Jumat, 22 Oktober 2010

PEMBELAJARAN TERPADU MELALUI KURIKULUM TERPADU DALAM SATU DISIPLIN ILMU

Seri pembelajaran terpadu 2.1.

Pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu yang akan dibahas dalam buku ini merupakan kajian lanjut dari buku asli yang ditulis oleh Robin Fogarty (1991) dalam bukunya ”The Mindful School-How To Integrated The Curricula”. Fogarty secara hati-hati mencoba membuat suatu kontinum pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu, yaitu : (1) terjadi dalam suatu disiplin ilmu, (2) beberapa konsep, teori, pengetahuan melintas berbagai disiplin ilmu lain, dan (3) belajar di dalam dan melintas berbagai disiplin ilmu. Pada model yang ketiga inilah Fogarty memandang pembelajaran terpadu itu terjadi secara luas dan mendalam yang memungkinkan seorang pelajar tidak melihat suatu disiplin ilmu tertentu, melainkan seluruh konsep yang dipelajari benar-benar terjadi secara terpadu dalam suatu kepentingan tertentu berdasar kebutuhan subjek didik.

Pada anak muda segala hal akan berarti secara individual, artinya tergantung pada individu umtuk mempersepsinya, tugas guru adalah mebantu individu untuk tidak salah dalam mempersepsi secara benar, sehingga guru hendaknya mengupayakan pembelajaran yang bermakna. Proses pembermaknaan belajar salah satunya dilakukan dengan merancang model pembelajaran. Pembelajaran menjadi bermakna jika hal yang dipelajari tidak berdiri sendiri, sehingga hal tersebut tidak menjadi sesuatu yang terpisah dari yang lain (ekslusif). Sesuatu hal akan berarti jika berhubungan (join) secara ilmiah. Sehubungan dengan hal tersebut Fogarty menawarkan berbagai model pembelajaran melalui kurikulum terpadu dalam 10 model dari kontinum yang ekslusif sampai pada peleburan label mata pelajaran.

10 model pembelajaran melalui urikulum terpadu digambarkan dalam sebagai perspektif, yaitu: sebagai suatu penyajian vertikal spiral, yaitu pada saat kurikulum menbangun sebanyak mungkin materi yang diharapkan pada tiap level dalam persiapan untuk membangun konsep-konsep yang selanjutnya. Pada tingkat ini keterpaduan terjadi semakin lamanya siswa belajar (ditemukan waktu atau banyaknya materi yang dipelajari baru sampai tercapai keterpaduan).

Secara horizontal disajikan melalui perluasan dan kedalaman belajar sebagaimana terdapat pada masing-masing pelajaran. Dalam hal ini perluasan dan pendalaman materi dilakukan masing-masing mata pelajaran. Akhirnya spiral keterpaduan disajikan dalam keterampilan-keterampilan, tema-tema, konsep-konsep, dan topik yang menyeberang pada kajian yang memiliki kesamaan. Secara eksplisit keterkaitan digunakan untuk mempertinggi (enhance) belajar dalam cara holistik yang selaras dengan ide-ide dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Pada akhirnya keterpaduan didalam mata pelajaran dan keterpaduan lintas mata pelajaran diperlukan secara penuh dalam integrasi kurikulum (fogarty, 1991). Akhirnya terjadilah keterpaduan secara alamiah yang sudah tidak lagi memandang apa yang dipelajari sebagai suatu mata pelajaran atau bukan, sebab yang terpenting adalah apa yang dipelajari menjadi sesuatu yang berarti sesuai kebutuhan masing-masing individu.

Eksplorasi ide-ide ini akan secara rinci dibicarakan dalam berbagai kajian, misalkan bahasa. Kajian pada bab ini berada pada rentang model-model pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu. Eksplorasi dimulai dengan melakukan eksplorasi dalam satu mata pelajaran dan pada akhirnya secara kontinum sampai pada integrasi penyeberangan pada beberapa mata pelajaran, dan akhirnya integrasi pada masing-masing pelajaran melalui suatu jaringan kerja yang diciptakan dan dibutuhkan oleh masing-masing individu sesuai kebutuhan masing-masing pelajar.

