjadi jika pelajaar memilih belajar melalui kaca mata ahli dan membuat jaringan kerja internal dan eksternal.

PEMBELAJARAN TERPADU MELALUI KURIKULUM TERPADU DALAM SATU DISIPLIN ILMU

(Seri pembelajaran terpadu 2.1.)


Pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu yang akan dibahas dalam buku ini merupakan kajian lanjut dari buku asli yang ditulis oleh Robin Fogarty (1991) dalam bukunya ”The Mindful School-How To Integrated The Curricula”. Fogarty secara hati-hati mencoba membuat suatu kontinum pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu, yaitu : (1) terjadi dalam suatu disiplin ilmu, (2) beberapa konsep, teori, pengetahuan melintas berbagai disiplin ilmu lain, dan (3) belajar di dalam dan melintas berbagai disiplin ilmu. Pada model yang ketiga inilah Fogarty memandang pembelajaran terpadu itu terjadi secara luas dan mendalam yang memungkinkan seorang pelajar tidak melihat suatu disiplin ilmu tertentu, melainkan seluruh konsep yang dipelajari benar-benar terjadi secara terpadu dalam suatu kepentingan tertentu berdasar kebutuhan subjek didik.

Pada anak muda segala hal akan berarti secara individual, artinya tergantung pada individu umtuk mempersepsinya, tugas guru adalah mebantu individu untuk tidak salah dalam mempersepsi secara benar, sehingga guru hendaknya mengupayakan pembelajaran yang bermakna. Proses pembermaknaan belajar salah satunya dilakukan dengan merancang model pembelajaran. Pembelajaran menjadi bermakna jika hal yang dipelajari tidak berdiri sendiri, sehingga hal tersebut tidak menjadi sesuatu yang terpisah dari yang lain (ekslusif). Sesuatu hal akan berarti jika berhubungan (join) secara ilmiah. Sehubungan dengan hal tersebut Fogarty menawarkan berbagai model pembelajaran melalui kurikulum terpadu dalam 10 model dari kontinum yang ekslusif sampai pada peleburan label mata pelajaran.

10 model pembelajaran melalui urikulum terpadu digambarkan dalam sebagai perspektif, yaitu: sebagai suatu penyajian vertikal spiral, yaitu pada saat kurikulum menbangun sebanyak mungkin materi yang diharapkan pada tiap level dalam persiapan untuk membangun konsep-konsep yang selanjutnya. Pada tingkat ini keterpaduan terjadi semakin lamanya siswa belajar (ditemukan waktu atau banyaknya materi yang dipelajari baru sampai tercapai keterpaduan).

Secara horizontal disajikan melalui perluasan dan kedalaman belajar sebagaimana terdapat pada masing-masing pelajaran. Dalam hal ini perluasan dan pendalaman materi dilakukan masing-masing mata pelajaran. Akhirnya spiral keterpaduan disajikan dalam keterampilan-keterampilan, tema-tema, konsep-konsep, dan topik yang menyeberang pada kajian yang memiliki kesamaan. Secara eksplisit keterkaitan digunakan untuk mempertinggi (enhance) belajar dalam cara holistik yang selaras dengan ide-ide dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Pada akhirnya keterpaduan didalam mata pelajaran dan keterpaduan lintas mata pelajaran diperlukan secara penuh dalam integrasi kurikulum (fogarty, 1991). Akhirnya terjadilah keterpaduan secara alamiah yang sudah tidak lagi memandang apa yang dipelajari sebagai suatu mata pelajaran atau bukan, sebab yang terpenting adalah apa yang dipelajari menjadi sesuatu yang berarti sesuai kebutuhan masing-masing individu.

Eksplorasi ide-ide ini akan secara rinci dibicarakan dalam berbagai kajian, misalkan bahasa. Kajian pada bab ini berada pada rentang model-model pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu. Eksplorasi dimulai dengan melakukan eksplorasi dalam satu mata pelajaran dan pada akhirnya secara kontinum sampai pada integrasi penyeberangan pada beberapa mata pelajaran, dan akhirnya integrasi pada masing-masing pelajaran melalui suatu jaringan kerja yang diciptakan dan dibutuhkan oleh masing-masing individu sesuai kebutuhan masing-masing pelajar.

