Jumat, 22 Oktober 2010

MENUJU MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU


(Seri Pembelajaran Terpadu 05)

Bentuk-bentuk implementasi pembelajaran terpadu dilaksanakan sesuai karakteristik subjek didik yang pebelajar yang melaksanakan belajar. Konteks ini menunjuk pada efektivitas, bahwa premis belajar hanya akan efektif bila subjek pebelajarlah sebagai penentu prosesi belajar. Seaktif apapun guru, tidak akan mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran manakala individu pebelajar belum tergerak emosi, sosial, fisik, apalagi mentalnya dalam prosesi belajar.

Satu kata kunci yang sering dilupakan guru adalah pembelajaran terpaduU itu memadukan materi-materi dari mata pelajaran untuk dipelajari secara bersama-sama “Ini Salah besar”, sebab menerpadukan materi atau konsep adalah cara memperoleh kebermaknaan apa yang dipelajari subjek. Kata kunci pembelajaran terpadu adalah upaya mempermudah belajar siswa melalui fakta alamiah, riil atau nyata apa adanya, bila beberapa terkait, saling mendukung, atau bahkan merupakan satu kesatuan adalah konsekuensi dan pencarian makna belajar bagi siswa.

Pembelajaran terpadu berlangsung secara kontinum, artinya rentang pembelajaran terpadu yang menerpadukan berbagai konsep, pengetahuan, teori, hukum, generalisasi, dan sebagainya dibatasi oleh dua kutub. Pada kutub satu implementasinya berbentuk pengkaitan, hubungan, atau saling mendukung antar konseptual intra dan atau antar mata pelajaran yang terjadi secara spontan. Sementara pada kutub lain, pengaitan konseptual intra dan atau antar dilakukan melalui pengorganisasian kurikulum yang lebih terstruktur.

Dari dua kutub tersebut kita dapat memilih berbagai bentuk model untuk implementasi pembelajaran terpadu sesuai dengan karakteristik murid, lingkungan, dan berbagai faktor pendukung pembelajaran. Di sisi lain pembelajaran terpadu dapat terjadi hanya dalam satu mata pelajaran, dua atau lebih mata pelajaran, interelasi konsep atau pengetahuan secara inta dan antar mata pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan, secara umum dikatakan pembelajaran terpadu berlangsung melalui berbagai bentuk implementasi, yaitu melalui : (1) kurikulum terpadu, (2) tema atau peristiwa otentik, (4) spontan, (5) proyek atau unit, (5) hari terpadu.

A. Pertimbangan Pembelajaran Terpadu

Implementasi pembelajaran terpadu dalam upaya mencari model pembelajaran yang sesuai dengan usia perkembangan siswa dan masing-masing individu (Developmentally Approptiate Practice), guru hendaknya mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain : (1) sifat materi, (2) cara memadukannya, (3) perencanaan pemaduan, (4) waktu, (5) pemicu keterpaduan.

Pembelajaran terpadu tidak menekankan pada keterlaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana atau rancangan (model) yang dipilih, akan tetapi pembelajaran terpadu lebih menekankan pada keterlaksanaan pembelajaran yang berarti sehingga murid dapat belajar bagaimana ia belajar dan memperoleh kerangka kerja, kerangka berpikir, keterampilan ilmiah, dan informasi imiah secara alamiah, langsung, nyata, dan bermakna. Untuk itu berbagai pertimbangan di atas perlu dipahami guru secara baik.

1. Sifat Materi

Pembelajaran terpadu ditinjau dari materi atau konsep-konsep yang akan dipelajari secara terpadu dapat dibedakan : (1) pembelajaran terpadu intra mata pelajaran dan ( 2) pembelajaran terpadu antar bidang studi. Pembelajaran terpadu intra mata pelajaran, jika yang dipadukan adalah materi, konsep, teori, pokok bahasan, keterampilan atau nilai dalam satu mata pelajaran. Misalnya : rasio, pecahan, persen, dan desimal dalam mata pelajaran Matematika. Menymak, membaca, berbicara, dan menulis merupaikan keterampilan berbahasa yang dapat dipelajari secara bersama-sama.

Pembelajaran terpaadu antar mata pelajaran, kik kosep, teori, ,ateri, kajian yang dipelajari secara umum (terpadu) dari mata pelajaran-mata pelajaran yang berbeda. Misal : sejarah indonesia dan sejarah sastra Indonesia dapat saling mendukung untuk lebih membermaknakan belajar. Jual beli di pasar, macam-macam dagangan, macam sayuran, perhitungan jual beli dapat dipelajari bersama (terpadu).

2. Cara Penerpaduan

Dalam pembelajaran selama ini guru sering memperhatikan secara tegas batas-batas antara mata pelajaran satu denga mata pelajaran lain. Secara konseptual mataeri atau konsep memiliki batas-batas terkadang secara samar dan hampir tak ada sekat yang membatasinya. Misalnya: Grafik dipelajari dalam IPA sekaligus dipelajari dalam Matematika, jual beli dipelajari IPS tetapi juga dalam aplikasi matematika (soal cerita). Akan tetapi dalam praktek, jika suatu tema ditetapkan, maka guru dan siswa mengkaji dari sudut pandang masing-masing mata pelajaran. Berdasar tema apa yang dapat dipelajari dari mata pelajaran Matemaitka, IPA, IPS yang terkadang tanpa memperhatikan keterkaitan antara apa yang dipelajari. Padahal sering terjadi siswa dapat mempelajari seluruh konsep atau sebagian konsep-kosep dalam mata pelajaran melalui satu tema atau peristiwa otentik tertentu. Misalnya: pembelajaran terpadu melalui suatu proyek ”Pembuatan Jembatan Desa”. Melalui proyek tersebut siswa dapat belajar tentang konsep kekuatan (teknologi IPA), perhitungan anggaran (Matematika), bentuk jembatan, pewarnaan (Seni), gotong royong (PPKn), penyusunan proposal, undangan peresmian, pidato (Bahasa Indonesia), dan sebagainya. Melalui proyek tersebut siswa tidak hanya dituntut menguasai aspek-aspek dalam mata pelajaran secara terpisah, akan tetapi siswa dituntut mengorganisasikannya menjadi satu kesatuan yang utuh.

3. Perencanaan Pemaduan

Pembelajaran terpadu kadang terjadi mealui suatu perencanaan yang matang, namun ada kalanya secara spontan. Guru merancang sejak awal yang segala aktivitasnya diarahkan untuk menciptakan keterpaduan. Guru dapat memilih tema atau peristiwa otentik (pemilihan dilakukan bersama atau disetujui murid) yang dapat menjadi payung untuk memadukan berbagai konsep, materi, teori dalam mata pelajaran bersangkutan atau dalam mata pelajaran lain, menyusun berbagai kegiatan berdasar tema tersebut. Mungkin juga guru melakukan peta konsep terlebih dulu untuk menemukan konsep-konsep yang terkait, tumpang tindih, atau saling mendukung diantara mata-mata pelajaran yang ada, dan berdasar peta konsep tersebut kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan keterpaduan.

Kadang guru tidak merencanakan secara matang keterpaduan antara satu konsep dengan konsep lain, satu bahasan lain, satu teori dengan teori lain. Guru dapat menghububgkan, mengkaitkan materi lain dengan apa yangsedang dibahas, sehingga memungkinkan keterpaduan secara spontan.konsep air di IPS dapat dihubungkan dengan konsep air di IPA sehingga menjadi satu pengertian tang utuh dan tidak terjadi dua konsep yang terpisah. Ketika guru menjelaskan atau mempraktekan jual beli di pasar, guru mengkaitkannya untuk hidup hemat tidak boros dalam belanja, mengitung secara cermat sesuai jumlah uang yang dimiliki.

4. Waktu Pelaksanaan

Terdapat beberapa materi atau konsep yang cocok diajarkan secara terpadu pada saat tertentu, tetapi ada yang harus dibahas secara periodik, dan ada yng diajarkan dalam sehari penuh. Pembelajaran yang dilakukan pada waktu tertentu dikatakan pembelajaran terpadu temporer yang tidak mengikuti jadwal secara teratur, tanpa kepastian waktu, dan situasional.

Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan secra periodik pada setiap akhir pekan atau waktu ysng disepakati oleh guru dan murid. Pembelajaran dapat dijadwalkan sesuai kesepakatan, beberapa hari dengan waktu tertentu atau sehari penuh (integrated day).

5. Unsur Pemicu Keterpaduan

Untuk mencapai keterpaduan guru dapat brtitik tolak dari analisis kurikulum. Berdasar hasil analisis kurikulum, guru membut peta konsep untuk menemukan tema berdasarkan konsep-konsep yang saling terkait, mendukung, berhubungan, tumpang tindih (overlapping). Selanjutnya berdasar analisis tersebut guru menyusun program pembelajaran terpadu yang diselenggarakan menurut persepsi guru untuk mencapai pembelajaran yang bermakna.

Guru juga dapat melaksanakan pembelajaran terpadu dengan mengamati lingkungan, pola masyarakat, kegemaran anak, peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di lingkungan sekitar untuk dipilih sebagai tema atau topik pangkal tolak pembelajaran terpadu. Berdasar tema guru dapat menyesuaikan dengan kurikulum, hasil analisis kurikulum digunKn untuk menyusun pertanyaan fokus yang mengarahkan kegiatan, penata urutan kegiatan belajar, pemilihan sumber belajar,m pembagian tugas, dan sebagainya. Keseluruhan kegiatan ini dilaksanakan melalui curah pendapat guru dan murid.

B. Keterlaksanaan dan Persyaratan Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan melalui berbagi dimensi, ada pembelajaran terpadu yang dilaksanakan berdasar analisis kurikulum yang sering disebut pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu, ada pembelajaran yang spontan dapat memadukan dua mata pelajaran secara terpadu, ada yang direncakan bertitik tolak dari satu tema, topik, atau peristiwa otentik yang dilaksanakan dalam periode waktu tertentu, ada yang bertitik tolak dari suatu proyek atau unit kegiatan tertentu. Dengan demikian keterlaksanaan pembelajaran terpadu tidak hany terjadu dalam satu dimensi.

Berdasar kenyataan tersebut pembelajaran terpadu dapat terjadi tergantung pada berbagai faktor sebagai prasarat terselenggaranya pembelaajaran terpadu, antara lain :

1. Kejelian profesional guru, artinya guru yang memiliki sikap profesional akan mampu menangkap berbagai kemungkinan terselenggaranya pembelajaran terpadu. Pengalaman guru dalam mengajarkan berbagai mata pelajaran dengan karakteristiknya akan semakin meningkatkan kepekaan guru, bahwa ketika mengajarkan sesuatu konsep atau materi guru akan merasakan akan lebih bermakna jika dikaitkan, didukung, atau dipadukan dengan konsep atau bahan kajian lain. Keterkaitan, dukungan, atau keterpaduan terjadi secara intra dan antar mata pelajaran.

2. Penguasaan materi dan metodologi, artinya, sebagaimana diuraikan pada nomor 1, pengalaman guru akan meningkatkan kepekaan. Hal ini dimaksudkan, bahwa guru berpengalaman memiliki penguasaan materi dan konsep tiap mata pelkajaran secara memadai sesuai dengan karakteristik tiapkonsep artau bahan kajian, sehingga guru memahami kapan konsep dapat dipadukan dan kapan konsep justru lebih didalami untuk memperkuat konsep tersebut. Kepekaan dan penguasaan akan memudahkan guru memilih cara dan teknik bagaimana mengaitkan, mengurutkan, mendukung, atau menerpadukan antar konsep antar materi.

3. Guru menyadari, bahwa pembelajan bukanlah penumpukan dan penguasaan materi, akan tetapi suatu upaya memperoleh berbagai kerangka kerja yang digunakan untuk mengembangkan, memperoleh, dan memperkuat informasi ilmiah. Kebermaknaan dan kemandirian belajar merupakan salah satu aspek yang menjadi pertimbangan guru melaksanakan pembelajaran. Timbuhnya sikap positif dalam belajar, minat dan motivasi belajar, semabgant dan keterlibatan emosional dalam belajar merupakan hasil belajar yang sering kurang diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran konvensional. Dengan demikian wawasan guru tentang bagaimana memanfaatkan berbagai keputusan dan tindakan untuk memberikan kontribusi nyata pencapaian tujuan utuh pendidikan, yakni ; tujuan instruksional dan dampak pengiring.

C. Model Pembelajaran Terpadu

Pengembangan pembelajaran terpadu pada dasarnya dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : (1) pembelajaran terpadu melalui atau bertitik tolak dari kurikulum, dan (2) pembelajaran terpadu yang terselenggara justru sebagai penggerak kuriulum yang terbatas. Kita menyadari, bahwa kurikulum merupakan kesepakatan ide untuk mengembangkan subjek didik ke arah yang diinginkan atau dibutuhkan oleh individu, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan dunia kerja. Untuk memenuhi harapan tersebut disusun suatu ranglaian pengalaman belajar (kurikulum) sebagai pengantar ketercapaian keinginan tersebut.

Berdasar ide dasar kurikulum tersebut, maka sebenarnya tidak sulit untuk mengembangkan pembelajaran terpadu yang mengarah pada kebermaknaan pembelajaran. Akan tetapi sering kurikulum dikembangkan terlalu luas dalam label mata pelajaran-mata pelajaran yang telah diwarnai oleh berbagai kepentingan, sehingga pengalaman belajar tersebut menjadi menggembung dan sering tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak (individu, orang tua, masyarakat, bangsa dan negara, dan dunia kerja), akibatnya kurikulum menjadi gemuk dan kurang bermakna.

Kepentingan individu biasanya lebih sederhana, misalnya: individu ingin mampu menjahit baju, maka tentu berbagai keterampilan dan pengetahuan sampai ia mampu membuat baju. Kepentingan orang tua lebih luas, karena orang tua disamping ingin putranya mampu menjahit baju, ia juga ingin anaknya memiliki wawasan luas dan meguasai berbagai keterampilan lain. Kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara semakin kompleks, negara ingin agar warganya memiliki sikap positif tentang bela negara, berlaku falsafah negara, dan sebagainya. Berbeda dengan dunia kerja, jika menginginkan tukang jahit, maka mereka menginginkan tukang jahit terampil sesuai bidang yang akan digelutinya.

Berdasar uraian tersebut terjadi berbagai benturan kepentingan, maka penyelenggaraanya pendidikan dan pembelajaran seharusnya disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan individu atau masyarakat, bangsa, dan negara, atau dunia kerja. Jika disain pembelajaran diarahkan pda berbagai kepentingan dan kebutuhan, biasanya kurikulum semakin gemuk, akibatnya sering bahan kajian menjadi kurang berkaitan kurang saling mendukung, dan kurang bermakna. Padahal pembelajaran akan mudah dikuasai anak jika bahan kajian atau konsep bermakna bagi subjek didik.

Pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu dapat dikatakan penataan ulang berbagai pengalaman belajar yang sebenarnya dapat dirancang sebelum penyusunan kurikulum. Pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu, memang pada dasarnya disusun ke arah keterpaduan belajar. Hal ini tentu berbeda denga kurikulum yang telah terlanjur jadi sebagaimana kurikulum sekola dasar di Indonnnesia. Merancang pembelajaran terpadu model ini sepertinya merancang kurikulum ulang.

Pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu sebagaimana dikatakan seperti menyusun kurikulum ulang pada tingkat kelas dilakukan dengan melakukan kegiatan ; (1) peta konsep atau bahan kajian, (2) analisis peta, untuk menentukan konsep yang saling mendukung, berurutan, berkaitan, berhubungan, tupng tindih, (3) bentuk hari terpadu, (4) berdasar proyek atau unit.

Uraian masing-masing model akan dibahas secara detail pada bab-bab selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar