Selasa, 12 Januari 2010

Instrumen SIkap Profesional Guru

MENYUSUN INSTRUMEN SIKAP PROFESIONAL GURU[1]

Y. Padmono[2]

ABSTRACT

The aim of this study is to develop instruments of profesional teachers’ attitude. The instrumens were pilotet in the one phase. The sample was 400 teachers of elementary school selected randomly. Fiveteen expert of measurenment to help to construct this instrument. The resulth of the analyses indicated that the instruments meet the criteria to measure of profesional teachers’ attitude. There meet among The items composition and the dimension with teoretical construct. The reliability coefficients of the instruments determinned by Alpha Cronbach method were quite high (r>0.60). Based on these results some suggestions are put forward: (a) the instruments should be clearly and accurately composed and measured in righ techniques and procedure, and (b) the instruments should be revised and validated several times to meet the criteria for validity and reliability.

Kata Kunci : menyusun, Instrumen, sikap profesional guru.

PENDAHULUAN

Terdapat tiga ranah pada manusia yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tidak dapat kita pungkiri seseorang dapat diketahui produktivitas kerjanya melalui penampilan keterampilan yang mereka tunjukkan. Akan tetapi keterampilan merupakan hasil yang teramati sebagai rangkaian dua ranah pendahulu, yaitu: pengetahuan dan sikap.

Sikap merupakan kecenderungan berperilaku terhadap objek rangsang. Bagaimana seseorang berpikir, belajar, dan berlatih ditentukan bagaimana sikap seseorang. Sikap positif mendorong untuk memiliki kecenderungan dekat dan melakukan, sedang sikap negatif mengakibatkan kecenderungan menghindar.

Sikap profesional guru mutlak dimiliki guru. Sikap profesional guru positif, menjadikan mereka untuk melakukan berbagai aktivitas guru dengan penuh semangat, sebaliknya sikap profesional guru negatif cenderung mereduksi kinerja mereka.

Berdasar hal tersebut sikap profesional guru senantiasa perlu ditumbuhkan, dijaga, dan dikembangkan secara periodik terus menerus. Untuk menumbuhkan, menjaga, dan mengembangkan sikap profesional secara tepat sasaran, maka perlu instrumen sikap profesional guru, Kenyataan menunjukkan bahwa belum ada instrumen sikap profesional guru yang terstandar. Penelitian ini berupaya memecahkan masalah tersebut, yaitu menyusun instrumen sikap profesional guru.

Salah satu tugas sekolah adalah menyiapkan siswanya terjun ke masyarakat yang menuntut memiliki berbagai pengetahuan dan keterampilan praktis. Levinger (dalam Semiawan, 1999:11) menyatakan bahwa keterampilan teoritis bersifat umum yang tidak selalu dapat ditransfer (transferable), sedangkan dalam kenyataan global memerlukan kompetensi yang bersifat situation-specific (situasi khusus). Zamroni (2000: 60-68) menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna mencapai tujuan. Dalam proses rekayasa ini, mengajar memegang peran penting karena merupakan kegiatan transfer ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai kepada siswa.

Tugas guru mencakup tugas profesi, kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Kompetensi profesional, antara lain: mengembangkan tanggung jawab, melaksanakan peranan-peranannya, mampu bekerja dan berusaha mencapai tujuan pendidikan, mampu melaksanakan perannya dalam proses mengajar dan belajar di kelas (Hamalik, 2004:38:52).

Profesional tidak dapat dipisahkan dari profesi. Power (1992:37) menyatakan bahwa profesional merupakan sosialisasi dalam profesi. Selanjutnya Merton (dalam Power, 1992:37) menyatakan bahwa sosialisasi merupakan proses memilih dan mencari; nilai, sikap, minat, keterampilan, dan pengetahuan yang berkaitan dengan profesi atau pembudayaan profesi.

Sikun Pribadi (dalam Hamalik, 2004:2) menyatakan bahwa profesi adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan, karena merasa terpanggil untuk pekerjaan itu.

Thurstone (dalam Edward, 1957:2) menyatakan bahwa sikap sebagai tingkat pengaruh positif atau negatif dalam hubungannya dengan beberapa objek psikologis. Bogardus (dalam Mueller,1995:2-3) menyatakan bahwa sikap adalah kecenderungan untuk beraksi dengan berbagai faktor lingkungan. Azwar (1995:5) menyatakan bahwa sikap sebagai keteraturan perasaan (affection) pemikiran (cognition) dan predesposisional tindakan (conation) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Berdasar konsep di atas disimpulkan bahwa sikap profesional guru adalah kesiapan mental individu untuk memberikan respons positif atau negatif yang dilandasi kemampuan, komitmen atau janji hati secara terbuka, dan kemauan untuk meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan berbagai tugas guru.

Untuk dapat mengukur harus memiliki alat ukur, untuk itu perlu mengkonstruksi instrumen atau alat yang dapat digunakan mengukur. Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Djaali, 2000:87). Stiggins (1994:109-175) menyarankan beberapa tahap penyusunan instrumen, antara lain: (1) tahap menyusun tes objektif: persiapan, memilih elemen-elemen untuk diteskan, dan membangun butir tes, (2) tahap menyusun assessment esai dengan langkah-langkah: menetapkan prosedur penyusunan, penyekoran, dan umpan-balik, dan (3) assessment performan dengan langkah: menyusun terminologi performan, merancang latihan performan, penyekoran dan pencatatan hasil. Djaali (2000,89-90) menyarankan langkah-langkah penyusunan instrumen: sintesis teori, menyusun konstruk, pengembangan indikator, menetapkan parameter kontinum, analisis butir, validasi teoretik dan empirik, validasi pakar, revisi, penggandaan terbatas, uji coba, uji validasi internal dan eksternal, kesimpulan sortir, reliabilitas, dan perakitan. Langkah-langkah ini diarahkan untuk penyusunan instrumen yang digunakan untuk penelitian. Crocker dan Algina (1986:66-86) menyatakan proses konstruksi berbagai tes dengan langkah-langkah, sebagai berikut: (1) mengidentifikasi tujuan-tujuan utama untuk skor yang digunakan, (2) mengidentifikasi perilaku yang mewakili konstruk atau domain, (3) menyiapkan spesifikasi butir, proporsi butir yang akan difokuskan pada tiap perilaku, (4) menyusun butir-butir utama, (5) meninjau ulang butir dan merevisinya, (6) persiapan ujiboba dan merevisinya, (7) tes lapangan pada sampel yang representatif, (8) menentukan alat-alat statistik skor butir, kesesuaian, eleminasi butir yang tidak memenuhi kriteria, (9) merancang dan mengondisikan reliabilitas dan validitas pada bentuk akhir tes, (10) mengembangkan panduan administrasi, penyekoran, dan interpretasi skor tes (menyiapkan tabel norma standar performan).

Secara singkat, pengertian menyusun adalah proses atau tata urutan atau prosedur membuat, menyusun atau mengkonstruksi. Dengan demikian menyusun assessment keterampilan proses dapat dilakukan dengan mendasarkan pendapat-pendapat dan prosedur penyusunan tes dan menyesuaikannya dengan tujuan, spesifikasi perilaku, penyekoran, kriteria, interpretasi dan pengambilan keputusan. Penyesuaian dapat juga dengan mempertimbangkan berbagai karakteristik sikap profesional guru yang tentunya berbeda dengan tes-tes atau angket pada umumnya, terutama tes-tes objektif. Penyesuaian ini harus dilakukan mengingat sikap profesional guru menekankan pada predisposisi yang belum berujud performan atau unjuk penampilan yang dapat diamati dan diukur secara langsung.

METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah menyusun instrumen sikap profesional guru standard. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka digunakan metode survei untuk memperoleh status respons terhadap butir-butir instrumen sikap profesional guru sebagai dasar standardisasi butir-butir instrumen.

Langkah-langkah penyusunan instrumen sikap profesional guru terstandard dilakukan melalui langkah-langkah: (1) definisi konsep, (2) definisi operasional, (3) menentukan dimensi, indikator, dan cetak biru instrumen, (4) draf butir-butir instrumen, (5) kalibrasi dan penyempurnaan instrument, meliputi: (a) penilaian: panelis, (b) uji coba/kalibrasi empiris, mencakup: (a) uji validitas butir, (b) uji validitas konstruk melalui analisis faktor, (6) uji reliabilitas keseluruhan butir, dan (7) pengintervalan skor butir.

Kalibrasi awal berupa penilaian butir instrumen dilakukan oleh 15 panelis yang terdiri dari mahasiswa S3 Penelitian Evaluasi Pendidikan, Teknologi Pendidikan, dan Bahasa Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil kajian terhadap sikap profesional guru menunjukkan: (1) konseptual teori mewakili pakar dari dalam dan luar negeri yang memiliki kredibilitas dan (2) teori-teori diakui secara internasional.

Penilai (panelis) merupakan pakar-pakar dibidang pendidikan, bahasa, dan penyusunan instrumen dari berbagai universitas yang sedang mengembangkan ilmu di Universitas Negeri Jakarta. Penilaian memfokuskan kepada prosedur penyusunan dan konten instrummen.

Ujicoba instrumen dilakukan pada guru-guru sekolah dasar yang sedang dan telah menyelesaikan pendidikan DII PGSD. Mereka telah memiliki pengetahuan dan pengalaman memadai tentang profesi guru sehingga sikap professional guru tercermin dalam memberikan jawaban terhadap instrumen.

Pengembangan instrumen melalui tahapan menyusun kisi-kisi, draf instrumen, mengkonsultasikan instrumen pada panelis dan pakar, pelatihan terhadap penilai instrumen, menentukan tempat ujicoba, kalibrasi, analisis data, merevisi instrumen dan pengulangan prosedur sampai diperoleh instrumen yang valid.

Pengembangan mengalami modifikasi sesuai saran panelis/pakar dan hasil ujicoba instrumen. Konsultasi kepada pakar tentang konten utamanya unsur-unsur yang mewakili atribut sikap professional guru membantu penyempurnaan instrumen. Hasil konsultasi menunjukkan prosedur dan materi memenuhi persyaratan validasi isi. Indikator penilaian dan standar kualitas indikator serta skala mengalami perubahan sehingga penilai harus berhati-hati karena skala penilaian antar butir tidak memiliki skala yang sama berdasar hasil pengintervalan.

Uji validitas butir dengan menggunakan rumus korelasi diketahui dari 60 butir intsrumen terdapat 54 butir valid.

Uji validitas konstruk menggunakan analisis faktor. Untuk memperoleh KMO-MSA tentang kecukupan sampel dilakukan uji persyaratan uji anti image dengan membuang butir valid tetapi memliki anti image . Hasil uji KMO-MSA diperoleh kecukupan sampel sebesar 0.889, sehingga sample memenuhi syarat untuk analisis faktor.

Analisis menunjukkan terdapat 9 faktor yang memiliki eigenvalue 1 dengan jumlah persentase keragaman 70.689%. Hasil akhir terdapat 48 butir yang terdistribusi ke 9 faktor sesuai dengan konsep teori.

Hasil analisis faktor keseluruhan butir untuk menguji ke sembilan faktor berasal dari faktor umum diketahui KMO-MSA 0.854 komulatif keragaman 35.687%. Masing-masing faktor memiliki nilai muatan dan komunalitas beragam. Faktor 1 komunal 0.338 komponen 0.623, faktor 2 komunal 0.444 komponen 0.666, faktor 3 komunal 0.426 komponen 0.589, faktor 4 komunal 0.347 komponen 0.589, faktor 5 komunal 0.332 komponen 0.576, faktor 6 komunal 0.276 komponen 0.525, faktor 7 komunal 0.385 komponen 0.620, faktor 8 komunal 0.224 komponen 0.474, dan faktor 9 komunal 0.390 komponen 0.625. Kesembilan faktor memiliki muatan faktor substansial 0.05, sehingga dianggap memiliki satu faktor umum dan penggunaan rotasi diabaikan, karena interkorelasi positif antar faktor dan satu faktor bersama, yaitu sikap professional guru.

Koefisien reliabilitas dihitung dengan rumus Alpha Cronbach. Hasil analisis reliabilitas adalah K= 48 N= 400 r 0.939 dengan galat 6.1% dan Sm =4.748. Keragaman skor tulen atau sebenarnya sebesar 93.9%, bila dalam jangka waktu tertentu dan dalam kondisi sama sample merespon kembali instrumen tersebut, maka rentangan penyimpangan skor total yang dicapai masing-masing hanya berkisar 4.748.

Hasil analisis data ujicoba instrumen menunjukkan bahwa skor belum berskala interval murni. Response sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju memiliki karakter ordinal. Pengintervalan skala mutlak diperlukan guna memperoleh skala interval. Meskipun hasil analisis menunjukkan untuk setiap butir tidak sama, akan tetapi hasil akhir memenuhi syarat instrumen dengan skala interval.

Berdasar analisis validitas konsistensi internal dan validitas konstruk diketahui 48 butir memenuhi syarat sebagai instrument sikap professional guru yang memiliki keandalan sangat tinggi, yaitu sebesar 0.939 dan standar error 4.748.

Penyempurnaan tetap dilakukan berupa perbaikan redaksional, petunjuk pengerjaan, dan penegasan pedoman penyekoran hasil.

Instrumen memenuhi syarat; validitas isi dan empiris konsistensi internal, kesesuaian konten instrument, perilaku yang dinilai, dan konsep teoretis. Selanjutnya validitas konstruk telah sesuai antara konsep teoretis maupun hasil analisis faktor.

Harga reliabilitas cukup andal, meskipun perlu disadari reliabilitas tergantung pada karakteristik intstrumen, sampel, dan penilai (Rudner dan Schafer, 2001). Faktor yang berpengaruh dari instrument adalah definisi konseptual, penyekoran. Faktor dari sampel adanya kondisi psikologis karena adanya penilaian, tidak terbiasanya guru merespons angket. Faktor penilai adalah kecermatan penyekoran.

Hasil analisis menunjukkan harga reliabilitas sangat andal; sebagai instrumen pengukuran sehingga instrumen dapat diandalkan sebagai alat ukur.

Kalibrasi tergantung pada konsep teoretis instrument terkait dan kesimpulan tergantung pada keluasan dan kedalaman konsep teoretis peneliti.

Informasi dan penelitian sejenis terbatas kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas materi instrumen.

Ahli yang memiliki pemahaman sekaligus segi konsep teoretis, instrument, dan penerapan dilapangan masih langka, sehingga sukar mendapatkan rekomendasi komprehensif dan mendalam. Hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas instrument.

KESIMPULAN DAN SARAN

Instrumen pengukuran sikap profesional guru meskipun merupakan konsep utuh, namun secara teoretis dan praktis dapat teramati terdiri dari berbagai aspek. Aspek terjadi secara berurutan dan menyatu secara konseptual yang tergambar melalui bagaimana penguasaan guru terhadap pengetahuan dan keterampilan, komitmen dengan penuh rasa suka dan tanggung jawab, serta semangat meningkatkan kualitas diri untuk peningkatan kualitas kerja.

Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk mengukur aspek-aspek sikap, namun melalui tes skala sikap lebih dapat mencerminkan bagaimana sikap profesional guru terungkap. Meskipun pengungkapan melalui tes skala sikap dapat tereduksi pada berbagai faktor, misalnya: persepsi, pendapat, suasana hati, bahkan tanggapan terhadap tester dan pelaksanaan pengukuran.

Hasil analisis menunjukkan instrumen memenuhi kriteria validitas isi dan konstruk dan sebaran tiap faktor memenuhi ke sembilan faktor yang ditentukan dan instrumen memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi.

Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bawa sikap profesional keguruan dapat diukur melalui instrumen ini secara akurat dan reliabel . Instrumen telah melalui kalibrasi teoretis dan empiris memenuhi persyaratan validitas isi dan konstruk serta reliabilitas instrumen.

Bagi peneliti dan pengembang instrumen, hasil penelitian dapat

digunakan sebagai salah satu acuan dalam menyempurnakan prosedur pengembangan instrumen sikap profesional guru serta topik lain yang sejenis.

Bagi dosen dan penyeleksi calon mahasiswa PGSD, hasil penelitian dapat digunakan sebagai alat atau instrumen pengukur sikap profesional guru.

Bagi pengambil keputusan, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan untuk menetapkan keputusan yang memotivasi guru untuk mengembangkan sikap profesionanya.

Bagi pemerhati pendidikan, hasil penelitian dapat disosialisasikan dan dibahas agar pengembangan instrumen sikap profesional guru menjadi perhatian serius.

Pengembangan instrumen perlu dilakukan agar memperoleh alat ukur yang tepat dalam pengambilan keputusan tentang guru dan calon guru.

Pengembangan instrumen harus memenuhi kriteria standardisasi sehingga keputusan yang didasarkan pada alat ukur tidak menimbulkan keraguan dan kebingungan.

Pengadministrasian alat ukur harus memenuhi kriteria, sehingga alat ukur dapat dipergunakan sebagaimana mestinya tanpa rasa kawatir.

Pelaksanaan pengukuran sikap profesional guru perlu digalakkan, sehingga sikap profesional mereka terpacu dan dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aswar, Saifudin, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.

Crocker, Linda dan James Algina, Introducing To Classical and Modern Test Theory, Orlando Florida: Harcourt Brace Javanovich College Publisher, 1986.

Cruickshank, R, Donald; Bainer L, Deborah; and Metcalf K, Kim, The Act of Teaching, Boston: Mc Graw Hill College, 1999.

Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: PPS-UNJ, 2000.

Edward, Allen L, Techniques of Attitude Scale Construction, New York: Apleton Century Crofts, 1957.

Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan

Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Muller, J. Daniel, Measuring Social Attitudes, New York: Teacher College, Columbia University, 1995.

Power, Axman, Strategies for Improving The Process of Educational Assessment,1992, http://www.ed.gov/database/ERIC_Digest/Ed431819.html

Rudner, Herbert dan Robert Schafer, Integrating Testing With

Teaching,2001. http://www.ed.gov/database/eric.Digest/Ed.315432.html.

Semiawan, R. Conny, Pendidikan Tinggi Peningkatan Kemam0puan Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mungkin, Jakarta: Grasindo, 1999.

Stiggins, Richard J, Student-Centered Classroom Assessment, New York: Merrill, an Imprit of Macmillan College Publishing Company, 1994.

Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Bigraf

Publishing, 2000.



[1] Dipertahankan dihadapan Sidang Senat Terbuka Universitas Negeri Jakartta dalam Rangka Promosi Doktor

tanggal 4 Agustus 2006 (sebagian Disertasi).

[2] Y. Padmono Staf pengajar pada program studi PGSD FKIP UNS

2 komentar:

  1. pak mampir kesini...http://www.facebook.com/inbox/?drop&ref=mb#/group.php?gid=82111994110

    BalasHapus
  2. maaf salah pak.. ini yang benar http://www.facebook.com/group.php?v=app_2373072738&gid=82111994110#/group.php?v=wall&gid=82111994110

    BalasHapus