Kesepuluh model kurikulum terpadu, masing-masing secara singkat dapat dijelaskan (1) fragmanted (bagian-bagian atau sedikit demi sedikit) merupakan model tradisional yang memisahkan secara diskrit masing-masing mata pelajaran. Keterpaduan model ini harus tercapai ketika satu satuan waktu telah ditempuh, misalnya : satu catur wulan. Keterpaduan pada model fragmented terjadi jika siswa telah menyelesaikan seluruh runtutan kajian atau materi pelajaran yang pada akhirnya seluruh satuan-satuan konsep itu mencapai keutuhan, baik: konsep, pemahaman suatu kajian, keterampilan, dan mungkin nilai. Contoh: pelajar memahami wilayah. Siswa mempelajari konsep peta, batas, kota dan desa, gunung dan lautan, dataran dan pengunungan. Materi nampak terpisah-pisah namun jika seluruh materi telah selesai, maka siswa mendapatkan gambaran secara utuh konsep wilayah yang mereka pelajari dalam satu catur wulan atau semester. Guru yang mengajarkan IPA, IPS, Matematika, mereka mengajarkan benar-benar secara terpisah, bahkan dalam satu mata pelajaran mereka tidak berusaha menghubungkan satu konsep atau tema. Setiap kajian satu terpisah, namun keterpaduan akan terjadi pada akhir satu satuan waktu.

(2) Connected. Bila kita memandang konsep koneksi ini, rincian dari satu disiplin ilmu terfokus kepada bagian-bagian yang sebenarnya saling berhubungan. Sehingga akan terjadi serangkaian materi satu menjadi prasarat materi berikutnya atau satu materi mendukung materi berikutnya, atau materi satu menjadi prasarat atau berhubungan sehingga apa yang dipelajari menjadikan belajar yang bermakna. Sebagai catatan kaitan antar konsep, topik, atau tema terjadi hanya pada satu mata pelajaran.

Di dalam setiap disiplin ilmu atau setiap mata pelajaran berisi isi pelajaran yang sebenarnya berkaitan atau dapat dikaitkan, karena saling mendukung satu materi dengan materi lainnya, konsep dengan konsep. Misalnya: konsep pecahan dengan konsep desimal. Di dalam susunan kurikulum berdiri sendiri, tetapi guru sebenarnya dapat mengajarkannya secara bersam-sama, karena pecahan dapat diubah menjadi desimal dan sebaliknya, sehingga ketika dibahas dalam satu waktu justru lebih bermakna. Pada model inilah, guru menata urutkan kembali pokok-pokok bahasan yang dapat diajarkan bersama atau berurutan, namun masih diajarkan dalam satu bidang studi.

(3) nested (sarang). Tiga dimensi untuk satu tema. Model pembelajaran ini terjadi jika guru memiliki target keterampilan yang beragam dalam satu mata pelajaran yang dipadukan, misalnya: Pada mata pelajaran IPS guru mengembangkan atau mentargetkan berbagai keterampilan, yaitu: keterampilan sosial, berpikir, dan satu keterampilan khusus. Misalnya: guru merancang satu unit belajar tentang photosintesis yang dilaksanakan secara simultan dengan target mencari konsensus (konfirmasi=ini keterampilan sosial), mengurutkan tata kerja (ini keterampilan berpikir), dan siklus kehidupan tumbuhan (ini adalah isi atau inti pelajaran IPA).

Ketiga model ini dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Fragmanted

Model tradisional yang memisahkan dan membedakan mata pelajaran yang terbagi dalam mata pelajaran.

