Jumat, 22 Oktober 2010

Redefinisi Belajar

(Seri Pembelajaran Terpadu 02)

Konsepsi Belajar

Beberapa definisi belajar dapat kita baca dari berbagai literature, antara lain menunjukkan, bahwa belajar adalah: pengumpulan informasi, perubahan perilaku, latihan, pengalaman, durasi waktu, menetep atau relative, dan sebagainya. Definisi ini lebih dipengaruhi oleh psikologi behavior yang merujuk manusia dipersamakan dengan hewan yang dapat dilatih (maaf tidak dididik). Selanjutnya belajar menunjuk pada perbaikan, penyempurnaan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki individu atau bahkan membangun atau mengkonstruksi sebuah pengetahuan. Konsep ini menunjuk pada psikologi kognitif dan konstruktivisme, bahwa manusia pada dasarnya selalu memperbaiki kualitas dirinya, memperbaiki atau membangun sedikit demi sedikit berdasar faktor internal (motivasi instrinsik) sebagai sumber tenaga perbuatan belajar.

Faktanya belajar tidak hanya terbatas pada pemerolehan informasi tetapi justru bagaimana memperoleh informasi, memahami informasi yang menyangkut proses koneksi, menggunakan secara lincah dan fleksibel sehingga terbentuk suatu wawasan yang bermakna.

Konteks ini merujuk faktor implementasi dan implikasi pada praktis dan belajar pembelajaran dari sudut pandang inilah belajar dipandang sebagai sebuah proses yang berjalan terus menerus secara alamiah dan pada akhirnya membangun sebuah pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan secara fungsional dan alamiah. Pembelajaran pada anak sekolah dasar perlu paling sedikit diperhatikan elemen-elemen, antara lain.

1. Pengembangan topic, tema, atau peristiwa otentik yang dapat mendorong anak untuk secara mendalam dan bergairah melakukan perbuatan sehubungan belajar.

2. Pembelajaran ditekankan pada pembentukan pemahaman dan kebermaknaan

3. Asesmen dalam konteks, dimana tes bukanlah bagian terpisah dari pembelajaran yang berdiri sendiri melainkan terpadu dalam pembelajaran dan tugas-tugas yang dihadapi anak yang lebih bersifat otentik. Asesmen (evaluasi) tidak semata-mata berorientasi pada pencapaian efek pembelajaran tetapi juga dampak pengiring / nurturent effect (Depdikbud, 1997).

Pembelajaran yang diselenggarakan melalui pebelajaran terpadu ditekankan pada tindakan nyata, bukan pada konsep dan teori. Makna keterpaduan dipandang sebgai kontinum yang bergerak dari cara0cara spontan (intra bidang studi) sampai cara terstruktur (antara bidang studi bahkan antar kelompok siswa). Implementasi di sekolah dasar tidak perlu mengubah kurikulum yang disepakati secara nasioanl dan berlaku, penekanannya pada pembelajaran terpadu bukan pada keterpaduan kurikulum, sehingga kemampuan guru untuk menginteraksikan proses pembelajaran dengan mengembangkan inter dan antar connection, keterpaduan, dan jaringan belajar merupakan komponen yang perlu mendapatkan perhatian.

Aspek yang Perlu Dipertimbangkan

Untuk melakukan pembelajaran di sekolah dasar yang mengarahoptimalisasi pada keterpaduan belajar, maka berbagai aspek perlu mendapat perhatian :

1. Aspek perkembangan holistik yang menekankan, bahwa perkembangan berlangsung secara terpadu di mana aspek fisik, intelektual, pribadi, sosial, emosional, dan moral saling mempengaruhi dan dipengaruhi, sehingga pengembangannya tidak dilaksanakan secara terpisah. Salng terpadu inilah sebagai salah satu aspek bahwa belajar seyogyanya tidak terpisah secara artifisial tak bermakna. Belajar bukanlah peristiwa ekslusif, tetapi menyatu dalam perkembangan secara inklusif dalam kehidupan yang nyata.

2. Pada anak belajar dilakukan oleh seluruh tubuh. Tubuh adalah pelaku belajar dan belajar dilakukan oleh seluruh tubuh. Somatis (gerak) individu tidak terpisah dengan Auditory (pendengaran), Visual (penglihatan), dan Intelektual (perenungan dan pemikiran). Ke empat ini adalah satu bukan empat atau kombinasi dua atau tiga aspek tetapi holistik menyeluruh.

3. Kesiapan guru untuk mampu menterjemahkan dan merancang kurikulum tingkat kelas. Kurikulum tingkat kelas dapat disusun berdasar tema atau peristiwa otentik sebagai pengikat dan fokus question sebagai pengarah pembelajaran agar tetap padaa kerangka kurikulum yang dilaksanakan melalui curah pendapat. Guru juga dapat beranjak melalui peristiwa otentik yang baru saja terjadi (berarti dapat berubah dari rencana), karena peristiwa otentik yang baru terjadi bersifat aktual dan alami sehingga memiliki tingkat realistik belajar tinggi dan berada pada konteks yang sebenarnya.

4. Iklim belajar bergeser dari pembelajaran (instruksional) ke transaksional, yang ditandai oleh :

Instruksional---------------------------ke-------------------à Transaksional

  1. Pembelajaran bersifat: satu arah, kurikulum formal, orientasi kelompok, dan guru sentris secara berangsur kita ubah ke...
  2. Transaksional yang bersifat; multi arah, kurikulum eksperiensial, orientasi individual, dan berpusat pada siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar