Minggu, 26 September 2010

Mulai Mengenal Penelitian Praktis (Serial Buku PTK 1.1)

A.    Pengantar 

Masyarakat dan pekerja professional yang  bergerak disektor pelayanan, melayani masyarakat secara baik, tentu mereka ingin senantiasa meningkatkan kualitas pekerjaan dan pelayannya. Peningkatan kualitas pekerjaan pelayanan berjalan seiring dengan peningkatan pelayanan public dan peningkatan proses dan produk. Termasuk dalam kelompok sektor pekerja dan profesi pelayanan atau jasa, antara lain: Guru, pekerja sosial, dokter dan pekerja kesehatan, bentuk-bentuk pekerjaan yang terkait dengan pelayanan kepada masyarakat lainnya memiliki ukuran keberhasilan kerja atau kualitas layanan bukan sekedar kehadiran dan frekuensi/kuantitas layanan. 

Keberhasilan seorang guru bukan diukur  hanya rutinitas kehadirannya di depan kelas tetapi bagaimana ia mendinamisasi, mendorong, merangsang, menantang para siswanya untuk maju secara dinamis dan progresif mencapai goal-goal kecil mungkin hanya sebagai keberhasilan perantara, namun pada akhirnya pencapaian target pembelajaran. Demikian seorang pekerja sosial di panti jompo, bukan kehadiran di panti saja ukuran keberhasilan kerja mereka, tetapi bagaimana para lansia semakin bisa menerima layanan, dan kepuasan secara tulus dari para lansia kepada pekerja sosialah ukuran esensinya. 

Para siswa mengharapkan guru mengajaknya bernyanyi dan akan memperoleh kepuasan jika mereka belajar dengan bernyanyi dan tidak tegang. Para lansia mungkin terlambat diberi makan, namun lansia itu akan merasa puas manakala pekerja/lansia sitter mengelus tangannya, tersenyum simpul, bernyanyi lembut. Tentu membelai dan bernyanyi senandung kecil sebenarnya bukan layanan pokok meskipun disarankan. Namun karena si perawat melakukan dengan hati tulus dan para lansia tertarik hatinya dan bahagia karenanya, maka inilah sukses telah dicapai oleh perawat paling tidak dalam parameter para lansia. Para lansia akan menunggu dan merindukan kehadiran perawat ini. 

Ukuran kuantitas hanyalah alat ukur sekunder yang membantu memberikan sinyal-sinyal, namun itu bukanlah ukuran keberhasilan. Intisari peningkatan kualitas pekerjaan bukanlah regulasi kerja, rasionalitas, gaji, penerimaan pekerjaan kondisi pekerjaan. Pada sektor pekerjaan ini  keberhasilan pekerjaan  lebih terfokus seberapa besar harapan  dan kepuasan terpenuhi. 

Pengalaman-pengalaman dalam praktek professional  mereka akan menjadi bahan refleksi bagi mereka. Pekerjaan mereka akhirnya merefleksikan apa yang menjadi tekanan/tuntutan  yang harus mereka  jawab dengan tindakan yang semakin baik di masa  yang akan datang. Pengaruh kompleks  dari dan terhadap kehidupan sosial sehari-hari  memunculkan masalah-masalah keluarga, masyarkat, dan institusi.  Praktisi professional memiliki tanggungjawab untuk menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dari dasar  atau disebabkan oleh penyebab yang terpendam sekali pun. Pekerja professional akan melakukan ekslplorasi pencarian solusi dengan penuh suka dan sikap positif. Ia mencurahkan keahliannya, melakukan dengan cara-cara ilmiah, prosedur dan langkah sistemik sampai mereka menemukan cara yang sesuai. 

Misal: Seorang guru yang mengajar secara rutin setiap hari dengan gaya mengajarnya,  lama kelamaan tidak akan match lagi dengan tuntutan anak, orang tua, dan masyarakat. Mereka menginginkan guru berbuat lebih karena memang tuntutan dunia luar juga meningkat. Guru harus berbuat dinamis karena masyarakat dan dunia dinamis.  Demikian juga seorang dokter satu obat atau terapi dimungkinkan sudah tidak mempan lagi untuk latar yang berbeda bahkan dengan latar yang sama sekalipun dan pada subjek yang sama. Dokter memerlukan berbagai hal lain agar pasien terpuaskan dan memperoleh hasil sesuai harapan. 

Pada titik harapan dan kepuasan inilah pekerja-pekerja professional di sektor ini  berusaha secara  maksimal dan terus menerus  berusaha keras  untuk memperbaiki  pelanannya. Peningkatan ini tentu tidak serta merta tercapai. Peningkatan layanan memerlukan upaya ilmiah  dan harus didasarkan pada tingkat keahlian yang senantiasa ditingkatkan . 