Satu arah. Satu pandangan, mengarah pada satu fokus pada satu disiplin


Model : Kurikulum terpadu Fragmented

Model ini merupakan model yang nampak sebagai model pembelajaran tradisional yang memisahkan tiap mata pelajaran secara nyata, akan tetapi bukan berarti model ini mengabaikan kebermaknaan tiap kajian yang akan dibahas. Topik, tema, atau konsep yang akan dibahas oleh guru dirancang serta urut sehinggga siswa meskipun belajar secara terpisah-pisah, akan tetapi jika selesaai (misal dalam catur wulan atau tahun) keseluruhan konsep tersebut sebenarnya merupakan satu kesatuan utuh yang bermakna. Thomas Huxely menyatakan pendidikan adalah pengarahan intelek dalam hukum alam. Pernyataan ini digunakan sebagai motto pelaksanaan model ini.

Perancangan pembelajaran model ini dilakukan oleh guru dengan mengurutkan konsep-konsep dalam tiap mata pelajaran dengan tidak memikirkan mata pelajaran lain (dirancang secara terpisah), akan tetapi urutan konsep disusun guru dengan pertimbangan pada akhirnya murid memiliki kemampuan yang utuh. Dengan demikian pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu fragmented terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar siswa setelah menempuh pembelajaran satu kurun waktu tertentu memiliki kemampuan atau kecakapan tertentu. Kecakapan dan kemampuan diperoleh melalui pembelajaran secara bertahap dengan mempelajari bagian per bagian yang dikuasai tuntas, maka akan terbentuklah satu kemampuan tertentu. Misalnya: semester I siswa kelas I mampu menuliskan namanya sendiri dan kata-kata sederhana dua suku tanpa konsonan rangkap. Untuk mencapai ini guru menyusun strategi belajar, yaitu melalui pengenalan huruf, merangkai huruf konsonan dan vokal, menuliskan, menyembunyikan, dilanjutkan dengan merangkai konsnan vokal-konsonan vokal, menuliskan, mengucapkan, dan sebagainya secara terus menerus dan akhirnya pda akhir catur wulansiswa mampu menulis, membaca, mengucapkan kata yang terdiri dari suku kata konsonan-vokal.

Hal yang perlu dicatat dalam model ini guru memandang bahwa antar mata pelajaran merupakan bidang yang terpisah, sehingga tidak perlu guru menghubungkan antar mata pelajaran. Keuntungan pembelajaran model ini siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, ia ahli dan terampil dalam bidang tertentu. Siswa belajar dengan cara disediakan pandangan yang jelas dan terpisah. Keahlian dapat mereka peroleh dengan belajar layaknya bekerja dengan penasihat (penasihatnya guru).

Kerugiannya siswa adalah dua kali lipat. Ia belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan atau integrasi dengan konsep sejenis. Model ini dapat terjadi pada kegiatan belajar konsep-konsep, keterampilan-keterampilan, dan sikap yang tumpang tindih tetapi tidak saling menjelaskan, menerangi, atau mempermudah untuk dipelajari bersama dan melakukan transfer belajar kurang terjadi. Sebenarnya unsur waktu dapat dipersingkat manakala materi yang saling mendukung dapat dipelajari bersama, namun dalam model ini tidak memperhitungkan hal itu. Tumpuannya, setelah satu satuan waktu siswa memiliki kecakapan atau keterampilan tertentu.

Model ini dapat digunakan jika kurikulum memuat materi yang luas serta memiliki variasi populasi yang memiliki bermacam mata pelajaran yang mengusahakan penyediaan aneka ragam pandangan (spektrum) mata pelajaran sehingga dapat menimbulkan minat khusus. Menurut Fogarty model ini paling banyak digunakan ditingkat unversitas yang menspesialisasikan pada bagian-bagian yang terpisah yang membutuhkan keahlian pengetahuan untuk mengajar, menasihati, dan melatih dan berkolaborasi. Model ini guru lebih dapat memfokuskan pada satu kajian tertentu Fogarty (1991:6).

Langkah-langkah yang dapat ditempuh, khususnya jika dilakukan di kelas-kelas kita adalah :

1. Analisis lagi kurikulum kita dan susunlah dalam peta konsep

2. Analisislah konsep-konsep tertentu dan tentukan apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam satu catur wulan

3. urutkan pembahasannya sehinggga pada akhir catur wulan murid memiliki keterampilan tertentu.

Contoh yang diberikan Fogarty:

MATEMATIKA

I P A

Daftar Konsep

Logika / penalaran

Pemecahan masalah

Penggunaan Teknolgi

Estimasi

Geometry

Aljabar

Rangking

2

1

6

3

4

5

Daftar Konsep

Penelitian

Sistem

Perubahan/evolusi

Penyebab/pengaruh

Struktur/Fungsi

Percobaan/Diskoveri

Rangking

2

3

4

5

6

1

KEBAHASAAN

I P S

Daftar

Grammar

Penelitian

Studi Aliran (Genre Study)

Menulis:Esai

Komunikasi

Analisis Kritis

Rangking

6

4

3

2

5

1

Daftar

Keterampilan Pemetaan

Populasi/lingkungan

Ciri-ciri Geografis

Sistem Sosial

Sistem Ekonomi

Pemecahan konflik

Rangking

5

2

6

1

4

3

Dari contoh tersebut secara jelas nampak bahwa tiap mata pelajaran mengutamakan enam prioritas unit atu topik yang didaftar. Kemudian guru merangking untuk menyelesaikan pembahasan secara keseluruhan. Satu mata pelajaran dirancang melalui topik atau konten (isi) yang jelas terpisah dari mata pelajaran lain. Misalnya: guru Bahasa Indonesia setelah menganalisis kurikulum, kemudian menyusun urutan tema dengan harapan dengan urutan tersebut murid akan memperoleh kemampuan secara menyeluruh dalam tata urutan kepentingan, taraf kesulitan murid, kebutuhan murid, dan dengan kriteria prioritas kurikulum berdasar perimbangan guru dan murid.

B.

Dalam setiap mata pelajara berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik, konsep dengan konsep, maka sebenarnya dapat dikaitkans secara eksplisit.

Satu disiplin dapat memfokuskan sub-sub yang saling berkaitan.

Conected

Model : Kurikulum Terpadu Connected

Fogarti (1991:13) meyatakan bahwa di dalam mata pelajaran terdapat isi mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya : topik dengan topik, konsep dengan konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Moot modl ini disampaikan oleh Robert Maynard Hutchins menyataka Tujuan pendidikan adalah menyiapkan anak muda mendidik diri sendiri melalui kehidupannya. Model ini secar eksplisit menunjukkan keterkaitan di dalam mata pelajaran, keterkaitan terjadi antara topik dengan topik berikutnya, konsep satu dengan konsep lain, keterampilan satu berhubungan dengan keterampilan lain, kerja satu hari yang berkelanjutan di hari mendatang, atau ide-ide dalam satu semester dengan semester berikutnya. Kunci dari model ini adalah mengupayakan untuk dengan sengaja (deliberately) menghubungkan kurikulum di dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan memahami hubungan secara otomatis. Jadi keterkaitan bukan hanya sekedar hubungan secara otomatis terjadi, melainakan koneksi ini terjadi memang direncanakan oleh guru sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna. Misalnya: guru menghubungkan konsep pecahan, desimal, dan pecahan dengan uang, tingkatan, pembagian, rasio, dan sebagainya.

Keuntungan yang diperoleh melalui kurikulum keterhubungan (Connected) adalah adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa memiliki keuntungan memiliki gambaran yang jelas praktis dan mereka memfokuskan pada satu aspek. Sebagai tambahan konsep kunci dikembangkan siswa dengan menambah waktu belajar (di luar jam pelajaran semestinya) untuk lebih mudah dalam menginternalisasi. Keterhubungan ide-ide pengkonsepan ulang, membetulkan, atau mengasimilasi (memadukan) ide sedikit demi sedikit dan mungkin terjadi transfer yang pada akhirnya lebih memperdalam konsep yang telah dikuasai (Fogarty, 19991:145).

Keterhubungan dapat dilakukan siswa dengan dibantu guru dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang rincian atau bagian ide (stretch ideas). Kelemahan model ini sering terjadi variasi-variasi dalam mata pelajaran mengurangi keterpisahan dan nampaknya tidak berhubungan tetapi diajarkan secara terhubung dan dibuat eksplisit dalam rancangan mata pelajaran, akibatnya justru keterhubungan yang dibuat itu menjadi sia-sia dan tak bermakna. Guru kurang didorong bekerja bersama dalam model, sehingga akan mengurangi perhatian pada fokus tanpa memperhatikan ada bagian ide atau konsep yang menyeberang pada mata pelajaran lain, karena perhatian hanya terpusat pada satu mata pelajaran. Konsentrasi yang hanya memperhatikan keterhubungan dalam satu mata pelajaran tidak membuka kemungkinan untuk memeriksa bahwa ada ide, konsep yang dapat dikembangkan dalam hubungan yang lebih menglobal dengan mata pelajaran lain.

Model ini digunakan sebagai permulaan kurikulum terpadu. Guru merasa percaya diri mencari keterhubungan dalam mata pelajaran mereka (jika guru bidang studi). Mereka menjadi mau mengadaptasikan hubungan ide-ide dalam mata pelajaran yang menyeberang. Pembuatan keterhubungan juga diselesaikan secara kolaborasi dalam pertemuan guru (departement meeting) dalam hal ini dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang dapat terjadi lebih famillier. Guru dapat memulai model ini sebelum memasuki keterpaduan yang lebih kompleks.

Implementasi pembelajaran terpadu melalui kurikulum koneksi dapat dilakukan dengan :

1. Perencanaan

a. Pemetaan konsep, ide, atau topik (mengingatkan kurikulum SD belum terpadu), sehingga dapat diketahui urutan pembelajaran (penataan kurikulum tingkat kelas)

b. Analisis untuk mengetahui konsep, ide, atau topik yang berhubungan, menjadi prasarat bagi topik atau konsep lain, dan sebagainya.

c. Merumuskan tujuan pembelajaran (mengingatkan pendekatan pembelajaran masih intruksional belum transaksioanl)

d. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran.

2. Pelaksanaan

a. Pengelolaan kelas

b. Pembelajaran, dapat berupa : percobaab dengan mengamati, mendaftar, membandingkan, mengurutkan, mengkontraskan, diskusi, interaksi, komunikasi, dan sebagainya.

3. Evaluasi: proses dan produk

Contoh keterhubungan :

MATEMATIKA

I P A

Prosentase

...................

topik, unit, konsep

Estimasi

Konsep, keterampilan, sifat

Pecahan

...............

topik, unit, konsep

Kesehatan Mental

.............................

Topik, unti, konsep

Pembuatan Keputusan Secara Sehat

.........................................................

Hubungan

...................

Topik, unit, konsep

BAHASA

I P S

Abad 19

...............

Topik, unit, konsep

Suara Rakyat

........................

Konsep, keterampilan, sifat

Abad 20

................

Topik, unit, konsep

Budaya Penduduk asli

.......................................

Topik, unit, konsep

Konflik

..............

Konsep, keterampilan, sifat

Ekspansi ke barat

...............................

Topik, unit, konsep

Catatan: Berlangsung dalam satu mata pelajaran

C.

Di dalam mata pelajaran, guru mentargetkan beragam keterampilan, misal: keterampilan sosial, keterampilan berpikir, dan konten khusus mata pelajaran yang dilaksanakan secara bersama-sama...mencapai tiga dimensi dalam satu topik

Nested (Sarang)


Model : Kurikulum Terpadu Nested

Di dalam tiap mata pelajaran guru mentagetkan keterampilan yang beragam, keterampilan sosial, berpikir, dan keterampilan spesifik. John Locke (dalam Fogarty , 1991:24) meyatakan pendidikan bukan untuk membuat anak sempurna (perfect) dalam berbagai macam ilmu pengetahuan, tetapi untuk membuka dan mengatur pemikiran mereka dan dapat membuat mereka memiliki berbagai kecakapan untuk mereka terapkan pada diri sendiri.

Dalam model ini keterpaduan dirancang untuk berbagai keterampilan dengan persyaratan guru memang telah memiliki keterampilan untuk menstimulasi muncul dan berkembangnya keterampilan-keterampilan secara simultan. Keterampilan tersebut dikembangkan secara simultan dan alamiah, artinya: bahwa memang substansi dalam mata pelajaran tersebut memungkinkan terjadinya pengembangan berbagai keterampilan. Misalnya: pada unit fotosintesis, guru dapat mentargetkan secara simultan keterampilan sosial berupa pencarian kesepakatan (concencus seeking), keterampilan rangkaian berpikir (sequencing thingking skill), dan perputaran kehidupan tumbuhan (science content).

Contoh lain: guru sedang mengajar sistem sirkulasi, tetapi guru sekaligus mengembangkan. Keterampilan-ketermpilan berpikir yaitu tentang sebab dan akibat, sebab melalui studi sistem sirkulasi siswa akan memusatkan perhatian terhadap sebab-sebab dan akibat dari sistem sirkulasi. Ketika mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang penulisan surat tidak resmi, guru sekaligus mentargetkan keterampilan berkomunikasi secara sederhana, wajar, san akrab dan berani (keterampilan sosial), untuk membuat surat komunikatif murid membuat langkah-langkah penulisan surat, prioritas berita (rangkaian berpikir dan memilih prioritas), dan pemahaman tentang bermacam surat tidak resmi dan sebab-sebab membuat surat, out line surat (konten spesifik; jaringan, kisi-kisi, sebab akibat).

Berdasar uraian tersebut secara nyata bahwa model kumparan ini menekankan pada keterampilan guru untuk mengembangkan pembelajaran tidak pada materi oriented tetapi pada pengembangan berbagai keterampilan yang relevan dan perlu dikembangkan pada anak. Berikut berbagai keterampilan yang dapat dikembangkan berkenaan dengan pembelajaran tiap mata pelajaran.

KETERAMPILAN

BERPIKIR

KETERAMPILAN SOSIAL

ORGANISASI

  1. Prediksi
  2. Menyimpulkan
  3. Membandingkan dan mengkontraksi
  4. Mengklarifikasi
  5. Menggeneralisasi
  6. Hipotesis
  7. Memprioritaskan
  8. Mengevaluasi

1. Mendengar dengan penuh perhatian

2. Mengklarifikasi

3. Mendorong

4. Penerimaan ide

5. Ketidak setujuan

6. Mencari konsensus

7. Merangkum

1. Membuat jaringan

2. Diagram Venn

3. Gambar alur

4. Putaran sebab akibat

5. Gambar setuju dan tidak setuju

6. Kisi-kisi/matrik (grid/matrik)

7. Peta konsep

8. Tulang ikan (fishbone)


Contoh :

  1. Matematika : membuat grafik (keterampilan organisasi), berpikir logika deduktif (keterampilan berpikir), ststistik (konten)
  2. IPA : Gambar (keterampilan organisasi), analisis (keterampilan berpikir), DNA (konten)
  3. Bahasa : Debat (keterampilan sosial), argumen dan bukti (keterampilan berpikir), menuilis persuasif (konten)
  4. IPS : ko,nflik (keteampilan sosial), personifikasi (keterampilan berpikir), perang sipil (konten)

Pada model ini langkah-langkah yang perlu diperhatikan guru adalah analisis terhadap konten tiap mata pelajaran dan keterampilan apa yang dapat dikembangkan selain penyelesaian materi tersebut, sehingga pengembangan keterampilan akan mendukung kebermaknaan belajar siswa. Hal yang perlu disadari guru adalah bukan pengumpulan informasi atau substansi materi dalam mata pelajaran, akan tetapi kerja dan pemaknaan substansi tersebut dalam mata pelajaran, akan tetapi kerja dan pemaknaan substansi tersebut dalam hubungannya denga berbagai keterampilan belajar. Konsekkuensinya, substansi merupakan media tercapainya perkembangan berbagai keterampilan belajar, sikap belajar, dan sekaligus penguasaan konten secara bersama dan beragam.