Kesepuluh model kurikulum terpadu, masing-masing secara singkat dapat dijelaskan (1) fragmanted (bagian-bagian atau sedikit demi sedikit) merupakan model tradisional yang memisahkan secara diskrit masing-masing mata pelajaran. Keterpaduan model ini harus tercapai ketika satu satuan waktu telah ditempuh, misalnya : satu catur wulan. Keterpaduan pada model fragmented terjadi jika siswa telah menyelesaikan seluruh runtutan kajian atau materi pelajaran yang pada akhirnya seluruh satuan-satuan konsep itu mencapai keutuhan, baik: konsep, pemahaman suatu kajian, keterampilan, dan mungkin nilai. Contoh: pelajar memahami wilayah. Siswa mempelajari konsep peta, batas, kota dan desa, gunung dan lautan, dataran dan pengunungan. Materi nampak terpisah-pisah namun jika seluruh materi telah selesai, maka siswa mendapatkan gambaran secara utuh konsep wilayah yang mereka pelajari dalam satu catur wulan atau semester. Guru yang mengajarkan IPA, IPS, Matematika, mereka mengajarkan benar-benar secara terpisah, bahkan dalam satu mata pelajaran mereka tidak berusaha menghubungkan satu konsep atau tema. Setiap kajian satu terpisah, namun keterpaduan akan terjadi pada akhir satu satuan waktu.

(2) Connected. Bila kita memandang konsep koneksi ini, rincian dari satu disiplin ilmu terfokus kepada bagian-bagian yang sebenarnya saling berhubungan. Sehingga akan terjadi serangkaian materi satu menjadi prasarat materi berikutnya atau satu materi mendukung materi berikutnya, atau materi satu menjadi prasarat atau berhubungan sehingga apa yang dipelajari menjadikan belajar yang bermakna. Sebagai catatan kaitan antar konsep, topik, atau tema terjadi hanya pada satu mata pelajaran.

Di dalam setiap disiplin ilmu atau setiap mata pelajaran berisi isi pelajaran yang sebenarnya berkaitan atau dapat dikaitkan, karena saling mendukung satu materi dengan materi lainnya, konsep dengan konsep. Misalnya: konsep pecahan dengan konsep desimal. Di dalam susunan kurikulum berdiri sendiri, tetapi guru sebenarnya dapat mengajarkannya secara bersam-sama, karena pecahan dapat diubah menjadi desimal dan sebaliknya, sehingga ketika dibahas dalam satu waktu justru lebih bermakna. Pada model inilah, guru menata urutkan kembali pokok-pokok bahasan yang dapat diajarkan bersama atau berurutan, namun masih diajarkan dalam satu bidang studi.

(3) nested (sarang). Tiga dimensi untuk satu tema. Model pembelajaran ini terjadi jika guru memiliki target keterampilan yang beragam dalam satu mata pelajaran yang dipadukan, misalnya: Pada mata pelajaran IPS guru mengembangkan atau mentargetkan berbagai keterampilan, yaitu: keterampilan sosial, berpikir, dan satu keterampilan khusus. Misalnya: guru merancang satu unit belajar tentang photosintesis yang dilaksanakan secara simultan dengan target mencari konsensus (konfirmasi=ini keterampilan sosial), mengurutkan tata kerja (ini keterampilan berpikir), dan siklus kehidupan tumbuhan (ini adalah isi atau inti pelajaran IPA).

Ketiga model ini dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Fragmanted


Model : Kurikulum terpadu Fragmented

Model tradisional yang memisahkan dan membedakan mata pelajaran yang terbagi dalam mata pelajaran. Satu arah. Satu pandangan, mengarah pada satu fokus pada satu disiplin

Model ini merupakan model yang nampak sebagai model pembelajaran tradisional yang memisahkan tiap mata pelajaran secara nyata, akan tetapi bukan berarti model ini mengabaikan kebermaknaan tiap kajian yang akan dibahas. Topik, tema, atau konsep yang akan dibahas oleh guru dirancang serta urut sehinggga siswa meskipun belajar secara terpisah-pisah, akan tetapi jika selesaai (misal dalam catur wulan atau tahun) keseluruhan konsep tersebut sebenarnya merupakan satu kesatuan utuh yang bermakna. Thomas Huxely menyatakan pendidikan adalah pengarahan intelek dalam hukum alam. Pernyataan ini digunakan sebagai motto pelaksanaan model ini.

Perancangan pembelajaran model ini dilakukan oleh guru dengan mengurutkan konsep-konsep dalam tiap mata pelajaran dengan tidak memikirkan mata pelajaran lain (dirancang secara terpisah), akan tetapi urutan konsep disusun guru dengan pertimbangan pada akhirnya murid memiliki kemampuan yang utuh. Dengan demikian pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu fragmented terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar siswa setelah menempuh pembelajaran satu kurun waktu tertentu memiliki kemampuan atau kecakapan tertentu. Kecakapan dan kemampuan diperoleh melalui pembelajaran secara bertahap dengan mempelajari bagian per bagian yang dikuasai tuntas, maka akan terbentuklah satu kemampuan tertentu. Misalnya: semester I siswa kelas I mampu menuliskan namanya sendiri dan kata-kata sederhana dua suku tanpa konsonan rangkap. Untuk mencapai ini guru menyusun strategi belajar, yaitu melalui pengenalan huruf, merangkai huruf konsonan dan vokal, menuliskan, menyembunyikan, dilanjutkan dengan merangkai konsnan vokal-konsonan vokal, menuliskan, mengucapkan, dan sebagainya secara terus menerus dan akhirnya pda akhir catur wulansiswa mampu menulis, membaca, mengucapkan kata yang terdiri dari suku kata konsonan-vokal.

Hal yang perlu dicatat dalam model ini guru memandang bahwa antar mata pelajaran merupakan bidang yang terpisah, sehingga tidak perlu guru menghubungkan antar mata pelajaran. Keuntungan pembelajaran model ini siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, ia ahli dan terampil dalam bidang tertentu. Siswa belajar dengan cara disediakan pandangan yang jelas dan terpisah. Keahlian dapat mereka peroleh dengan belajar layaknya bekerja dengan penasihat (penasihatnya guru).

Kerugiannya siswa adalah dua kali lipat. Ia belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan atau integrasi dengan konsep sejenis. Model ini dapat terjadi pada kegiatan belajar konsep-konsep, keterampilan-keterampilan, dan sikap yang tumpang tindih tetapi tidak saling menjelaskan, menerangi, atau mempermudah untuk dipelajari bersama dan melakukan transfer belajar kurang terjadi. Sebenarnya unsur waktu dapat dipersingkat manakala materi yang saling mendukung dapat dipelajari bersama, namun dalam model ini tidak memperhitungkan hal itu. Tumpuannya, setelah satu satuan waktu siswa memiliki kecakapan atau keterampilan tertentu.

Model ini dapat digunakan jika kurikulum memuat materi yang luas serta memiliki variasi populasi yang memiliki bermacam mata pelajaran yang mengusahakan penyediaan aneka ragam pandangan (spektrum) mata pelajaran sehingga dapat menimbulkan minat khusus. Menurut Fogarty model ini paling banyak digunakan ditingkat unversitas yang menspesialisasikan pada bagian-bagian yang terpisah yang membutuhkan keahlian pengetahuan untuk mengajar, menasihati, dan melatih dan berkolaborasi. Model ini guru lebih dapat memfokuskan pada satu kajian tertentu Fogarty (1991:6).

Langkah-langkah yang dapat ditempuh, khususnya jika dilakukan di kelas-kelas kita adalah :

1. Analisis lagi kurikulum kita dan susunlah dalam peta konsep

2. Analisislah konsep-konsep tertentu dan tentukan apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam satu catur wulan

3. urutkan pembahasannya sehinggga pada akhir catur wulan murid memiliki keterampilan tertentu.

Contoh yang diberikan Fogarty:

MATEMATIKA

I P A

Daftar Konsep

Logika / penalaran

Pemecahan masalah

Penggunaan Teknolgi

Estimasi

Geometry

Aljabar

Rangking

2

1

6

3

4

5

Daftar Konsep

Penelitian

Sistem

Perubahan/evolusi

Penyebab/pengaruh

Struktur/Fungsi

Percobaan/Diskoveri

Rangking

2

3

4

5

6

1

KEBAHASAAN

I P S

Daftar

Grammar

Penelitian

Studi Aliran (Genre Study)

Menulis:Esai

Komunikasi

Analisis Kritis

Rangking

6

4

3

2

5

1

Daftar

Keterampilan Pemetaan

Populasi/lingkungan

Ciri-ciri Geografis

Sistem Sosial

Sistem Ekonomi

Pemecahan konflik

Rangking

5

2

6

1

4

3

Dari contoh tersebut secara jelas nampak bahwa tiap mata pelajaran mengutamakan enam prioritas unit atu topik yang didaftar. Kemudian guru merangking untuk menyelesaikan pembahasan secara keseluruhan. Satu mata pelajaran dirancang melalui topik atau konten (isi) yang jelas terpisah dari mata pelajaran lain. Misalnya: guru Bahasa Indonesia setelah menganalisis kurikulum, kemudian menyusun urutan tema dengan harapan dengan urutan tersebut murid akan memperoleh kemampuan secara menyeluruh dalam tata urutan kepentingan, taraf kesulitan murid, kebutuhan murid, dan dengan kriteria prioritas kurikulum berdasar perimbangan guru dan murid.

B. Conected

Model : Kurikulum Terpadu Connected

Dalam setiap mata pelajara berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik, konsep dengan konsep, maka sebenarnya dapat dikaitkans secara eksplisit.

Satu disiplin dapat memfokuskan sub-sub yang saling berkaitan.

Fogarti (1991:13) meyatakan bahwa di dalam mata pelajaran terdapat isi mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya : topik dengan topik, konsep dengan konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Moot modl ini disampaikan oleh Robert Maynard Hutchins menyataka Tujuan pendidikan adalah menyiapkan anak muda mendidik diri sendiri melalui kehidupannya. Model ini secar eksplisit menunjukkan keterkaitan di dalam mata pelajaran, keterkaitan terjadi antara topik dengan topik berikutnya, konsep satu dengan konsep lain, keterampilan satu berhubungan dengan keterampilan lain, kerja satu hari yang berkelanjutan di hari mendatang, atau ide-ide dalam satu semester dengan semester berikutnya. Kunci dari model ini adalah mengupayakan untuk dengan sengaja (deliberately) menghubungkan kurikulum di dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan memahami hubungan secara otomatis. Jadi keterkaitan bukan hanya sekedar hubungan secara otomatis terjadi, melainakan koneksi ini terjadi memang direncanakan oleh guru sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna. Misalnya: guru menghubungkan konsep pecahan, desimal, dan pecahan dengan uang, tingkatan, pembagian, rasio, dan sebagainya.

Keuntungan yang diperoleh melalui kurikulum keterhubungan (Connected) adalah adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa memiliki keuntungan memiliki gambaran yang jelas praktis dan mereka memfokuskan pada satu aspek. Sebagai tambahan konsep kunci dikembangkan siswa dengan menambah waktu belajar (di luar jam pelajaran semestinya) untuk lebih mudah dalam menginternalisasi. Keterhubungan ide-ide pengkonsepan ulang, membetulkan, atau mengasimilasi (memadukan) ide sedikit demi sedikit dan mungkin terjadi transfer yang pada akhirnya lebih memperdalam konsep yang telah dikuasai (Fogarty, 19991:145).