Berbagai upaya dilakukan oleh praktisi professional untuk memperoleh cara dalam melaksanakan pelayannya. Praktisi akan berbahagia manakala subjek yang dilayani memperoleh perkembangan diri yang sesuai potensi. Para subjek memperoleh kepuasan atas harapan-harapan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh pekerja professional. Guru adalah pekerja professional yang menuntut perbaikan-perbaikan layanan secara professional pula. Perbaikan dan peningkatan professional memerlukan  kesungguhan berupa komitmen, bekerja dengan berdasarkan prosedur dan langkah yang sistemik, menggunakan dasar-dasar ilmiah, berupaya menemukan cara-cara yang mampu mengantar anak masuk ke dunia yang lebih kompleks dengan berbekal kemampuan yang teraktualisasikan. Guru harus menemukan solusi perbaikan melalui langkah-langkah penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 

Perbaikan pembelajaran pada masa lalu diserahkan kepada para akademisi sebagai komunitas yang bertanggung jawab memperbaiki pembelajaran. Melalui serangkaian penelitian berbasis akademik, akademisi melakukan penelitian-penelitian dengan menempatkan guru sebagai objek (pelaksana) perbaikan atau bahkan masih pada level penelitian. Hasil penelitian kemudian didesiminasikan ke sekolah-sekolah, sehingga kadang secara spesifik terdapat beberapa sekolah yang ternyata beranjak kualitasnya karena masalah-masalah bergenre spesifik tentu memerlukan penanganan spesifik dan gurulah yang senyatanya mengetahui kondisi riil di lapangan. Progres penelitan akhirnya bergeser dari genre positivistic research (academic based)  ke practical research (community-based research). 

Penelitian berbasis masyarakat ini pada akhirnya memasyarakat khususnya penelitian tindakan yang dapat dilaksungkan pada situasi praktis yang sebenarnya. Penelitian ini menuntun kita untuk menggunakan pendekatan partisipatori dalam aksi penyelidikannya. Pendekatan kolegial antara praktisi dan ahli dan pada akhirnya para praktisi diharapkan menjadi ahli dibidangnya sendiri. 

Model ini secara umum tersosialisasi sejak tahun 1980-an tekanan penelitian pendidikan mengalami pergeseran dari penelitian yang berdasarkan atau bersifat akademik (academy-based) ke penelitian yang berpusat pada guru (teacher-centered). Fungsi pendidikan dalam tugaspun (in-service education) atau pendidikan guru mengalami pergeseran dari perbaikan sekolah ke perbaikan pendidikan. 

Penelitian tindakan merupakan alternatif pengembangan dan perbaikan praktek pendidikan yang tidak hanya berbasis akademis, yaitu guru menerapkan temuan para pakar, sehingga kerja guru seperti dinilai berdasarkan kriteria teori-teori yang diambil dari filsafat, psikologi, sosiologi. Pada penelitian tindakan kinerja guru diukur melalui kriteria kegiatan praktek sehari-hari dalam pendidikan. 

Pengembangan pendidikan dengan berbasis penelitian akademik hanya menetapkan guru sebagai objek pengembangan pendidikan, sehingga kurang memberi peran pada guru untuk memperbaiki praktek pendidikannya sendiri. Pengembangan model ini sering mengakibatkan guru hanya sebagai pelaksana tanpa mengetahui secara persis apa yang mendasari kegiatan perbaikan itu? apa yang ingin dicapai dari kegiatan itu? penelitian akademis menempatkan pakar sebagai satu-satunya orang yang mengetahui bagaimana perbaikan pendidikan itu dilakukan sedang guru sebagai pelaksana perbaikan. Hal ini berbeda dengan pengembangan dan perbaikan praktek pendidikan melalui penelitian tindakan yang menempatkan guru sebagai pembaharu untuk tugas dan tanggung jawabnya sendiri dengan menggunakan kriteria prakteknya yang dilakukakn sehari-hari. 

Penelitian tindakan bersifat praktis, memberikan kesempatan pada guru untuk merefleksi kerjanya, memikirkan pemecahan, mencari alternatif pemecahan, menentukan pemecahan, melaksanakan pemecahan, menilai sendiri seberapa perubahan, kemajuan atau perbaikan yang dilakukan. Sehingga apa yang dilakukan guru benar-benar didasari realita masalah yang dihadapi guru. Perbaiakan langsung pada kerja dan tanggung jawabnya. Penyelesaian dalam jangkauan pemikiran guru, sehingga merangsang guru untuk dapat melakukan perbaikan secara terus menerus. 

B.     Latar Belakang Penelitian Tindakan 

Secara konservatif kita mengenal dua jenis penelitian, yaitu penelitian kuantitatif yang sering juga disebut penelitian positivistic dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif menuntun peneliti untuk menguji sebuah teori sementara penelitian kualitatif justru membangun teori. Ke dua terori ini dalam implementasinya tentu memiliki keterbatasan-keterbatasan. Penelitian kuantitatif dalam proses generalisasinya meskipun dapat diterapkan pada populasinya, namun perlu juga melihat berbagai keterbatasan-keterbatasan dan berbagai prasarat penerapannya. Penelitian kualitatif bukan untuk diterapkan karena ia lebih bersifat explanatory atau menjelaskan berbagai pola atau bentuk, kondisi atau situasi. Penelitian kualitatif mungkin hanya menggambarkan, menjelaskan, memberikan informasi sebuah pola, prosedur, atau budaya tertentu dan itu adalah teori. 

Teori-teori (sintesis kualitatif) yang terbangun itu kemudian bisa diuji (kuantitatif). Proses tersebut adalah deduktif ke induktif dan absahlah teori atau tidak sah teori itu dalam pembuktian induktif. Bila paradigm berjalan demikian, maka proses pencarian solusi dari masalah yang timbul dari latar praktis, maka kedua paradigm di atas memerlukan waktu dalam penyesuaian teori ke bentuk terapan praktis. 

Ke dua paradigma penelitian itu tentu tidak serta merta dapat digunakan untuk melakukan penyelesaian masalah, perbaikan, dan peningkatan sebuah layanan dari praktisi professional. Di dunia pendidikan, khususnya proses pembelajaran, peningkatan kualitas terjadi pada bagaimana belajar dan bagaimana mengajar. Peningkatan kualitas dapat dilakukan melalui kegiatan belajar, kegiatan mengajar, dan bisa juga kegiatan penelitian, atau bahkan kombinasi dari belajar, mengajar, dan penelitian dalam satu cluster yang terkoordinasi secara kolaboratif. 

Sebuah mainstream baru diperlukan untuk penyelesaian masalah, perbaikan situasi, dan peningkatan suatu layanan. Bila kuantitatif memiliki alur dari teori (hasil dari kualitatif) selanjutnya diuji. Sedangkan kualitatif berdasar satu acuan teori peneliti masuk ke dalam dan jauh ke dalam untuk menemukan pola-pola (teori baru). Sementara tindakan perbaikan atau penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan melihat situs (secara lengkap) menemukan penyebab, menemukan karakter subjek, selanjutnya mencari teori-teori yang sesuai dengan masalah dan subjek, selanjutnya teori diterapkan (tentu dalam pelaksanan harus memperoleh kemantapan), barulah kita bisa melihat bagaimana dampaknya (ini langkah akhir setelah langkah-langkah berjalan benar). 

Mainstream inilah yang saat ini dikeri label penelitian tindakan (Action research) yang selanjutnya masuk ke berbagai sektor praktis dan berubahlah menyesuaikan ke situasi praktis. Di lingkungan pendidikan khususnya belajar mengajar kita mengenalnya Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), di institusi (Institution Action Research), dan sebagainya. 

Penelitian tindakan (action research) merupakan nama yang diberikan kepada suatu aliran penelitian yang semakin populer dalam pendidikan. Untuk membedakan dengan penelitian tindakan (action research) dalam bidang lain para peneliti pendidikan sering menggunakan istilah “Penelitian Tindakan Kelas/PTK” (Classroom Action Research) atau “Penelitian Kelas” (Classroom Research).  Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas tempat mereka bekerja (Isaac, 1994:27). Dalam perkembangannya penelitian tindakan tidak hanya terbatas pada ruang kelas, akan tetapi mencakup dimana guru mengajar atau bekerja. 

Upaya pembenahan, perubahan, perbaikan, dan menyempurnakan pendidikan khususnya pembelajaran di kelas melalui penelitian tindakan kelas yang bernuansa praktis merupakan jawaban dari keinginan guru untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan bagaimana mereka mengadakan perubahan dan penyempurnaan dengan menggunakan dasar penelitian yang tidak berbelit-belit. Penelitian tindakan tidak menunutut kemampuan akademis yang tinggi, akan tetapi kesungguhan kerja, kejujuran pada diri sendiri untuk senantiasa mau mengoreksi kerjanya, mencari kekurangan praktek yang dilakukan, dan mencari alternatif perbaikannya. 

Jika penelitian akademis membutuhkan waktu lama, pendalaman yang akademis, skala besar, maka penelitian tindakan dapat dilakukan dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman guru atau berkolaborasi dengan teman atau pakar secara praktis, dapat dilakukan dalam skala kecil, yaitu di kelasnya sendiri. Penelitian tindakan tidak menambah atau membebani kerja guru, tetapi secara progresif dan terus menerus dilakukan bersama-sama dalam praktek pembelajaran dan pelaksanaannya secara langsung dapat dipraktekkan di kelas yang menjadi tanggung jawab guru.