Jumat, 12 November 2010

DESAIN DAN PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN

Penelitian tindakan kelas (PTK), bukanlah penelitian eksperimental sebagaimana dilakukan di laboratorium, tetapi bersifat praktis berdasarkan permasalahan keseharian di sekolah dasar. Peneliti (dosen atau guru SD sendiri) melakukan tindakan, jika penelitian bersifat kolaboratif, maka peneliti (dosen) bukanlah penonton atau ahli yang memberi bantuan konsultatif, akan tetapi mereka bersama duduk sebagai pelaku penelitian. Dalam penelitian ini juga dimungkinkan melibatkan murid sebagai pelaku tindakan.
Penelitian tindakan memperlakukan murid sebagai subjek yang tidak hanya objek yang dikenai tindakan pengumpul informasi sebagai mana penelitian konvensional. Hal ini perlu disadari peneliti sebab penelitian bersifat kemitraan partisipatoris dan self evaluatif yang tercermin pada seluruh langkah-langkah penelitian.
Penelitian ini tidak selesai dalam satu kegiatan, akan tetapi secara berkelanjutan berupaya mencari hasil optimal dengan cara dan prosedur paling efektif. Dengan demikian dapat terjadi tindakan berulang-ulang dengan modifikasi untuk peningkatan hasil dan efektifitas cara serta prosedur.
Pada akhir penelitian tindakan kelas diperoleh suatu pola atau model desain penelitian yang efektif dan diyakini menjamin perolehan hasil yang baik. Seluruh anggota penelitian memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman untuk terus melaksanakan dan mengembangkan pada bidang permasalahan lain.
Penelitian tindakan kelas memiliki sifat situasional, kondisional, dan kontekstual maka peneliti tidak perlu mengikuti secara ketat beberapa petunjuk dalam buku ini, tetapi peneliti diharapkan mampu mengadaptasi secara luwes sesuai dengan waktu, sarana prasarana atau sumber, kondisi siswanya, dan sebagainya.

A. Penyusunan Rencana
Penelitian tindakan kelas walaupun bersifat praktis namun merupakan tindakan ilmiah yang membutuhkan langkah-langkah tertentu yang membimbing peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian secara runtut dan sistematik, akan tetapi pada saat melakukan kegiatan penelitian kelas, peneliti (guru SD) dapat belajar dari pengalaman yang diperolehnya.
Langkah umum penelitian tindakan yang dapat dipertimbangkan antara lain: (1) identifikasi masalah, (2) analisis masalah dan faktor penyebab utama, (3) merumuskan gagasan pemecahan masalah bagi faktor penyebab, mengumpulkan data dan menafsirkan untuk mempertajam gagasan tersebut, dan untuk merumuskan hipotesis tindakan, (4) menilai kelaikan solusi atau pilihan tindakan sebagai pemecahan (Sudarsono, 1997:3).

1. Identifikasi Masalah
Seluruh anggota penelitian perlu duduk bersama mendiskusikan dan mencoba merefleksi diri dengan pertanyaan-pertanyaan:
a. Apa yang menjadi keprihatinan guru?
b. Mengapa anda memprihatinkannya?
c. Menurut anda, apa yang dapat anda lakukan untuk itu?
d. Bukti-bukti apa yang dapat dikumpulkan agar dapat membuat penilaian tentang apa yang terjadi?
e. Bagaimana anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
f. Bagaimana anda melakukan pengecekan terhadap pekenaran dan keakuratanh tentang apa yang terjadi?
Berdasarkan uraian tersebut guru dapat menentukan masalah nyata yang dihadapi guru dan sekolah. Misalnya; prestasi belajar rendah sering diidentifikasi karena IQ rendah, padahal terdapat banyak faktor yang menyebabkannya. Guru perlu membedakan masalah bersifat individual dan masalah yang dihadapi kelas yang dapat diangkat melalui penelitian tindakan kelas (masalah bersifat individual dapat dilakukan studi kasus).
Dalam pertemuan ini peneliti dapat menjajagi kemampuannya, persepsi terhadap siswa dan tugas, kesediaan melakukan perubahan pembelajaran dan perlakuan terhadap siswa. Sering terjadi guru mengutamakan kesulitan daripada tujuan perubahan yang ingin dicapai, untuk itu perlu dikaji permasalahn, tujuan sebenarnya, mendengar dan terbuka terhadap masukan.

2. Analisis Perumusan Masalah
Setelah langkah identifikasi dan diperoleh daftar masalah, peneliti perlu melakukan analisis. Analisis dilakukan dilakukan untuk untuk memilih masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian tindakan, sebab tidak semua masalah dapat diselesaikan melalui penelitian tindakan dan penelitian tindakan tidak mungkin menyelesaikan seluruh masalah. Kriteria diperlukan untuk menentukan masalah mana yang dapat diselesaikan melalui penelitian tindakan, sebagai berikut:
a. Masalah yang benar-benar penting bagi guru bermakna dan bermanfaat untuk pengembangan pembelajaran guna peningkatan hasil belajar.
b. Masalah harus dalam jangkauan peneliti (tim) yang akan berperan dalam melaksanakan tindakan di kelas
c. Masalah harus dirumuskan secara jelas agar dapat menyingkap beberapa faktor penyebab utama sehingga memungkinkan dicari alternatif-alternatif pemecahannya. Kegagalan menemukan masalah utama akan menyebabkan pemecahan masalah hanya dipermulaan saja yang sifatnya sementara.
Berdasarakan kriteria tersebut, peneliti perlu mengadakan analisis masalah dan merumuskan dimensi masalah yang dapat dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas dan mengidentifikasi aspek-aspek penting dengan fokus. Pemfokusan masalah merupakan proses yang menghasilkan pemikiran-pemikiran baru bagi guru SD dan sekaligus kesempatan pengembangkan profesi baru.
Analisis masalah ini mencakup tugas yang perlu diselesaikan, yaitu: (1) menggunakan dasar ilmiah untuk memahami sifat masalah pokok, (2) mengubah perspektif guru, walau kadang terjadi pertentangan individu atau kelompok guru yang tidak mau melakukan perubahan, kadang mengubah kebisaan yang telah dilakukan bertahun-tahun cukup sulit.
Dalam penelitian tindakan tidak diperkenankan hanya menekankan pada penelitian dan teknik tindakan yang dipakai. Proses analisis masalah perlu dilakukan secar hati-hati dan cermat, sebab keberhasilan sangat ditentukan ketepatan analisis.
Pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis, antara lain:
a. Kondisi-kondisi apa yang perlu dipersiapkan untuk memungkinkan dan mengundang guru mengungkapkan masalah-masalah yang penting?
b. Urutan langkah apa yang paling efektif untuk membuka dan menyingkap suatu masalah yang diteliti?
c. Bagaimana analisis dilakukan tanpa mengurangi harga diri dan rasa aman tidak dipersalahkan sekalipun terjadi kesalahan?
d. Peran apa yang dilakukan oleh anggota peneliti?
3. Formulasi Solusi dan Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan suatu dugaan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Misalnya; jika pembelajaran IPS meelibatkan lingkungan sebagai sumber belajar maka murid dapat memahami konsep-konsep lebih mudah.
Bentuk rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan rumusan hipotesis penelitian konvensional. Jika hipotesis penelitian konvensional menyatakan hubungan dua variabel atau lebih atau menyatakan perbedaan mean dari dua kelompok atau lebih. Hipotesis tindakan tidak menyatakan demikian, tetapi menyatakan “jika kita melakukan tindakan ini, kita percaya tindakan kita akan merupakan pemecahan problem yang kita teliti”, contoh lain: “jika murid dilibatkan dalam sumbang saran pembelajaran, maka akan muncul tumbuh keberanian siswa mengeluarkan pendapat”.
Untuk merumuskan hipotesis tindakan, peneliti dapat melakukan: (1) kajian teori pembelajaran dan pendidikan, (2) kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan, (3) kajian hasil diskusi dengan rekan sejawat, pakar, peneliti dan lain-lain, (4) kajian pendapat dan pakar pendidikan.
Berdasarkan kajian tersebut dapat diperoleh landasan untuk membangun hipotesis tindakan. Namun juga perlu dipertimbangkan kelaikan solusi (tindakan) atas dasar situasi riil dan situasi ideal atau harapan. Sebab jika terdapat jarak yang jauh dan tidak diupayakan menjembataninya, maka tindakan yang dilakukan tidak akan menimbulkan hasil secara optimal. Untuk itu kondisi dan situasi yang dipersyaratkan jangan terlalu ideal yang tidak mungkin dilakukan guru SD.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut:
a. Rumuskan alternatif tindakan berdasar hasil kajian yang mempunyai landasan yang mantap secara teoritis dan konseptual.
b. Setiap alternatif perlu dikaji ulang dari segi bentuk dan prosedurnya, kelaikan, kemudahan, kepraktisan (hasil yang dilihat) dan optimalisasi hasil, dan cara penilaian
c. Pilih alternatif tindakan dan prosedur yang dinilai paling menjanjikan hasil optimal dan dapat dilakukan guru dalam kondisi dan situasi dunia SD.
d. Tentukan langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan serta cara-cara untuk mengetahui hasilnya.
e. Tentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan guna membuktikan bahwa dengan tindakan telah terjadi perubahan, perbaikan atau peningkatan yang meyakinkan.

4. Analisis Kelaikan Solusi atau Pemecahan Masalah
Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik, berarti tindakan dilakukan agar terjadi perubahan dan perbaikan yang diketahui dan diukur yang terjadi secara kuantitatif maupun kualitatif. Untuk itu perlu dilakukan uji kelaikan solusi terlebih dahulu. Hal-hali yang dapat dikaji, antara lain:
a. Kemampuan guru sebagai pelaku tindakan. Apakah ia mampu melakukan tindakan yang direncanakan? Apa tidak terlalu sulit dan merepotkan guru? Hendaknya jangan terlalu menuntut guru terlalu tinggi, selain itu harus ada kesediaan guru dan bukan karena terpaksa.
b. Kemampuan siswa juga perlu diperhitungkan baik fisik, psikologis, sosial budaya dan etnik. Jangan sampai tindakan yang dilakukan justru merugikan siswa.
c. Fasilitas dan sarana prasarana pendukung yang tersedia di kelas atau di sekolah. Apakah peneliti mampu menyediakan fasilitas yang diperlukan?
d. Iklim belajar di kelas atau di sekolah, apakah cukup mendukung terwujudnya tindakan sesuai desain?
e. Iklim kerja sekolah, apakah ada dukungan kepala sekolah atau teman sejawat guru?
Penelitian bersama guru, kepala sekolah perlu membahas secara mendalam. konsekuensi terhadap dilakukannya tindakan harus diantisipasi, juga kemungkinan timbulnya masalah baru dengan adanya tindakan di kelas.

B. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
Peneliti pemula sering menyamakan pengertian rencana dan rancangan penelitian. Rencana penelitian dapat dikatakan sebagai seperangkat kegiatan yang diatur secara sistematis dan runtut untuk mencapai tujuan penelitian, rencana penelitian sering juga disebut proposal penelitian, misalkan orang akan membuat jembatan, maka ia harus tahu kegiatan apa saja anggaran yang harus dikeluarkan untuk setiap pos kegiatan. Kegiatan tersebut ditata beserta rencana biaya, sehingga jadilah rencana anggaran. Sedangkan desain atau rancangan penelitian adalah gambaran atau model yang akan diikuti dalam pelaksanaan pembuatan jembatan tersebut. Jika orang ingin membuat jembatan model terbaru, ia akan membuat suatu gambar atau rancangan dengan ciri-ciri model yang terbaru yang berbeda dengan model-model jembatan tradisional yang sampai saat ini telah ada.
Penelitian praktis (penelitian tindakan kelas) dapat digambarkan sebagai suatu proses daur ulang (siklus) yang semakin sempurna dengan melalui empat langkah dasar proses penelitian tindakan, yaitu: (1) penyusunan rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Perlu disadari untuk dapat menyusun rencana awal penelitian yang harus memiliki data akurat dari keseluruhan data (setting) penelitian.
Pada tahap awal peneliti (dalam hal ini guru sekolah dasar) berusaha seoptimal mungkin menjajagi keadaan karekateristik setiap siswanya melalui pengamatan yang dilakukan sehari-hari, misalnya kebiasaan dan perilaku siswa sehari-hari, perhatian terhadap pelajaran, sikap siswa, penguasaan materi, dan sebagainya. Guru juga secara akurat memiliki data dan penguasaan terhadap keadaan kelas dengan seluruh faktor pendukung dan penghambat, sarana prasarana. Keadaan awal dari keseluruhan setting penelitian ini akan digunakan sebagai kriteria kemajuan sebagai hasil penelitian tindakan yang akan dilakukan.
Tahap ini merupakan tahap penting untuk menentukan perlu tidaknya diadakan penelitian tindakan untuk memperbaiki masalah yang benar-benar membutuhkan pemecahan masalah melalui penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan penjajagan tersebut guru dan atau bersama peneliti (dosen) menentukan pada aspek apakah perbaikan atau peningkatan akan dilakukan melalui tindakan yang akan direncanakan. Misalnya; guru ingin memperbaiki peran serta siswa dalam diskusi kelompok. Tindakan untuk perbaiakan tersebut dapat disusun dalam hipotesis tindakan, misalnya; guru ingin memperbaiki peran serta siswa dalam diskusi kelompok. Tindakan untuk perbaikan tersebut dapat disusun melalui hipotesis tindakan, misalnya: “Melalui pengelompokan berdasarkan prestasi belajar pada mata pelajaran yang dibahas, seluruh siswa berani mengemukakan pendapat”. Hipotesis ini disusun berdasarkan pengamatan, jika siswa belajar kelompok yang heterogen yaitu anak pandai terdistribusi ke masing-masing kelompok, biasanya jalannya diskusi dan kerja kelompok didominasi oleh anak pintar, untuk itu guru memiliki pemikiran bahwa kerja dan diskusi kelompok didasarkan pada prestasi belajar yang seimbang, sehingga anak pandai tidak merasa mendominasi dan anak pandai tidak merasa minder. Jika belajar pada tingkat kepandaian yang seimbang, siswa akan berani terlibat aktif dalam diskusi, bertanya, berperan dalam kerja dan sebagainya.
Guru menyadari keadaan tersebut memang perlu diperbaiki, sebab guru menginginkan seluruh murid secara menyeluruh terlibat dalam belajar dan berkembang sesuai potensinya masing-masing. Untuk merealisasi penelitian tindakan yang direncanakan, guru bekerja sama dengan rekan atau dosen untuk mengembangkan penelitian tindakan dikelasnya atau guru melakukannya sendiri. Jika rencana telah matang kemudian guru melakukan tindakan, yaitu melaksanakan pembelajaran dengan kerja dan diskusi kelompok berdasarkan pada ranking atau prestasi belajar pada bidang studi yang dibahas (ranking bukanlah kedudukan anak secara umum di kelasnya, akan tetapi kedudukan siswa pada mata pelajaran yang bersangkutan).
Sementara kegiatan berlangsung, guru mengamati berbagai perubahan perilaku anak, guru mencatat seluruh peristiwa yang terjadi dan dampak yang muncul dilakukannya pembelajaran tersebut. Hasil catatan pemantauan guru tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengadakan refleksi. Guru dan atau peneliti lain membandingkan keadaan sebelum dilakukannya tindakaan dengan setelah diadakannya tindakan. Berbagai pertanyaan dapat digunakan sebagai acuan, antara lain: benarkah perubahan perilaku sebagai akibat dari dilakukannya tindakan atau perlakuan yang diberikan guru?, perubahan apa saja yang terjadi? Sejauh manakah perubahan yang terjadi?, apakah perubahan ke arah yang lebih baik atau lebih buruk?, apakah masih mungkin dilakukan perbaikan lagi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membawa guru dan atau peneliti berpikir dan akhirnya menentukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan tindakan sehingga perubahan perilaku anak sesuai dengan yang diharapkan.
Guru dan atau peneliti juga dapat membuat suatu model tindakan yang diyakini menjamin peningkatan atau perbaikan perilaku atau hasil belajar siswa. Berdasar hasil tindakan dan dampak tindakan guru dan atau peneliti dapat merencanakan rencana tindakan berikutnya (rencana berikut tetap pada ide utama atau initial idea yang disempurnakan). Ketidak puasan guru, kurang berhasilnya upaya perbaikan, akan mendorong guru dan atau peneliti mengembangkan penelitian lebih lanjut. Perlu disadari bahwa penelitian tindakan tidak sekali jalan terus berhasil akan tetapi berlangsung secara siklis (spiral) yang berlapis dan berulang yang semakin lama semakin meningkat perubahan hasilnya, jika pada siklus pertama kurang berhasil dapat disempurnakan untuk siklus berikutnya sampai tercapai perubahan tingkah laku sesuai yang ditetapkan. Proses siklis mencapai kemantapan jika guru dan atau peneliti merasa puas terhadap hasil dan apa yang dilakukan diyakini menunjang atau memperbaiki situasi.
Berdasar uraian tersebut diatas, penelitian tindakan berlangsung secara siklis dengan langkah-langkah tindakan dasar, yaitu: (1) rencana, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi atau berbagai istilah yang relevan digunakan.
Model penelitian tindakan dengan siklis yang paling sederhana yang dapat dilakukan oleh guru sekolah dasar, antara lain model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yang dapat digambarkan, sebagai berikut:

Gambar 1. The Action Research Spiral Kemmis dan Mc.Taggart

1. Rencana
Berbeda dengan rencana penelitian, rencan tindakan merupakan tindakan operasional yang direncanakan untuk memperbaiki, meningkatkan, atau merubah perilaku, sikap atau khususnya peningkatan belajar.
Rencana merupakan tindakan yang tersusun untuk memperbaiki situasi, mengubah, atau meningkatkan yang dilaksanakan secar khas yang mempunyai prospektif dan memandang kedepan. Rencana harus mengakui semua tindakan dalam batas waktu tertentu diramalkan, sehingga mengandung resiko. Rencana harus cukup fleksibel untuk dapat disesuaikan dengan pengaruh yang muncul tak terduga dan berbagai hambatan yang diperhitungkan dan tak terlihat. Tindakan memiliki dua dimensi, yaitu: (1) tindakan mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan sosial dan mengakui adanya hambatan yang bersifat material maupun dampak perilaku, (2) tindakan dipilih karena prospektif para pesertanya bertindak secara efektif dalam berbagai keadaan. Tindakan yang diambil hendaknya: (1) membantu praktisi mengatasi kendala yang ada dan memberi kewenangan bertindak secara tepat sesuai situasi dan berhasil sebagai pendidik, pelaksana, dan pemimpin, (2) membantu praktisi membantu menyadari potensi baru mereka untuk melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja mereka yang akan mampu memperbaiki, meningkatkan, atau mengubah perilaku.
Sebagai bagian dalam perencanaan penelitian, maka guru dan atau peneliti terlibat secara kolaboratif dalam diskusi untuk mengembangkan bahasa yang akan dipakai dalam menganalisis dan meningkatkan pemahaman dan tindakan mereka dalam situasi yang dihadapi

2. Tindakan
Tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktik secara cermat dan bijaksana. Praktik dilakukan berdasar gagasan dalam tindakan dan tindakan digunakan sebagai dasar atau pijakan untuk pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yaitu tindakan yang didasari keinginan untuk memperbaiki, pengubah, dan meningkatkan keadaan.
Tindakan dituntun oleh rencana yang didasarkan pada pemikirannya, namun perlu diperhatikan dalam bahwa tindakan tidak secara mutlak didasarkan pada rencana, hal ini terjadi bahwa penelitian tindakan adalah penelitian kontektual dan situasional, sehingga dimungkinkan adanya perubahan-perubahan (fleksibilitas program). Tindakan secara dasar memiliki resiko karena berhadapan dengan material dan situasi politis yang timbul secara tiba-tiba dan tak terduga yang dapat mengubah rencana sesuai dengan situasi dan kondisi, untuk itu rencana hendaknya bersifat tentatif dan sementara, dengan demikian tindakan merupakan hal yang tidak tetap dan dinamis. Dalam pelaksanaan tindakan dimungkinkan negosiasi, kompromi, sesuai kontek stategis.
Perbedaan penelitian tindakan dengan penelitian lain adalah, penelitian tindakan diamati. Pelakunya berusaha mengumpulkan bukti tentang tindakan mereka agar dapat sepenuhnya menilainya. Untuk mempersiapkan evaluasi sebelum bertindak mereka memikirkan jenis bukti yang akan diperlukan untuk mengevaluasi tindakannya secara praktis.

3. observasi
Observasi atau pengamatan memiliki fungsi untuk mendokumentasikan berbagai pengaruh tindakan yang terkait. Pengamatan berorientasi ke masa yang akan datang, artinya observasi dimaksudkan untuk memperoleh berbagai keterangan yang digunakan untuk langkah-langkah yang akan datang. Hasil pengamatan yang cermat akan memberikan masukan yang digunakan pada langkah refleksi untuk memperbaiki tindakan atau mempertahankan tindakan. Perlu diperhatikan bahwa dalam pengamatan sering menemui berbagai hambatan, sebab tindakan dibatasi oleh kendala realitas dan semua kendala yang belum pernah ditemui dan dilihat pada masa lalu. Sehubungan dengan itu observasi perlu direncanakan secara cermat, sehingga ada dasar dokumenter untuk refleksi berikutnya. Observasi memiliki sifat responsif, terbuka terhadap pandangan dan pemikiran, sehingga pengamat tidak mencampur adukkan antara hasil pengamatan dengan interpretasinya. Interpretasi pengamatan hendaknya ditulis dalam ruang tersendiri, sehingga deskripsi hasil observasi tetap otentik menggambarkan keadaan yang senyatanya. Peneliti membuka pandangan dan pikiran bukan untuk mencampur adukkan hasil pengamatan, akan tetapi justru untuk mengantisipasi hal-hal yang tak terduga, sehingga mengamati menjadi tidak cukup.
Peneliti perlu mengamati proses tindakannya, proses tindakan, keadaan dan kendala tindakan, cara keadaan dan kendala menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, serta persoalan-persoalan lain yang muncul. Pengamatan harus didasari suatu niat dan tujuan memberikan dasar bagi refleksi diri yang kritis. Observasi memberikan indikasi apakah refleksi dapat tercapai, dengan kata lain observasi sangat menentukan berhasil tidaknya refleksi.
Hal yang perlu dicatat kegiatan observasi tidak berdiri sendiri, akan tetapi dapat divariasikan dengan berbagai kegiatan yang akan memberikan masukan yang lengkap guna melakukan refleksi. Kegiatan lain yang dapat dilakukan antara lain; wawancara, tes, sosiometri, dan sebagainya.

4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi mempertimbangkan ragam pandangan yang mungkin ada pada situasi sosial, dan memahami persoalan dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu. Refleksi biasanya dibantu dan atau dilakukan oleh seluruh anggota peneliti melalui diskusi. Rekonstruksi tindakan akan diungkap kembali, sehingga seluruh peneliti memiliki pandangan dan persepsi yang sama tentang kendala dan faktor pendukung. Berdasar analisis kasus dan berbagai pertimbangan dapat diputuskan berbagai perbaikan rencana (revisi rencana tindakan). Refleksi ini memiliki sifat evaluatif, sebab melalui refleksi seluruh anggota penelitian menentukan apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai harapan atau belum, apakah tindakan perlu diadakan perbaikan atau tidak.
Penelitian tindakan merupakan penelitian yang dinamis yang menyadari bahwa penelitian atau suatu tindakan tidak selalu pasti berhasil, untuk itu tindakan perlu dikaji ulang, diperbaiki, diperkuat melalui suatu model penelitian siklus.
Kemmis (1982) mendeskripsikan proses dasar secara singkat. Praktek penelitian prosesnya dimulai dengan ide umum (initial idea) bahwa hasiul tindakan yang dilakukan nantinya akan diperoleh perubahan atau perbaikan sesuai apa yang diinginkan. Untuk melaksanakan idenya peneliti memerlukan medan atau tempat melakukan tindakan sesuai idenya. Untuk mampu melaksanakan ide umum, diperlukan berbagai faktof pendukung dan informasi yang lengkap bagaimana ide itu dilaksanakan. Setelah menemukan tempat dilakukannya tindakan, maka ide umum dirinci atau diterjemahkan dalam bentuk tindakan-tindakan, tindakan tersebut dipantau untuk mengetahui efeknya, dan berdasarkan pengamatan dilakukan untuk menyusun rencana baru.
Jika dinyatakan penelitian tindakan memerlukan medan maka medan itu berhasil diselesaikannya maka individu akan mencai atau memasuki medan yang baru (teori medan dari Kurt Lewin). Misalnya; seorang guru ingin mengubah perilaku anak-anak yang secara akademik kurang mampu terlibat aktif dalam belajar. Guru mengelompokkan merekan menjadi satu kelompok yang setingkat kemampuannya agar tumbuh suasanan kebersamaan, keadaan sederajat atau merasa menjadi masyarakat yang memiliki kedudukan sama (equi community) dan tidak merasa minder. Ide utama tersebut berjalan dengan berbagai pengkondisian dan upaya, akhirnya murid-murid berkemampuan akademik rendah telah memiliki keberanian berbicara, berpendapat, berekspresi, persoalan lain muncul dan ingin dikerjakan oleh guru, yaitu bagaimana membawa murid yang telah mampu berbicara dalam kelompokm kemampuan sebaya ke kelompok siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi. Dengan demikian medan kelas berubah dari membuat murid berani berbicara dan berpendapat menjadi memasukkan mereka ke komunitas yang berbeda kondisinya, dapat digambarkan perubahan medan kerja dan tugas tersebut sebagai suatu spiral yang sambung-menyambung (chain). Dengan kata lain, setiap orang mampu menyelesaikan suatu persoalan (medan) akan muncul persoalan lain (medan lain) yang dapat merupakan akibat langsung maupun tidak langsung atau persoalan yang sama sekali tidak berkaitan. Dari contoh tersebut jika guru juga berhasil membaurkan anak berkemampuan rendah ke sedang atu tinggi dan anak yang semula berkemapuan rendah ternyata tetap mampu berinteraksi, mengeluarkan pendapat, di kelompok yang kemampuannya tinggi, maka mungkin guru atau peneliti ingin memasuki medan kerja yang baru, misalnya; apakah mungkin semua berkemampuan rendah pada akhirnya tanpa hambatan berinteraksi, mengeluarkan pendapat, berekspresi di kelompok tinggi?





Gambar 2. Teori Medan

Berdasarkan uraian tersebut penelitian tindakan dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian tindakan berujud siklus. Penulis menggambarakn dua macam model penelitian, yaitu: (1) model suatu medan; artinya peneliti hanya ingin menyelasaikan satu persoalan yang mengganggu sampai diperoleh penyelesaian masalah, (2) model ganti medan; model ini dimaksudkan, jika satu medan berhasil diselesaikan, maka guru dan ataupeneliti tertantang untuk memasuki tantangan atau medan berikutnya. Guru dan atau peneliti profesional akan selalu berupaya memperbaiki kerjanya, sehimngga untuk perbaikkan nerja mereka melakukan penelitian tindakan tidak hanya satu kali penelitian tetapi penelitian yang dilakukan terus menerus, karena penelitian tindakan bukanlah penelitian yang dapat digunakan generalisasi pada tempat lain, kelas lain, waktu lain. Penelitian tindakan memiliki sifat kontekstual, artinya memang hanya diperuntukan pada situasi dan konteks tersebut. Guru hanya bisa mengidentifikasi atau meniru tetapi tidak bisa menganggap bahwa penelitian itu digeneralisasi.

1. Model Penelitian Satu Medan
Model penelitian ini merupakan pelaksanaan tindakan atas ide utama atau ide awal (initial act) yang disempuranakan untuk siklus-siklus berikutnya.ide dalam satu rangkaian penelitian itu sama pada setiap siklusnya, yang membedakan adalah berbagai variasi dan penyempurnaannya.model tindakan dalam satu siklus tersebut dapat digambarkan:
PENJAJAGAN

RENCANA AWAL
IDE UTAMA/ INITIAL IDEA


TINDAKAN

OBSERVASI

REFLEKSI

REVISI RENCANA
PERBAIKAN/ PENYEMPURNAAN


DST
Gambar 3 Model Penelitian Satu Medan

Ketika dan guru atau peneliti memprihatinkan kelasnya dan ada gagasan untuk memeperbaiki, guru atau peneliti mengadakan penjajakan tentang siswa dengan seluruh karakteristiknya, kelas dan sarana pra sarana dengan seluruh karakteristiknya, lingkungan dan karakteristiknya. Berdasarkan penjajagan guru memilih ide alternatif pemecahan yang layak untuk menyelesaikan masalah dan disusunlah rencana awal berdasarkan ide utama. Ide utama direalisaasi dalam tindakan dan selam atindakan berlangsung guru atau peneliti memantau pelaksanaan tindakan; (1) apakah tindakan sesuai rencana, (2) seberapa pelaksanaan tindakan diharapkan menghasilkan perubahan, peningkatan, atau perbaikan (prospektif). Berdasar hasil pengamatan guru dan atau peneliti merefleksi seluruh rangkaian tindakan dan memikirkan ulang apakah ide memang sesuatu yang layak dipertahankan, apakah penyususnan rencana telah matang, apakah terdapat penyimpangan tindakan, apakah hasil tindakan dapat diharapkan. Berdasarkan analisis dan evaluasi maka memasuki siklus berikut disusunlah rencana baru (revisi rencana/ rencana revisi), pelaksanaan tindakan terevisi, observasi, dan pada akhirnya mengadakan revisi kembali. Jika berdasar refleksi peneliti memperoleh kepuasan, maka penelitian dapat diakhiri.

2. Model Ganti Medan
Model ganti medan merupakan perwujudan karakteristik manusia yang ingin mencapai kesempurnaan dan tidak puas atau berhenti pada apa yang telah dicapainya. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
M E D A N 1
SIKLUS 1 RENCANA AWAL

TINDAKAN 1
TINDAKAN 2
TINDAKAN 3 DST
OBSERVASI

R E F L E K S I

SIKLUS 2
D S T RENCANA TEREV ISI

TINDAKAN 1
TINDAKAN 2
TINDAKAN 3 DST
OBSERVASI

R E F L E K S I

M E D A N 2 ( Dst )

Gambar 4 Model Ganti Medan
Pada gambar tersebut jelas terlihat bahwa rencana awal meliputi bukan hanya satu tindakan, tetapi beberapa tindakan dilakukan untuk memperoleh perubahan atau peningkatan perilaku. Setelah peneliti berhasil menyelesaikan satu masalah yang diselesaikan dalam beberapa siklus, maka peneliti melihat ternyata ada dampak atau kasus baru yang perlu diselesaikan sebagai dampak atau masalah baru yang muncul dari pelaksanaan penelitian tindakan yang dilakukan. Sehingga untuk model ganti medan dapat dikatakan bahwa penelitian pada dasarnya telah selesai dan peneliti ingin memasuki persoalan baru, untuk pengembangan, peningkatan berdasar hasiil penelitian sebelumnya. Satu masalah terselesaikan akan muncul masalah lain. Wujud pengembangan penelitian ini menunjukkan bahwa unjuk profesional guru telah mencapai tingkat profesional. Guru menyadari bahwa satu penelitian tindakan hanyalah menyelesaikan satu dari beribu masalah, dan setiap penyelesaian masalah tentu berkaitan atau berdampak perlunya penyelesaian masalah berikutnya.

C. Langkah – langkah Tindakan
Sebelum pelaksanaan tindakan penelitian dan guru perlu menyusun langkah – langkah agar semua komponen yang diperlukan dapat dikelola secara maksimal.

1. Mempersiapkan Pelaku Tindakan
Persipan siapa yang akan melaksanakan tindakan sebagi realisasi ide umum atau initial idea perlu dipersiapkan secara matang. Jika guru merasa perlu persiapan, perlu latihan sesuai rencana tindakan, maka bukan hal yang buruk jika dilakukan. Demikkian pela jika dosen harus turun sebagai pelaku tindakan, maka dosen juga perlu latihan. Pesiapan, latihan, modeles mutlak diperlukan jika memang tindakan yan akan dilakukan merupakan sesuatu yang baru. Langkah awal ini merupakan langkah persiapan mental psikologi guru agar tidak memiliki rasa ketakutan, tetekan atau rasa malu jika tindakan yang dilakukan tidak sempurna. Guru atau pelaku tindakan harus terbebas dari rasa takut gagal dan salah.

2. Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Berbagai tindakan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas memerlukan berbagai fasilitas dan sarana prasarana pendukung. Hanya saja menginga kepraktisa npenelitian, maka diharapkan penelitidan atau guru untuk dapat memaksimalkan berbagai fasilitas dan sarana prasarana yang ada di kelas dan sekolah (prinsip efisiensi), sehingga penelitian memang benar-benar alamiah sesuai tuntutan kebutuhan kelas (penelitian setting kelas). Hal ini bukan berarti penelitian tindakan tidak menggunakan biaya, akan tetapi lebih mendekatkan pada setting kelas dan murid secara alamiah dengan pertimbangan jangan sampai ketika dilaksanakan penelitian menggunakan sarana prasarana yan gmemadai dan harus mengeluarkan biaya, tetapi jika penelitian telah berhasil membuktikan hipotesis tundakan dan akan diidentifikasi dan akan ditiru pada pelaksanaan di luar jadwal penelitian akan menurunkan kualitasnya. Untuk itu seyogyanya pelaksanaan penelitian dengan atau tanpa biaya (dari pihak luar), penelitian tindakan kelas mengutamakan pemberdayaan seluruh fasilitas dan sarana prasarana yang ada, bila perlu membuat dengan biaya kecil dan melibatkan anak secara maksimal, sehingga justru dapat digunakan dalam pembelajaran selanjutnya.
Persiapan fasilitas dan sarana pendukung pelu disiapkan sebelum tindakan diterapkan, misalnya: penelitian ingin memberdayakan siswa mampu memajangka hasil karyanya, sehingga anak lain atau anak itu sendiri terdorong untuk berkarya lebih baik (reiforcement positive), maka perlu disiapakan tempat untuk memajangkan, misalnya; disiapkan paku untuk memajangkan pada satuan waktu tertentu.

3. Mempersiapkan Cara – cara Observasi
Pemelitian tindakan juga perlu mempersiapakan segala hal yang akan digunakan untuk pemantauan tindakan untuk mengetahui dampak tindakan dan kesesuaian tindakan dengan rencana untuk refleksi. Pengamatan hendaknya menggunakan teknik- teknik yang tidak menyita perhatian guru, sehingga mengorbankan kerja rutin guru, terutama jika penelitian dilakukan secara mandiri, maka guru dapat mengggunakan daftar cek, skala bertingkat, dan sebagainya. Sedang jika penelitian dilakukan oleh kelompok, maka penelitian dapat menggunakan alat – alat dan teknik pementauan yang lebih lengkap dan kurang perlu memperhitungkan waktu, sebab pelaksana tindakan tetap konsentrasi pada tugasnya, sedang pengamatan dilakukan oleh anggota peneliti lain.

4. Skenario Garis Besar Perilaku Guru dan Murid
Pelaksanaan tindakan walaupun diharapkan tidak mengganaggu tugas rutin, namun pelaksanaan perlu disusun skenario, sehingga kegiatan tidak menjadi terlalu seadanya dan rencana tindakan justru menjadi berantakan. Skenario dimaksudkan menjadi pedoman umum peneliti atau guru dalam melakukan urutan–urutan tindakan sesuai rencana.
Jika segala sesuatunya sudah dipersiapkan, maka skenario pelaksanaan tindakan dapat dilaksanakan.tindakan ini merupakan tindakan awal ( initial act ) pada siklus pertama dan akan diikuti langkah observasi tentang pelaksanaan, kemajuan sebagai dampak tindakan, berbagai kendala yang muncul, dan sebagainya yang pada akhirnya hasil pengamatan digunakan sebagai bahan pertimbangan refleksi untuk menentukan apakah tindakan perlu disempurnakan atau tindakan telah mencapai apa yang diinginkan.
Untuk mengetahui apakah setelah dilakukan tindakan terjadi perubahan, peningkatan, perbaikan, penelitian perlu mengetahui kadaan awal sebelum dilakukan tindakan, sehingga berdasar keadaan awal tersebut secara jelas perilaku mana yang akan dikenakan tindakan. Dengan diketahui keadaan awal akan diketahui seberapa besar perubahan sebagai dampak tindakan diperoleh dan perubahan dari waktu ke waktu dapat diketahui yaitu dengan membandingkannya dengan keadaan awal. Keadaan awal juga dapat digunakan sebagai kriteria, yaitu jika perubahan tidak sesuai dengan yang diharapkan berarti tindakan tidak efektif merubah perilaku, sehingga tindakan dapat diperbaiki atau diganti dengan tindakan yang lebih menjamin. Perbaikan dilakukan sampai diperoleh hasil yang sesuai harapan, sehingga jumlah siklus ditentukan sejauh mana perubahan sebagai dampak tindakan sesuai harapan.
Agar pelaksanaan tindakan tidak terganggu oleh berbagai kegiatan guru maupun sekolah, maka perlu disusun jadwal kegiatan. Penjadwalan ini dapat ditempuh dengan: (1) invebtarisasi seluruh kegiatan yang akan dilakukan sejak awal, (2) memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan. Skedul dan pembagian waktu dapat dibuat dalam bentuk Gantt Chart yang memuat urutan kegiatan dan waktu yang diperlukan:
Contoh:
NO KEGIATAN BULAN
....................... BULAN
........................ BULAN
......................
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Penjajagan x
2. Perijinan x
3. Diskusi x
4. Penyusuan Rencana Awal (siklus 1) x x
5. Pelaksanaan Tindakan x x
6. Observasi Tindakan x x
7. Refleksi, diskusi, analisis sintesis dan rencana siklus 1 x
x
8. Tindakan (siklus 2) x x
9. Observasi x x
10. Refleksi: diskusi, analisia, sintesis, rencana siklus 3 x
11. Dan seterusnya




D. Pengembangan Model dan Implementasi Penelitian
Terdapat kemungkinan pada waktu pelaksanaan tindakan sebagaimanan rencana ide awal, ternyata muncul hal-hal baru guna memperkuat pencapaian hasil. Peneliti hendaknya mencatat dan merefleksikannya guna pengembangan pada tahap selanjutnya yang dapat dikembangkan sebagai berikut:





Gambar 5 Pengembangan Model Penelitian

Pada gambar 5 secara nyata terlihat bahwa dalam pelaksanaan penelitian dimungkinkan munculnya kebutuhan tindakan barru guna mendukung tercapainya hasil yang diharapkan. Sehubungan dengan hal tersebut dalam penelitian model ini peniliti tidak bersikap baku, mengingat penelitian ini berorientasi praktis untuk memecahkan masalah-masalah praktis yang dihadapi, sehingga berbagai tindakan baru dapat dilakukan dengan tujuan peningkatan hasil. Untuk menentukan tindakan baru atau fariasi tindakan, guru secara mandiri atau kolabprasi dapat merumuskan tindakan berdasar observasi dan refleksi keterbukaan guru terhadap aksi yang dilakukan merupakan merupakan kunci apakah tindakan perlu divariasi atau tidak.
Jika penelitian tindakan dilakukan di kelas atau dikenakan pada siswa, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain:

1. Kegiatan Awal Persiapan Implementasi
a. Pembicaraan dan dialog dengan seluruh staf sekolah. Mengenai rencana penelitian tindakan untuk memetangkan rencana.
b. Penelitian atau model les diantara guru atau dari dosen jika diperlukan.
c. Pengkondisisan kelas dan sekolah secara wajar.
d. Persiapan cara dan alat pemantauan dan perekaman data.
e. Persiapan perangkat dan bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan.
f. Diskusi hasil model les untuk pematangan rencana atau pengulangan untuk memperoleh model tindakan yang diharapkan (jika diperluka).
g.
2. Persiapan
Hari pertama atau kegiatan pertama merupakan saat yang paling kurang menyenagkan. Oleh karena itu perlu persiapan mental, guru atau peneliti hendaknya memiliki motivasi tinggi bahwa apa yang dilakukan merupakan upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Guru jangan merasa takut mencoba, rendah diri atau merasa tidak mampu (sebab di kelasnya gurulah yang paling mampu).
Persiapan juga perlu dilakukan terhadap siswa terutama jika dilaksanakan penelitian kolaborasi yang melibatkan pihak selain guru agar murid tidak merasa terganggu. Perlu diadakan pendekatan sebelumnya, sehingga murid merasa akrab dengan seluruh anggota penelitian. Murid jangan merasa sedang diamati agar perilakunya tetap alamiah sebagaimana yang dilakukan sehari-hari (hawthorner effect).

3. Implementasi di kelas.
Penelitian kolaborasi dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota peneliti dikelas, sehingga guru bukanlah pelaksana dari rencana penelitian, akakn tetapi seluruh anggota terlibat dengan fungsinya masing-masing. Jika terjadi keraguan atau ketidak yakinan guru, maka peneliti lain akan dapat membantu tanpa menimbulkan kecurigaan siswa.
Jika penelitian dilakukan secara mandiri oleh guru, maka perencanaan yang sudah matang hendaknya dilakukan secara wajar sebagaimana mengajar sehari-hari, tetapi dengan berbagai perubahan secara perlahan. Guru tidak perlu menyatakan bila sedang mengadakan penelitian, tetapi cukup menyatakan berbagai rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan, tentu saja dengan meminta persetujuan murid, agar secara mental emosional murid terlibat dalam keseluruhan pembelajaran.
Penelitian tindakan dilakukan secara mandiri maupun kolaboratif, proses perkembangan dan perubahan akibat tindakan hendaknya senantiasa dilakukan pengamatan. Pemantauan proses ini sangat penting, sebab dengan deskripsi proses tindakan akan dapat diketahui apakah pelaksanaan telah sesuai dengan rencana. Untuk itu jika dilaksanakan secara kolaboratif, makak guru tidak dibiarkan sendiri didalam kelas. Tetapi jika dilaksanakan oleh guru sebagai peneliti, maka guru harus mempersiapkan alat pengamatan yang tidak mengganggu proses tindakan atas pembelajaran yang dilaksanakan.
Pada waktu istirahat merupakan waktuyang baik untuk berbincang dengan sisiwa agar memperoleh informasi apa yang dirasakan sisiwa dan persepsi mereka. Apa yang diperoleh peneliti selama melakukan pemantauan, dapat dibicarakandan dilakukan refleksi bersama-sama. Hasil refleksi dapat digunakan memperbaiki prosedur dan cara bertindak yang dilakukan guru untuk tindakan pada siklus berikutnya sampai diperoleh keyakinan bahwa tindakan yang dilakukan meningkatkan atau memperbaiki perilaku atau kondisi yang diharapkan.

4. Pengelolaan
Tindakan pada dasarnya dilakukan untuk mencapai tujuan yang direncanakan, untuk mencapai tujuan maka perlu adanya pengelolaan dan pengendalian. Pengelolaan mencakup pengorganisasian kegiatan, waktu maupun sarana prasarana yang dipergunakan. Pengelolaan yang baik, maka efisiensi dan efiktivitas dapat tercapai. Pengendalian dimaksudkan agar jika dilakukan perubahan di tengah jalan atau proses, perubahan justru untuk meningkatkan ketercapaian hasil dan bukan penyimpangan yang menjauhi sasaran. Oleh karena itu seluruh anggota penelitian bekerja bersama selama proses penelitian. Seluruh anggota penelitian mencatat, merekam semua kejadian selama tindakan, dan berdasar catatan ini analisis dan refleksi dilakukan

5. Modifikasi
Hasil refleksi merupakan masukan dan pertimbangan untuk melakukan modifikasi. Modifikasi dilakukan untuk aakselerasi atau persepatan ketercapaian tujuan. Dengan demikian terbuka kemungkinan antara guru atau seluruh peneliti dan siswa melakukan kegiatan yang tidak terencana tetapi mendukung tercapainya tujuan. Tentu saja modifikasi ini tercatat sehingga peneliti memperoleh pedoman bahwa bahwa tindakan dengan modifikasi tertentulah yang diyakini mampu meningkatkan atau mencapai hasil yang diharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar