Minggu, 21 Maret 2010

Instrumen PTK (1) : Skenario Tindakan

Teman, bukan bermaksud ngajarin lho tapi share aja, maklum dulu saya juga mengalami kesalahan dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Saya dulu juga berpikir, kalau nilai siswa naik itu karena hasil penelitian saya, ternyata murid-murid itu sudah pandai membaca, mudah memperoleh informasi, mendalami ilmu dari pihak selain guru. Jadi kalau guru melakukan penelitian dan nilai siswa kemudian naik itu bukan hanya karena tindakan penelitian, tetapi juga karena guru mengajar, murid belajar (di sekolah, di rumah), dari orang tua, teman, atau mereka secara sengaja atau tidak sengaja dan mungkin langsung atau tidak langsung memperoleh/mencarinya sendiri. Dunia itu sangatlah luas yang penuh informasi dan ilmu pengetahuan, jadi saya sadar dan tidak berani mendewakan peningkatan hasil belajar merupakan hasil penelitian. Maka lebih baik memperhatikan bagaimana penelitian itu dilakukan sampai memperoleh model (gambaran cara) yang berhasil memperbaiki situasi kelas (anak menjadi semangat, minat belajar naik, aktivitas murid terarah, waktu pembelajaran formal di kelas makin pendek, saling belajar terjadi di antara sivitas akademika, dan sebagainya).

Namanya juga penelitian tindakan, jadi pertanyaan pertama itu “Tindakannya apa”. Dalam penelitian tindakan kelas, ini dinamakan Initial Idea. Ide utama itu kemudian dilakukan dengan penuh persiapan yang matang. Ide utama itu disusun menjadi langkah-langkah tindakan yang operasional, dan ini kita namakan scenario tindakan. Memang istilah scenario ini belum populer, bahkan maaf mungkin baru dimunculkan pada kalangan terbatas, belum terdesiminasikan ke khalayak terutama guru-guru. Mereka sering mengkonsentrasikan pada penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Menurut hemat saya, RPP itu bentuk formal atau formalisasi dari “Plan”. Karena terkonsentrasi pada penyusunan RPP, para peneliti muda melupakan RPP itu hampir sama antara RPP sebagaimana guru mengajar dan RPP untuk penelitian tindakan. Perbedaannya terletak pada langkah-langkah (Langkah-langkah rinci inilah esensi tindakan dalam PTK).

Contoh penelitian dengan judul “Pelaksanaan Teknik Jigsaw dalam peningkatan efektivitas pembelajaran IPS Kelas IV SD….”.

Skenario yang harus disusun peneliti adalah menyusun langkah-langkah rinci pelaksanaan teknik jigsaw (ini harus dirinci secara jelas, sehingga langkah-langkah ini akan/dapat digunakan sebagai panduan menyusun instrument pengamatan tentang bagaimana pembelajaran dengan “Jigsaw” berlangsung).

Contoh (singkat) scenario Jigsaw (langkah-langkah pembelajaran teknik Jigsaw): (1) Diskusi guru dan siswa tentang kajian-kajian yang ada dalam semester bersangkutan. Kelompok materi mana yang harus dipelajari secara berurutan (materi satu menjadi prasart materi berikutnya---jenis materi ini jangan digunakan dengan teknik Jigsaw). Berdasar diskusi tersebut, terkelompokkanlah materi yang tidak menjadi prasarat mempelajari materi lain (ini namanya materi yang sebanding=equal), (2) berdasar materi yang equal tersebut, kita kelompokkan menjadi beberapa kelompok (misal 7 kelompok) diikuti guru dan siswa membentuk 7 (tujuh) kelompok siswa, di mana satu kelompok tersebut akan mendapatklan satu materi untuk dikaji secara mendalam agar mereka menjadi ahli, (3) setiap kelompok dengan materi yang berbeda-beda (sebagaimana pembagian awal) dalam durasi waktu tertentu mempelajari materi tersebut dan guru dapat terlibat dibeberapa kelompok secara bergilir, (4) setelah pembahasan selesai (seyogyanya semua siswa mencapai mastery pf learning atau tuntas menguasai kompetensi materi/bahan kajian tersebut), (5) 7 (tujuh)materi telah dikuasai secara tuntas oleh kelompok-kelompok yang bertanggung jawab, selanjutnya kelompok dibubarkan dan dibuat kelompok baru. Kelompok baru ini terdiri dari paling sedikit mantan anggota kelompok 1-7 (satu kelompok memiliki anggota yang berasal dari kelompok 1-7), (6) Kelompok baru ini terdiri dari individu-individu yang telah ahli dibidangnya masing-masing, selanjutnya mereka share/saling memberi dan menerima dengan/dapat dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan kunci/atau melelui presentasi, (7) dalam durasi waktu tertentu, pembahasan telah selesai, diharapkan semua siswa telah menguasai kompetensi dari 7 (tujuh) materi atau bahan kajian.

Uraian ini masih berbentuk esai. Untuk menyusun menjadi instrument pengamatan terhadap berlangsungnya pembelajaran dengan langkah-langkah (scenario) 1-7, maka peneliti dapat mengelaborasi (merincikan) lagi ke poin-poin instrument pengamatan, misal: (1) melaksanakan diskusi tetang materi (a) menemukan materi perequisit , (b) mengelompokkan materi yang equal,(2) membagi kelompok sejumlah materi-materi yang equal: (a) kelompok 1 menerima materi 1….(b) kelompok 2 menerima materi 2….(3) proses diskusi pendalaman materi…(dapat dielaborasi lagi), (4) uji kompetensi masing-masing materi (a) materi ujian kompetensi berbeda…(b) semua siswa tuntas…. (5) (a) pembubaran kelompok setelah masing-masing anggota tuntas, (b) membangun kelompok baru dengan anggota berasal paling sedikit 1 orang dari kelompok 1-7, (6) proses share dari para ahli dibidangnya masing-masing…. Melalui…. (7) semua siswa mencapai ketuntasan 7 materi….. Maaf ya, uraiannya singkat saja, sebab kalau panjang lebar nanti berlembar-lembar … capai deh

Instrumen pengamatan ini sebaiknya tidak dilakukan oleh 1 (satu) orang,tetapi paling sedikit 3 (tiga) orang sehingga informasi yang diperoleh menjadi terpercaya dan seyogyanya juga pengamat diberikan kesempatan memberikan refleksi (tanggapan) terhadap hasil pengamatannya sendiri agar lebih memebrikan gambaran factual…

Untuk instrument efektivitas…. Atau yang lain dapat disusun dengan cara dan teknik yang berbeda dan konteksnya bukan mengamati bagaimana proses berlangsungnya “pembelajaran dengan teknik jigsaw” tetapi sudah melihat dampak dari perlakuakn itu!

Catatan: bila pelaksanaan Jigsaw belum memenuhi harapan (anda perlu menyusun indicator atau criteria penerapan Jigsaw yang Anda anggap baik (sesuai scenario dan modifikasi sesuai konteks tempat teknik itu dilakukan…. (kontekstual). Pelaksanaan Jigsaw mungkin mengalami kendala atau siswa malah menjadi bingung, maka ulangi itu sampai siswa familier…. Jadi yang diulang-ulang itu teknik jigsawnya (bukan materinya!!!) sampai siswa akrab dengan teknik tersebut dan berbagai komponen lain menjadi kondusif…. Kelemahan-kelemahan penyelenggaraan ini menjadi titik awal melakukan perbaikan untuk pelaksanaan teknik jigsaw berikutnya…. Yuk mencobaaaa

2 komentar:

  1. Teruskan DOK akan kami ikuti tulisan-tulisannya. TTD arifajruny@gmail.com

    BalasHapus
  2. Baca juga di www.kompasiana.com/pdm-45
    Di blog kroyokan kroyokan itu tulisan saya ada beberapa!
    Selamat ujiannya dah lulus belum!

    BalasHapus