Keterhubungan dapat dilakukan siswa dengan dibantu guru dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang rincian atau bagian ide (stretch ideas). Kelemahan model ini sering terjadi variasi-variasi dalam mata pelajaran mengurangi keterpisahan dan nampaknya tidak berhubungan tetapi diajarkan secara terhubung dan dibuat eksplisit dalam rancangan mata pelajaran, akibatnya justru keterhubungan yang dibuat itu menjadi sia-sia dan tak bermakna. Guru kurang didorong bekerja bersama dalam model, sehingga akan mengurangi perhatian pada fokus tanpa memperhatikan ada bagian ide atau konsep yang menyeberang pada mata pelajaran lain, karena perhatian hanya terpusat pada satu mata pelajaran. Konsentrasi yang hanya memperhatikan keterhubungan dalam satu mata pelajaran tidak membuka kemungkinan untuk memeriksa bahwa ada ide, konsep yang dapat dikembangkan dalam hubungan yang lebih menglobal dengan mata pelajaran lain.

Model ini digunakan sebagai permulaan kurikulum terpadu. Guru merasa percaya diri mencari keterhubungan dalam mata pelajaran mereka (jika guru bidang studi). Mereka menjadi mau mengadaptasikan hubungan ide-ide dalam mata pelajaran yang menyeberang. Pembuatan keterhubungan juga diselesaikan secara kolaborasi dalam pertemuan guru (departement meeting) dalam hal ini dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang dapat terjadi lebih famillier. Guru dapat memulai model ini sebelum memasuki keterpaduan yang lebih kompleks.

Implementasi pembelajaran terpadu melalui kurikulum koneksi dapat dilakukan dengan :

1. Perencanaan

a. Pemetaan konsep, ide, atau topik (mengingatkan kurikulum SD belum terpadu), sehingga dapat diketahui urutan pembelajaran (penataan kurikulum tingkat kelas)

b. Analisis untuk mengetahui konsep, ide, atau topik yang berhubungan, menjadi prasarat bagi topik atau konsep lain, dan sebagainya.

c. Merumuskan tujuan pembelajaran (mengingatkan pendekatan pembelajaran masih intruksional belum transaksioanl)

d. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran.

2. Pelaksanaan

a. Pengelolaan kelas

b. Pembelajaran, dapat berupa : percobaab dengan mengamati, mendaftar, membandingkan, mengurutkan, mengkontraskan, diskusi, interaksi, komunikasi, dan sebagainya.

3. Evaluasi: proses dan produk

Contoh keterhubungan :

MATEMATIKA

I P A

Prosentase

...................

topik, unit, konsep

Estimasi

Konsep, keterampilan, sifat

Pecahan

...............

topik, unit, konsep

Kesehatan Mental

.............................

Topik, unti, konsep

Pembuatan Keputusan Secara Sehat

.........................................................

Hubungan

...................

Topik, unit, konsep

BAHASA

I P S

Abad 19

...............

Topik, unit, konsep

Suara Rakyat

........................

Konsep, keterampilan, sifat

Abad 20

................

Topik, unit, konsep

Budaya Penduduk asli

.......................................

Topik, unit, konsep

Konflik

..............

Konsep, keterampilan, sifat

Ekspansi ke barat

...............................

Topik, unit, konsep

Catatan: Berlangsung dalam satu mata pelajaran

C.

Nested (Sarang)




Model : Kurikulum Terpadu Nested

Di dalam mata pelajaran, guru mentargetkan beragam keterampilan, misal: keterampilan sosial, keterampilan berpikir, dan konten khusus mata pelajaran yang dilaksanakan secara bersama-sama...mencapai tiga dimensi dalam satu topik

Di dalam tiap mata pelajaran guru mentagetkan keterampilan yang beragam, keterampilan sosial, berpikir, dan keterampilan spesifik. John Locke (dalam Fogarty , 1991:24) meyatakan pendidikan bukan untuk membuat anak sempurna (perfect) dalam berbagai macam ilmu pengetahuan, tetapi untuk membuka dan mengatur pemikiran mereka dan dapat membuat mereka memiliki berbagai kecakapan untuk mereka terapkan pada diri sendiri.

Dalam model ini keterpaduan dirancang untuk berbagai keterampilan dengan persyaratan guru memang telah memiliki keterampilan untuk menstimulasi muncul dan berkembangnya keterampilan-keterampilan secara simultan. Keterampilan tersebut dikembangkan secara simultan dan alamiah, artinya: bahwa memang substansi dalam mata pelajaran tersebut memungkinkan terjadinya pengembangan berbagai keterampilan. Misalnya: pada unit fotosintesis, guru dapat mentargetkan secara simultan keterampilan sosial berupa pencarian kesepakatan (concencus seeking), keterampilan rangkaian berpikir (sequencing thingking skill), dan perputaran kehidupan tumbuhan (science content).

Contoh lain: guru sedang mengajar sistem sirkulasi, tetapi guru sekaligus mengembangkan. Keterampilan-ketermpilan berpikir yaitu tentang sebab dan akibat, sebab melalui studi sistem sirkulasi siswa akan memusatkan perhatian terhadap sebab-sebab dan akibat dari sistem sirkulasi. Ketika mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang penulisan surat tidak resmi, guru sekaligus mentargetkan keterampilan berkomunikasi secara sederhana, wajar, san akrab dan berani (keterampilan sosial), untuk membuat surat komunikatif murid membuat langkah-langkah penulisan surat, prioritas berita (rangkaian berpikir dan memilih prioritas), dan pemahaman tentang bermacam surat tidak resmi dan sebab-sebab membuat surat, out line surat (konten spesifik; jaringan, kisi-kisi, sebab akibat).

Berdasar uraian tersebut secara nyata bahwa model kumparan ini menekankan pada keterampilan guru untuk mengembangkan pembelajaran tidak pada materi oriented tetapi pada pengembangan berbagai keterampilan yang relevan dan perlu dikembangkan pada anak. Berikut berbagai keterampilan yang dapat dikembangkan berkenaan dengan pembelajaran tiap mata pelajaran.

KETERAMPILAN

BERPIKIR

KETERAMPILAN SOSIAL

ORGANISASI

  1. Prediksi
  2. Menyimpulkan
  3. Membandingkan dan mengkontraksi
  4. Mengklarifikasi
  5. Menggeneralisasi
  6. Hipotesis
  7. Memprioritaskan
  8. Mengevaluasi

1. Mendengar dengan penuh perhatian

2. Mengklarifikasi

3. Mendorong

4. Penerimaan ide

5. Ketidak setujuan

6. Mencari konsensus

7. Merangkum

1. Membuat jaringan

2. Diagram Venn

3. Gambar alur

4. Putaran sebab akibat

5. Gambar setuju dan tidak setuju

6. Kisi-kisi/matrik (grid/matrik)

7. Peta konsep

8. Tulang ikan (fishbone)


Contoh :

  1. Matematika : membuat grafik (keterampilan organisasi), berpikir logika deduktif (keterampilan berpikir), ststistik (konten)
  2. IPA : Gambar (keterampilan organisasi), analisis (keterampilan berpikir), DNA (konten)
  3. Bahasa : Debat (keterampilan sosial), argumen dan bukti (keterampilan berpikir), menuilis persuasif (konten)
  4. IPS : ko,nflik (keteampilan sosial), personifikasi (keterampilan berpikir), perang sipil (konten)

Pada model ini langkah-langkah yang perlu diperhatikan guru adalah analisis terhadap konten tiap mata pelajaran dan keterampilan apa yang dapat dikembangkan selain penyelesaian materi tersebut, sehingga pengembangan keterampilan akan mendukung kebermaknaan belajar siswa. Hal yang perlu disadari guru adalah bukan pengumpulan informasi atau substansi materi dalam mata pelajaran, akan tetapi kerja dan pemaknaan substansi tersebut dalam mata pelajaran, akan tetapi kerja dan pemaknaan substansi tersebut dalam hubungannya denga berbagai keterampilan belajar. Konsekkuensinya, substansi merupakan media tercapainya perkembangan berbagai keterampilan belajar, sikap belajar, dan sekaligus penguasaan konten secara bersama dan beragam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar